Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti mengharapkan realisasi anggaran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa juga digunakan untuk menangani stunting.
Menurut dia, dana BLT desa dapat dibelikan makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan anak mereka, karena kekurangan gizi bisa menyebabkan anak mengalami stunting.
"Dari dana desa kita gunakan BLT desa untuk penanganan stunting, harapannya dengan adanya tambahan uang, mereka jadi bisa beli (makanan bergizi) sambil kita berdoa mudah-mudahan nggak dibeliin pulsa sama rokok, karena musuhnya itu. Orang Indonesia itu mendingan lapar tapi bisa ikut Citayam Fashion Week," kata Astera dalam Media Gathering di Sentul, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: BKKBN gunakan pendekatan keluarga untuk edukasi stunting
Baca juga: Peneliti dorong optimalisasi penanganan stunting sejalan dengan target SDGs
Baca juga: BKKBN gandeng aplikasi parenting percepat penurunan stunting
Sampai Juni 2022, penerima BLT Desa mencapai 7,5 juta keluarga penerima manfaat (KPM) atau meningkat dibanding penerima pada periode yang sama tahun lalu sekitar 5 juta KPM.
"Ini terus terang sangat challenging karena desa itu goyang-goyang orangnya, dia-dia aja. Kadang-kadang nyari orang miskinnya berantem dulu, ada yang rumahnya kelihatan bagus tapi nggak punya duit karena dia kena PHK, ada yang rumahnya jelek tapi duitnya banyak karena kerjanya rutin, ini yang kita terus lakukan perbaikan dan daerah bisa lakukan adjustment," tuturnya.
Selain dukungan pembiayaan dari BLT Desa, penanganan stunting juga didorong melalui perbaikan fasilitas kesehatan, penyediaan air bersih, dan penyediaan sanitasi sebagai upaya pencegahan infeksi penyakit.
"Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkeu harap anggaran BLT Desa digunakan untuk penanganan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022