Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengatakan selain bidang pendidikan, para santri juga dapat ikut berkontribusi di sektor industri.
"Para santri dapat ikut terlibat dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa, yang tengah menghadapi dua tantangan dalam beberapa dekade mendatang, yaitu perubahan iklim dan geopolitik global," katanya dalam keterangannya yang diterima di Depok, Jawa Barat, Senin.
Saat berbicara dalam acara "Monolog Negeri Sarung" di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Rachmat mengatakan kedua tantangan itu berpengaruh terhadap Indonesia, terutama di bidang ketahanan pangan dan industri.
Baca juga: Wakil Ketua DPR puji peran Erick Thohir mampu bangkitkan produk dalam negeri
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa untuk diolah demi kesejahteraan masyarakat. "Jika hal ini dilakukan, tantangan geopolitik global yang memicu kenaikan harga bahan pokok di sejumlah negara dapat tertangani," kata Rachmat.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menjawab tantangan ini adalah pengembangan potensi para santri. Menurut dia, santri harus digali kemampuannya agar tidak hanya berkembang di dunia pendidikan, tetapi juga dapat berkontribusi di bidang industri.
Rachmat Gobel pun mengapresiasi acara "Monolog Negeri Sarung" itu dan mencontohkan bahwa sarung yang merupakan ciri khas santri, jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditas yang tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga pasar global.
Baca juga: DPR: APBN 2023 harus pacu ekonomi berkualitas
"Ibarat sapu lidi, jika disatukan akan menjadi kekuatan yang besar. Tentu, hal ini juga dapat diterapkan dalam industri sarung. Jika setiap pesantren memiliki koperasi yang mengelola produksi sarung, apabila koperasi-koperasi tersebut disatukan, tentu akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia," katanya.
Acara "Monolog Negeri Sarung” yang terdiri atas tiga babak ini, pada babak pertama Inayah Wahid, putri bungsu Presiden Keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid menampilkan “"Sama-sama Cari Untung" yang mengisyaratkan pentingnya keberadaan teknologi untuk hal positif, bukan untuk aktivitas yang bersifat negatif, seperti perjudian.
Sementara itu, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.
Menurut dia, sarung juga memiliki simbol kesederhanaan. Kesederhanaan ini terwujud dalam cara seseorang berpikir, bersikap, bergaul, berbicara, berpolitik, dan berekonomi.
Tidak hanya itu, Said juga mengatakan sarung dapat menjadi jembatan untuk memperkokoh tali persaudaraan serta menjadi salah satu bentuk budaya yang menjadi identitas Indonesia di kancah internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Para santri dapat ikut terlibat dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa, yang tengah menghadapi dua tantangan dalam beberapa dekade mendatang, yaitu perubahan iklim dan geopolitik global," katanya dalam keterangannya yang diterima di Depok, Jawa Barat, Senin.
Saat berbicara dalam acara "Monolog Negeri Sarung" di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Rachmat mengatakan kedua tantangan itu berpengaruh terhadap Indonesia, terutama di bidang ketahanan pangan dan industri.
Baca juga: Wakil Ketua DPR puji peran Erick Thohir mampu bangkitkan produk dalam negeri
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa untuk diolah demi kesejahteraan masyarakat. "Jika hal ini dilakukan, tantangan geopolitik global yang memicu kenaikan harga bahan pokok di sejumlah negara dapat tertangani," kata Rachmat.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menjawab tantangan ini adalah pengembangan potensi para santri. Menurut dia, santri harus digali kemampuannya agar tidak hanya berkembang di dunia pendidikan, tetapi juga dapat berkontribusi di bidang industri.
Rachmat Gobel pun mengapresiasi acara "Monolog Negeri Sarung" itu dan mencontohkan bahwa sarung yang merupakan ciri khas santri, jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditas yang tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga pasar global.
Baca juga: DPR: APBN 2023 harus pacu ekonomi berkualitas
"Ibarat sapu lidi, jika disatukan akan menjadi kekuatan yang besar. Tentu, hal ini juga dapat diterapkan dalam industri sarung. Jika setiap pesantren memiliki koperasi yang mengelola produksi sarung, apabila koperasi-koperasi tersebut disatukan, tentu akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia," katanya.
Acara "Monolog Negeri Sarung” yang terdiri atas tiga babak ini, pada babak pertama Inayah Wahid, putri bungsu Presiden Keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid menampilkan “"Sama-sama Cari Untung" yang mengisyaratkan pentingnya keberadaan teknologi untuk hal positif, bukan untuk aktivitas yang bersifat negatif, seperti perjudian.
Sementara itu, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.
Menurut dia, sarung juga memiliki simbol kesederhanaan. Kesederhanaan ini terwujud dalam cara seseorang berpikir, bersikap, bergaul, berbicara, berpolitik, dan berekonomi.
Tidak hanya itu, Said juga mengatakan sarung dapat menjadi jembatan untuk memperkokoh tali persaudaraan serta menjadi salah satu bentuk budaya yang menjadi identitas Indonesia di kancah internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022