Sukabumi (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kota Sukabumi, Jawa Barat mengembangkan potensi batik khas kota ini karena mempunyai banyak perajin batik yang terus mengembangkan kreativitas seni membatiknya.
"Potensi ini harus terus digali, agar batik khas Kota Sukabumi bisa bersaing dengan batik dari daerah lain," kata Wali Kota Sukabumi, Mohamad Muraz di Sukabumi, Minggu.
Menurutnya, walauapun masih banyak keterbatasan bahan baku dan distribusi pemasaran, tetapi secara bertahap pihaknya akan memberikan bantuan kepada para perajin khususnya dalam promosi hasil kerajinannya itu baik melalui pameran maupun diberikan sebagai cinderamata khas Kota Sukabumi.
Selain itu, pendidikan untuk membatik juga mulai diterapkan kepada anak usia dini mulai dari tingkat TK hingga SMK sehingga batik dari kota ini bisa lebih dikenal luas baik tingkat nasional maupun internasional karena keunikan dan kualitasnya. Maka dari itu, para perajin harus termotivasi karena potensi batik ini bisa terus berkembang baik dari segi pemasaran, kualitas maupun kauntitasnya.
"Produksi batik khas Kota Sukabumi sudah banyak kemajuan dari berbagai segi pemasaran, karena kualitasnya bisa bersaing dengan daerah lain khususnya dari Pekalongan," tambahnya.
Muraz mengatakan kerajinan batik menjadi penggerak kegiatan ekonomi rakyat dengan tenaga kerja mayoritas para wanita. Hal ini sangat membantu terhadap perekonomian warga berbasis wanita. Lebih lanjut, penggunaan batik di Kota Sukabumi saat ini tidak hanya sebatas pada acara resmi dan pesta saja, tetapi sudah menjadi baju gaul dari kaum muda.
Di sisi lain, berkembangnya fenomena penggunaan batik khususnya di Kota Sukabumi tidak terlepas dari komitmen semua pihak untuk senantiasa mengkampanyekan gerakan penggunaan, pelestarian dan pengembangan Batik Khas Kota Sukabumi mulai dari para pejabat, pegawai, lembaga perbankan, sekolah dan masyarakat umum..
"Peningkatan dan pengembangan penggunaan batik ini manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh para pelaku usaha dan industri batik saja, namun juga bisa meningkatkan kesejahteraan para pengrajin batik beserta anggota keluarganya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Potensi ini harus terus digali, agar batik khas Kota Sukabumi bisa bersaing dengan batik dari daerah lain," kata Wali Kota Sukabumi, Mohamad Muraz di Sukabumi, Minggu.
Menurutnya, walauapun masih banyak keterbatasan bahan baku dan distribusi pemasaran, tetapi secara bertahap pihaknya akan memberikan bantuan kepada para perajin khususnya dalam promosi hasil kerajinannya itu baik melalui pameran maupun diberikan sebagai cinderamata khas Kota Sukabumi.
Selain itu, pendidikan untuk membatik juga mulai diterapkan kepada anak usia dini mulai dari tingkat TK hingga SMK sehingga batik dari kota ini bisa lebih dikenal luas baik tingkat nasional maupun internasional karena keunikan dan kualitasnya. Maka dari itu, para perajin harus termotivasi karena potensi batik ini bisa terus berkembang baik dari segi pemasaran, kualitas maupun kauntitasnya.
"Produksi batik khas Kota Sukabumi sudah banyak kemajuan dari berbagai segi pemasaran, karena kualitasnya bisa bersaing dengan daerah lain khususnya dari Pekalongan," tambahnya.
Muraz mengatakan kerajinan batik menjadi penggerak kegiatan ekonomi rakyat dengan tenaga kerja mayoritas para wanita. Hal ini sangat membantu terhadap perekonomian warga berbasis wanita. Lebih lanjut, penggunaan batik di Kota Sukabumi saat ini tidak hanya sebatas pada acara resmi dan pesta saja, tetapi sudah menjadi baju gaul dari kaum muda.
Di sisi lain, berkembangnya fenomena penggunaan batik khususnya di Kota Sukabumi tidak terlepas dari komitmen semua pihak untuk senantiasa mengkampanyekan gerakan penggunaan, pelestarian dan pengembangan Batik Khas Kota Sukabumi mulai dari para pejabat, pegawai, lembaga perbankan, sekolah dan masyarakat umum..
"Peningkatan dan pengembangan penggunaan batik ini manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh para pelaku usaha dan industri batik saja, namun juga bisa meningkatkan kesejahteraan para pengrajin batik beserta anggota keluarganya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016