Era yang semakin maju memberikan banyak tantangan. Terlebih di era modern yang lebih menekankan pada penguasaan teknologi. Walhasil, generasi muda harus menguasai pertanian masa kini sesuai koridor yang modern dengan pemanfaatan sistem teknologi dan mekanisasi.

Sistem ini sangat relevan, terlebih sekarang eranya revolusi industri 4.0, dimana seluruh perangkat yang ada sudah menggunakan artificial intelligence.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan Kementan terus berupaya mengubah wajah sektor pertanian mengandalkan para petani muda dan pemanfaatan teknologi digital.

“Pembangunan pertanian ke depan akan semakin mengandalkan para petani muda dengan teknologi digital, terutama sebagai strategi untuk memperkuat produksi dan distribusi. Agripreneur muda yang melek teknologi adalah potensi dan mitra strategis memecahkan kendala distribusi serta lemahnya akses pasar petani selama ini,” tutur Mentan SYL.

Baca juga: Berbekal pendidikan vokasi, mahasiswa Polbangtan siap hadapi tantangan pertanian masa depan

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Kementerian Pertanian menjalin kerjasama dengan Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) dan Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS) untuk penerapan K-Smart Greenhouse di Indonesia.

Lokasi pembangunan green house berada di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor  di Jawa Barat dan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di Jawa Timur.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan workshop daring yang dilaksanakan pada bulan Januari 2022, pihak EPIS mengundang pengelola K-Smart Greenhouse tersebut untuk mengikuti kegiatan invitational workshop di Seoul, Korea Selatan selama 6 hari.

Kegiatan tersebut diikuti oleh dua orang dosen dari Polbangtan Bogor, empat orang widyaiswara dari BBPP Ketindan, 8 orang petani milenial, dan 1 orang perwakilan dari Biro Kerjasama Luar Negeri.

Baca juga: Cetak pengusaha muda pertanian, Kementan buka wawasan literasi keuangan

Rombongan tiba di Seoul tanggal 16 Oktober dan langsung mengikuti kegiatan orientasi dan menyampaikan country report. Keesokannya (tanggal 17 Oktober 2022), kegiatan invitational training resmi dibuka oleh EPIS. Peserta diberikan materi - materi terkait Korea Selatan dan perkembangan pertaniannya.

Selanjutnya, peserta mengikuti kegiatan field trip selama tiga hari dan berkunjung ke Gimje Smart Farm Valley, Sejong Fresh Market, Pyeongchang Greenhouse, Seoul Nasional University (Pyeongchang campus), Culti Labs, dan Anseong Nonghyup. Setelah tuntas mengunjungi semua lokasi, peserta diminta menyusun action plan tentang rencana kerja yang akan diterapkan di Indonesia.

Peserta antusias mengikuti semua kegiatan pelatihan. Intan Kusuma Wardani, dosen dari Polbangtan Bogor mengaku sangat senang karena dapat melihat langsung kemajuan teknologi pertanian di Korea Selatan secara langsung. Dia berharap bahwa hal tersebut dapat dibawa dan diterapkan di Indonesia.

Baca juga: Libatkan unsur GESI, Kementan pacu milenial mahir susun proposal bisnis

Hal tersebut sejalan dengan imbauan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi. Pertanian adalah sektor terpenting, kata Dedi, untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat sekaligus menjaga stabilitas nasional.

Seiring perkembangan zaman, semua pihak diminta aktif mengembangkan pertanian berbasis teknologi atau smart farming.Sebelumnya Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengingatkan pentingnya pertanian sebagai sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar paling banyak di dunia.

Kegiatan invitational training ini rencananya akan dilakukan setiap tahun selama program kerjasama. Ke depannya, peserta pelatihan akan dibekali pengetahuan yang lebih mendalam terkait penerapan K-smart technology dan pengembangan pasar di negara tujuan.

Pewarta: Polbangtan Bogor/Annisa N. I/Ardianinda Wisda

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022