Kabar meninggalnya Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menjadi duka mendalam tak hanya bagi masyarakat Jepang, namun juga dunia internasional yang merasa kehilangan atas kepergiannya.

Pria 67 tahun itu wafat setelah menjadi korban penembakan di Kota Nara, dekat Stasiun Yamato-Saidaji, Jumat (8/7).

Abe sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak terselamatkan. Ucapan belasungkawa dan pengakuan kehilangan sosok pria karismatik tersebut membanjiri berbagai platform. 

Duka mendalam juga dirasakan pelaku olahraga karena Abe adalah tokoh yang berjasa besar kepada olahraga dengan karya terbesarnya menjadikan Tokyo tuan rumah Olimpiade 2020.

Abe memiliki peran strategis membawa pesta olahraga terbesar di dunia tersebut ke Negeri Sakura setelah kali terakhir menjadi tuan rumah pada 1964.

Abe terbang ke Argentina dari KTT G20 di St Petersburg, Rusia, untuk berbicara dengan anggota IOC. Dia berusaha meyakinkan semua orang dalam forum itu bahwa Jepang siap dan layak menjadi tuan rumah Olimpiade di tengah ketakutan atas insiden ledakan reaktor nuklir Fukushima yang kala itu belum lama terjadi.

Super Mario

Tak sampai di situ, momen paling diingat oleh masyarakat olahraga dunia adalah ketika penutupan Olimpiade Rio de Janeiro di Brazil pada 2016.

Kala itu, Abe menjadi bintangnya. Dalam acara tersebut, layar besar menyuguhkan teaser Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.

Kemudian, skenario beralih kepada Abe yang diceritakan hendak bertolak dari Jepang ke Brazil. Dalam perjalanan, Abe menyadari waktu tidak cukup.

Abe sontak berubah menjadi Super Mario, karakter Nintendo yang populer itu. Layaknya karakter yang ada dalam gim tersebut, dia menggunakan keahlian agar bisa ke Brazil melalui jalan pintas.

Abe yang berubah menjadi Super Mario kemudian berlari kencang menuju Perempatan Shibuya yang fenomenal di Jepang.

Super Mario Abe kemudian bertemu dengan tokoh Doraemon, kartun buatan Jepang, untuk masuk ledeng.

Perjalanan Tokyo menyelenggarakan Olimpiade 2020 ternyata menghadapi ujian berat. Abe sempat membatalkan desain awal Stadion Nasional di Jepang karena dikritik luas oleh masyarakat.

Tak berhenti di situ, Abe dan IOC juga harus membuat keputusan sulit, menunda Olimpiade dan Paralimpiade selama satu tahun setelah pandemi COVID-19 melanda dunia.
 
Pengakuan dunia

Meski begitu, dia mendapat pengakuan dari banyak pihak atas sumbangsih besarnya untuk Olimpiade Tokyo yang sukses itu.

Presiden IOC Thomas Bach bahkan menyebut Abe orang yang memiliki visi, penuh tekad dan energi tak terbatas dalam mewujudkan visinya tersebut.

"Keterlibatan Abe sangat penting dalam membuat Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo menjadi penyelenggara terbaik dari yang pernah ada," kata Bach.

"Selama bertahun-tahun, Perdana Menteri Abe menjadi mitra kuat kami dan selalu membela kepentingan Jepang dan pada saat yang sama, dapat dipercaya. Dengan menunda Olimpiade Tokyo, kami dapat menemukan solusi. Bahkan dalam situasi yang paling sulit di tengah pandemi COVID-19," kata Bach.

Wakil presiden IOC John Coates yang bekerja erat dengan Abe dalam kapasitasnya sebagai ketua Komisi Koordinasi IOC untuk Olimpiade Tokyo 2020 mengatakan hal senada dengan Bach.

"Shinzo Abe adalah sahabat Gerakan Olimpiade. Tanpa komitmen Shinzo Abe, keputusan menunda Olimpiade selama satu tahun dalam menghadapi pandemi global tidak akan terjadi," kata Coates

"Semua atlet dunia yang berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2020 selamanya berutang budi kepada dia," sambung Coates.

Pun demikian dengan Presiden Komite Paralimpiade Internasional Andrew Parsons yang berbelasungkawa untuk Abe.  
 
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Shinzo Abe dan warisan untuk olahraga dunia

Pewarta: Muhammad Ramdan

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022