Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengingatkan Provinsi Aceh berada pada jalur sumber gempa aktif yang dipicu aktivitas subduksi lempeng segmen Megathrust Aceh-Andaman.
"Kawasan Aceh di darat dan laut masuk kawasan sistemik aktif dan kompleks karena terletak di jalur sumber gempa aktif," kata Daryono dalam konferensi pers Pasca-Gempa Bumi Aceh yang diikuti dari YouTube BMKG di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan katalog BMKG, kata Daryono, Aceh telah diguncang enam kali tsunami, di antaranya pada 1861, 1886, 1907, 2004, 2005 dan 2012.
Baca juga: Banda Aceh diguncang gempa dengan magnitudo 5.2
Sejarah gempa bumi besar di Aceh yang bersifat merusak dan memicu tsunami tercatat pada 26 Desember 2004 berkekuatan Magnitudo 9 hingga mengakibatkan 283.100 orang meninggal, 14.100 orang hilang dan 1.126.900 orang mengungsi karena menimbulkan tsunami besar.
"Hasil kajian tsunami purba mengungkap terjadinya tsunami pada masa prasejarah yang berlangsung pada periode 1100 hingga 1390 Masehi. Ini menunjukkan bahwa tsunami di Aceh sering terjadi," katanya.
Untuk itu, kejadian gempa bumi yang signifikan di Aceh perlu diwaspadai masyarakat setempat. "Seperti yang terjadi pagi ini, perlu mewaspadai," ujarnya.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,6 Aceh Jaya akibat adanya aktivitas subduksi lempeng
Diberitakan sebelumnya, wilayah pantai barat Aceh diguncang gempa tektonik berkekuatan Magnitudo 6,4 pada Sabtu pukul 03.53 WIB pada episenter 3,75° LU; 95,97° BT, tepatnya di laut 46 km arah Barat Daya Meulaboh, Aceh Barat di kedalaman 53 km.
"Jika masyarakat pantai merasakan getaran gempa kuat, lebih baik evakuasi mandiri menjauh dari pantai," katanya.
Selain kawasan laut, BMKG juga mendeteksi jalur sesar Sumatera yang terbagi atas segmen Aceh, Seulimeum dan Tripa di daratan.
Daryono menjelaskan sejarah kegempaan di Indonesia menunjukkan segmen Tripa pernah memicu gempa merusak dengan kekuatan magnitudo (M) 7,3 pada 23 Agustus 1936 dan menelan korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Kawasan Aceh di darat dan laut masuk kawasan sistemik aktif dan kompleks karena terletak di jalur sumber gempa aktif," kata Daryono dalam konferensi pers Pasca-Gempa Bumi Aceh yang diikuti dari YouTube BMKG di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan katalog BMKG, kata Daryono, Aceh telah diguncang enam kali tsunami, di antaranya pada 1861, 1886, 1907, 2004, 2005 dan 2012.
Baca juga: Banda Aceh diguncang gempa dengan magnitudo 5.2
Sejarah gempa bumi besar di Aceh yang bersifat merusak dan memicu tsunami tercatat pada 26 Desember 2004 berkekuatan Magnitudo 9 hingga mengakibatkan 283.100 orang meninggal, 14.100 orang hilang dan 1.126.900 orang mengungsi karena menimbulkan tsunami besar.
"Hasil kajian tsunami purba mengungkap terjadinya tsunami pada masa prasejarah yang berlangsung pada periode 1100 hingga 1390 Masehi. Ini menunjukkan bahwa tsunami di Aceh sering terjadi," katanya.
Untuk itu, kejadian gempa bumi yang signifikan di Aceh perlu diwaspadai masyarakat setempat. "Seperti yang terjadi pagi ini, perlu mewaspadai," ujarnya.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,6 Aceh Jaya akibat adanya aktivitas subduksi lempeng
Diberitakan sebelumnya, wilayah pantai barat Aceh diguncang gempa tektonik berkekuatan Magnitudo 6,4 pada Sabtu pukul 03.53 WIB pada episenter 3,75° LU; 95,97° BT, tepatnya di laut 46 km arah Barat Daya Meulaboh, Aceh Barat di kedalaman 53 km.
"Jika masyarakat pantai merasakan getaran gempa kuat, lebih baik evakuasi mandiri menjauh dari pantai," katanya.
Selain kawasan laut, BMKG juga mendeteksi jalur sesar Sumatera yang terbagi atas segmen Aceh, Seulimeum dan Tripa di daratan.
Daryono menjelaskan sejarah kegempaan di Indonesia menunjukkan segmen Tripa pernah memicu gempa merusak dengan kekuatan magnitudo (M) 7,3 pada 23 Agustus 1936 dan menelan korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022