Jakarta (Antara Megapolitan) - Staf Ahli Bidang Politik Kemenpora Dr Yuni Poerwanti MPd menyatakan bahwa kepemimpinan tokoh senior sudah merupakan masa lalu yang harus digantikan dengan tokoh junior atau pemuda untuk meneruskan kepemimpinan bangsa ini ke depan.

"Jadi wajib pemuda menjadi pemimpin. Kalian yang memiliki masa depan, senior memiliki masa lalu," katanya kepada ratusan peserta Pesantren Kilat Ramadhan Kepemimpinan Pemuda se-Jabodetabek di Jakarta, Jumat.

Acara bertema "Penanaman Spirit Nasionalisme: Antisipasi Paham Radikal di Kalangan Pemuda" itu diselenggarakan oleh Kemenpora dan Yayasan At-Tawassuth dengan media partner Antara Megapolitan dan didukung oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bogor, Taman Safari Indonesia, Indocement, Kimia Farma, Maram Aquatic, Anpa International, April, dan Biofarma.

Acara yang berlangsung di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) Kemenpora, Cibubur, Jakarta Timur itu juga menghadirkan mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Dr KH As'ad Said Ali dan cendekiawan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Agus Lelana sebagai narasumber.

Yuni berpesan kepada ratusan peserta dari kalangan generasi muda pada acara itu untuk selalu memiliki semangat untuk maju.

"Pahami dalam hati, tak hanya sebatas teori, tetapi bisa diimplementasikan secara nyata," ucapnya.

Ia menegaskan tokoh-tokoh senior selalu mendorong para junior atau pemuda untuk menjadi penerus dalam kepemimpinan bangsa.

"Tempat ini telah melahirkan pemimpin seperti Akbar Tandjung, Hayono Isman, Mahadi Sinambela, dan banyak lagi," imbuhnya.

Yuni juga menegaskan akan mengoptimalkan kembali PP-PON sebagai tempat yang melembagakan latihan, penelitian, dan pengembangan pemuda.
   
Radikal

Sementara itu Kiai As'ad, panggilan akrab As'ad Said Ali, mengajak pemuda untuk mewaspadai paham radikal.

"Paham radikal adalah segala paham yang bertentangan dengan Pancasila," kata mantan Wakil Ketua Umum Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Ia mengatakan akhir-akhir ini ada fenomena kebangkitan kembali paham komunisme atau ada pula yang memperjuangkan khilafah global.

Selain itu ada pula liberalisme dan hedonisme yang ditunjukkan antara lain dengan fenomena kemunculan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).

As'ad mengingatkan bahwa Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia yang harus hidup terus menerus.

"Siapapun yang lawan Pancasila itu radikal," tegasnya.

Sementara Agus Lelana menekankan kepada peran pemuda sebagai pewaris, penerus, dan penentu masa depan Indonesia. (Ant).
 

Pewarta: Budi Setiawanto

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016