Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama rivalnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena berkurangnya ekspektasi inflasi mendorong penilaian ulang prospek kenaikan suku bunga yang agresif tetapi pasar yang bergejolak menahan penurunan yang lebih luas.

Taruhan kenaikan suku bunga yang agresif telah mendorong dolar dengan indeks naik ke level tertinggi hampir dua dekade di 105,79 awal bulan ini. Tetapi dengan beberapa indikator data frekuensi tinggi yang menunjukkan momentum ekonomi mulai mendingin dan penurunan harga-harga komoditas yang lebih luas, investor menjadi berhati-hati.

"Sulit bagi Wall Street untuk dengan percaya diri mengatakan ada titik terendah, jadi banyak pedagang masih mencari untuk memudarkan reli apa pun yang muncul," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.

Terhadap para pesaingnya, indeks dolar melemah 0,12 persen menjadi 103,9. Awal bulan ini, indeks dolar mencapai 105,79, tertinggi sejak akhir 2002.

Pasar berjangka memperkirakan para pedagang sekarang mengantisipasi suku bunga acuan Federal Reserve AS yang stabil di sekitar 3,5 persen dari Maret tahun depan, kemunduran dari perkiraan melonjak menjadi sekitar 4,0 persen pada 2023.

"Hari ini adalah hari konsolidasi," kata Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex LLC.

Sementara itu, euro didukung oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Euro menguat 0,27 persen pada 1,0587 dolar.

Baca juga: Dolar AS melemah karena pasar menilai kembali suku bunga Fed
Baca juga: Euro jatuh setelah data PMI lemah dan dolar menguat
Baca juga: Yuan menguat 176 basis poin terhadap dolar AS



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar melemah, pasar pertimbangkan kembali taruhan atas suku bunga Fed

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Riza Harahap


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022