Sukabumi, 17/3 (Antara) - Ratusan warga Kampung Cipiit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat masih terisolir karena putusnya jembatan penghubung antarkampung untuk melintasi Sungai Citalahab.
"Jumlah penduduk di Kampung Cipiit, Desa Bojongsari, Kecamatan Nyalindung berjumlah sebanyak 40 kepala keluarga (KK) dengan seluruhnya berjumlah 150 jiwa," kata Ketua RT 04, Hermawan di Sukabumi, Kamis.
Ia mengatakan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, buruh tani dan pelajar dan akses utama untuk menyeberang sungai adalah jembatan, sehingga dengan putusnya jembatan tersebut warga di sini kesulitan keluar kampung.
Menurutnya, sejak putusnya jembatan tersebut pada Jumat, (11/3) warga di sini terpaksa harus menyeberangi sungai untuk melakukan aktivitas sehari-harinya dan sudah dipastikan menantang maut. Apalagi jika tengah turun hujan, aliran Sungai Citalahab menjadi deras dan sulit dilalui sehingga warga tidak bisa kemana-mana.
Maka dari itu, pihaknya berharap pemerintah daerah setempat untuk membangun sementara jembatan agar aktivitas warga bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, jika melewati jalur lain harus menempuh jarak yang cukup jauh ditambah kondisi medan jalan yang berlumpur sehingga menambah biaya lagi.
"Yang kami khawatirkan para pelajar yang mau sekolah ke daerah lain dan terpaksa harus menyeberangi sungai yang bisa saja terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan," tambah Hermawan.
Sementara itu, salah seorang warga Syamsiah mengatakan untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari, ia dan warga lain harus mengeluarkan kocek tambahan, padahal hanya untuk membeli ikan asin atau sayuran saja.
Bahkan. persediaan beras sudah mulai menipis dan jika ingin membeli beras harus datang ke penggilingan padi yang berada di seberang sungai.
"Jembatan itu merupakan satu-satunya akses jalan kami, jika tidak ada harus memutar dan menembus bukit dan jaraknya pun sangat jauh. Sehingga jembatan tersebut merupakan sarana vital bagi kami," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Jumlah penduduk di Kampung Cipiit, Desa Bojongsari, Kecamatan Nyalindung berjumlah sebanyak 40 kepala keluarga (KK) dengan seluruhnya berjumlah 150 jiwa," kata Ketua RT 04, Hermawan di Sukabumi, Kamis.
Ia mengatakan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, buruh tani dan pelajar dan akses utama untuk menyeberang sungai adalah jembatan, sehingga dengan putusnya jembatan tersebut warga di sini kesulitan keluar kampung.
Menurutnya, sejak putusnya jembatan tersebut pada Jumat, (11/3) warga di sini terpaksa harus menyeberangi sungai untuk melakukan aktivitas sehari-harinya dan sudah dipastikan menantang maut. Apalagi jika tengah turun hujan, aliran Sungai Citalahab menjadi deras dan sulit dilalui sehingga warga tidak bisa kemana-mana.
Maka dari itu, pihaknya berharap pemerintah daerah setempat untuk membangun sementara jembatan agar aktivitas warga bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, jika melewati jalur lain harus menempuh jarak yang cukup jauh ditambah kondisi medan jalan yang berlumpur sehingga menambah biaya lagi.
"Yang kami khawatirkan para pelajar yang mau sekolah ke daerah lain dan terpaksa harus menyeberangi sungai yang bisa saja terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan," tambah Hermawan.
Sementara itu, salah seorang warga Syamsiah mengatakan untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari, ia dan warga lain harus mengeluarkan kocek tambahan, padahal hanya untuk membeli ikan asin atau sayuran saja.
Bahkan. persediaan beras sudah mulai menipis dan jika ingin membeli beras harus datang ke penggilingan padi yang berada di seberang sungai.
"Jembatan itu merupakan satu-satunya akses jalan kami, jika tidak ada harus memutar dan menembus bukit dan jaraknya pun sangat jauh. Sehingga jembatan tersebut merupakan sarana vital bagi kami," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016