Konvoi besar mobil dan van yang membawa pengungsi dari reruntuhan bangunan di Mariupol tiba di Kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada Sabtu (14/5) setelah menunggu berhari-hari agar pasukan Rusia mengizinkan mereka pergi.

Mariupol, yang sekarang sebagian besar dikuasai Rusia, sudah rata akibat perang yang berlangsung selama 80 hari.

Ukraina secara bertahap telah mengevakuasi warga sipil dari kota yang hancur itu selama lebih dari dua bulan.

Pengungsi pertama-tama harus keluar dari Mariupol dan kemudian dengan cara apa pun pergi ke Berdyansk, yang berjarak lebih jauh sekitar 80 km ke arah barat di sepanjang pantai.

Setelah itu, mereka harus menempuh perjalanan ke daerah lain sebelum akhirnya berkendara ke barat laut sejauh 200 km menuju ke Zaporizhzhia.

Seorang pensiunan berusia 74 tahun bernama Nikolai Pavlov mengatakan bahwa dia sempat tinggal di ruang bawah tanah selama sebulan setelah apartemennya hancur akibat serangan.

Seorang kerabat yang menggunakan "jalan rahasia" berhasil membawanya keluar dari Mariupol ke Berdyansk.

"Kami nyaris tidak berhasil keluar, ada banyak orang tua di antara kami ... perjalanan itu membuat remuk badan kami. Tapi itu sepadan," katanya setelah konvoi tiba di Zaporizhzhia dalam kegelapan.


Baca juga: Ukraina sudah evakuasi semua perempuan, anak, dan lansia dari Mariupol

Seorang asisten wali kota Mariupol sebelumnya mengatakan konvoi pengungsi itu berjumlah antara 500 hingga 1.000 mobil, yang merupakan evakuasi tunggal terbesar dari kota itu sejak invasi Rusia pada 24 Februari.

Iryna Petrenko (63 tahun) mengatakan dia awalnya memilih tinggal di Mariupol untuk merawat ibunya yang berusia 92 tahun, namun ibunya kemudian meninggal.

"Kami menguburkan ibu di sebelah rumahnya, karena tidak ada tempat lagi untuk memakamkan siapa pun," katanya.

Untuk sementara waktu, pihak berwenang Rusia tidak mengizinkan sejumlah besar mobil pergi, ujar Petrenko.

Hanya pabrik baja Azovstal yang luas di kota pelabuhan itu yang masih berada di bawah kendali para pejuang Ukraina setelah pertempuran yang berkepanjangan.

"Rumah orang tua saya terkena serangan udara, semua jendela pecah," kata Yulia Panteleeva (27 tahun) yang bersama anggota keluarga lainnya tidak berada di sana.

"Saya tidak bisa berhenti membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi pada kami jika kami tinggal di rumah," ucapnya.

Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan apa yang digambarkannya sebagai nasionalisme anti Rusia.

Sementara, Ukraina dan negara-negara Barat mengatakan Rusia melancarkan perang tanpa alasan.

Sumber: Reuters


Baca juga: Ukraina tunggu pengungsi dari Kota Mariupol yang diduduki Rusia
Baca juga: Ukraina tawarkan Rusia berunding tanpa syarat di Mariupol

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga

Editor : Riza Harahap


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022