Dalang Ki Bayu Aji Nugraha dari Sanggar Seni Bajran Gupita Yogyakarta berpendapat kolaborasi dan dukungan generasi muda adalah hal penting agar seni pementasan wayang kulit mampu lestari dan tetap digemari.
"Wayang tidak akan mati, karena usianya hingga sekarang sudah 3.000 tahun lebih, sejak zaman nenek moyang, animisme dinamisme. Wayang masih bergerak ikuti perkembangan zaman, dengan kolaborasi lintas disiplin ilmu harus terus dicoba agar kehadirannya tetap ada," kata Ki Bayu saat ditemui ANTARA di Jakarta, dikutip Minggu.
Bicara soal kolaborasi dan anak muda, dalang berusia 29 tahun tersebut mengatakan ketertarikan dapat dibentuk dengan melibatkan mereka langsung ke proses berkesenian, dan tidak membatasi kreativitas mereka.
Baca juga: FIB UI gelar "Minggu Semata Wayang" untuk lestarikan kebudayaan
Baca juga: Wayang Kulit Hipnotis masyarakat di Belanda
Dengan itu, lanjut Ki Bayu, generasi muda akan terus semangat mengeksplorasi, bertukar pikiran, dan mengembangkan bakat serta gaya seninya.
Di Sanggar Seni Bajran Gupita Yogyakarta sendiri, Ki Bayu mengatakan didominasi dengan kehadiran anak-anak muda, mulai dari mereka yang mendalami ilmu pendalangan, musik tradisional, hingga sinden.
Kehadiran para senior pun turut mendampingi mereka guna memberikan dasar-dasar ilmu dan pengalaman, sehingga para anak muda di sanggar mampu berkreasi sesuai dengan zaman.
"Saya bilang semangat mereka luar biasa karena mereka juga tidak berhenti berkarya. Mereka tidak hanya sekadar mengembangkan, tp juga melakukan kolaborasi lintas ilmu seni, saling bertukar pengalaman dan berikan sajian baru," papar Ki Bayu.
"Itu strategi jitu bagi anak muda untuk tertarik, tanya dan belajar. Dari situlah, sanggar menganggap misi kami telah berhasil," imbuhnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kolaborasi jadi kunci lestarikan seni pementasan wayang
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Wayang tidak akan mati, karena usianya hingga sekarang sudah 3.000 tahun lebih, sejak zaman nenek moyang, animisme dinamisme. Wayang masih bergerak ikuti perkembangan zaman, dengan kolaborasi lintas disiplin ilmu harus terus dicoba agar kehadirannya tetap ada," kata Ki Bayu saat ditemui ANTARA di Jakarta, dikutip Minggu.
Bicara soal kolaborasi dan anak muda, dalang berusia 29 tahun tersebut mengatakan ketertarikan dapat dibentuk dengan melibatkan mereka langsung ke proses berkesenian, dan tidak membatasi kreativitas mereka.
Baca juga: FIB UI gelar "Minggu Semata Wayang" untuk lestarikan kebudayaan
Baca juga: Wayang Kulit Hipnotis masyarakat di Belanda
Dengan itu, lanjut Ki Bayu, generasi muda akan terus semangat mengeksplorasi, bertukar pikiran, dan mengembangkan bakat serta gaya seninya.
Di Sanggar Seni Bajran Gupita Yogyakarta sendiri, Ki Bayu mengatakan didominasi dengan kehadiran anak-anak muda, mulai dari mereka yang mendalami ilmu pendalangan, musik tradisional, hingga sinden.
Kehadiran para senior pun turut mendampingi mereka guna memberikan dasar-dasar ilmu dan pengalaman, sehingga para anak muda di sanggar mampu berkreasi sesuai dengan zaman.
"Saya bilang semangat mereka luar biasa karena mereka juga tidak berhenti berkarya. Mereka tidak hanya sekadar mengembangkan, tp juga melakukan kolaborasi lintas ilmu seni, saling bertukar pengalaman dan berikan sajian baru," papar Ki Bayu.
"Itu strategi jitu bagi anak muda untuk tertarik, tanya dan belajar. Dari situlah, sanggar menganggap misi kami telah berhasil," imbuhnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kolaborasi jadi kunci lestarikan seni pementasan wayang
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022