Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia (Japelidi) bekerja sama dengan My America Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat, kembali menggelar Pelatihan Literasi Digital untuk Kaum Muda Indonesia Timur, khususnya bagi Siswa-siswi SMA 7 dan SMA 10, Buru Selatan, Maluku.  

"Kami melihat berbagai tantangan di dunia digital yang dihadapi oleh kaum muda seperti tidak sopan di media sosial, gaptek atau kurang canggih memanfaatkan media digital, mudah terlena bujuk rayu penipuan digital serta kurang menghargai perbedaan di ruang digital, perlu dicarikan solusinya," ujar Kordinator Nasional Japelidi dan Pengajar UGM, Novi Kurnia dalam keterangannya, Minggu.

Dosen Komunikasi Universitas Udayana,Ni Made Ras Amanda yang merupakan Ketua Pelaksanaan Program Nasional dalam sambutannya berharap setelah pelatihan, adik-adik semakin kompeten dan juga bersedia menjadi agen-agen literasi digital bagi sesama anak muda,” katanya di hadapan siswa SMAN 10 Buru Selatan.

Kordinator Nasional Pelatihan Kaum Muda Indonesia Timur, dan Pengajar Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang dilangsungkan di 5 Provinsi dan 10 Kabupaten, di Kawasan Indonesia Timur yaitu Kalimantan Selatan (Banjar, Tanah Laut).

Selanjutnya Sulawesi Selatan (Gowa, Pare Pare), Bali (Bangli, Karang Asem), Nusa Tenggara Timur (Kupang, Manggarai Barat) dan Maluku (Maluku Tengah dan Buru Selatan), menyasar sedikitnya 500 kaum muda Indonesia Timur, dengan rentang usia 15-19 tahun, melalui pelatihan hybrid, offline dan online.

Kordinator Media dan Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang Frida Kusumastuti mengatakan program untuk Kaum Muda Indonesia Timur ini melalui serangkaian proses hampir satu tahun, yang dimulai dengan pertemuan dengan kaum muda lewat FGD, lalu tim program menyusun modul pelatihan, menyelenggarakan serangkaian pelatihan, menggelar kompetisi dan kemudian nanti ditutup dengan penyusunan peta digital kompetensi literasi digital Kaum Muda Indonesia Timur.

Devie Rahmawati dan Frida Kusumastuti, fasilitator tema Keamanan (safety) Digital mengatakan hal yang sama dimana berbagai kejahatan terus mengintai kehidupan anak muda di ruang digital seperti pelanggaran data pribadi, penipuan online dan pembajakan akun. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak muda usia 18-24, meskipun memiliki penguasaan fitur dan ketrampilan digital, ternyata tiga kali lebih besar untuk tidak mengenali penipuan daripada manula. Oleh karenanya, kami dalam pelatihan juga bahkan mendemonstrasikan bagaimana cara mengecek kekuatan kata kunci (password) yang mereka gunakan, agar mereka dapat melindungi rumah digital mereka dengan baik seperti email, media sosial, gawai dan sebagainya.
 
Ratri R Kusuma Lestari (pengajar Universitas Islam Bandung) dan Leviane Jackelin (pengajar Universitas Sam Ratulangi Manado), para fasilitator untuk tema Kecakapan (skill) Digital menyatakan anak muda timur harus memiliki tiga aktivitas yang akan membentuk kecakapan (skill) digital yaitu anti tipu-tipu, belajar memanfaatkan aplikasi/tools bahasa anti cupu serta bagaimana membuat konten dan anti gaptek. 

"Kami pun melatih peserta untuk melakukan simulasi bagaimana terampil memastikan kebenaran sebuah informasi dengan berbagai media di ruang digital," ujarnya. 

Moderator pelatihan Eni Maryani dan Santi Indra Astuti mengatakan untuk mengukur dan memastikan bahwa materi yang dilatih sudah memenuhi misi pelatihan, kami menggelar pre dan post test. 

Tidak hanya itu, kami juga menyelengarakan kompetisi Video kreatif dengan tema besar Cakap & Keren Bermedia Digital sub tema Ayo Lawan Cyberbullying dan Awasi Data Pribadimu. Anak muda timur pemenangnya akan mendapatkan hadiah Smartphone, Smartwatch, Paket Podcast dan ActionCam. 

Pewarta: Pewarta Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022