Indo Ocean Project berupaya menggairahkan kembali sektor pariwisata Bali yang mengalami kelesuan selama dua tahun pandemi COVID-19, melalui restorasi terumbu karang.
"Bali sebagai daerah yang mengutamakan sektor pariwisata, merasakan dampak signifikan akibat pandemi COVID-19," kata Pascal Sebastian dari Indo Ocean Project, dikutip dari keterangan tertulis IPB University, Jumat.
Menurut Pascal, Nusa Penida merupakan salah satu wilayah di Bali yang baru mengembangkan sektor pariwisata.
Baca juga: Wisatawan domestik nikmati pemandangan Bali di GWK saat libur Lebaran
Sebelumnya, penduduk lokal Bali mengandalkan komoditas rumput laut sebagai mata pencaharian utama dan kemudian beralih menjadi penggiat usaha pariwisata.
"Sayangnya tidak lama kemudian pandemi COVID-19 singgah di Bali. Rendahnya ketahanan ekonomi menyebabkan banyak usaha pariwisata yang bangkrut seperti gugurnya sebagian besar dive guide dan dive operator," katanya.
Pascal berupaya bangkit dari kondisi ini dengan membentuk kelompok restorasi terumbu karang bernama "The CorAlliance."
Upaya ini sebagai alternatif untuk membangkitkan perekonomian di tengah pembatasan kegiatan akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Mengintip kesiapan tiga desa wisata di Buleleng jadi objek kunjungan delegasi KTT G20
"Saya berpikir bagaimana menghasilkan uang dengan keahlian saya (karang dan kegiatan restorasi karang). Kemudian muncullah gagasan untuk mengupayakan kegiatan restorasi karang berbasis komunitas, dan akhirnya terbentuk “The CorAlliance” terbentuk," ungkapnya.
Ahli biologi kelautan ini menyatakan bahwa usaha yang dirintisnya tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan pekerjaan, juga membantu pemulihan ekosistem terumbu karang sekaligus mengedukasi masyarakat setempat.
"Masyarakat lokal seumur hidupnya tinggal di Nusa Penida, tetapi tidak tidak paham apa itu terumbu karang. Kami berupaya mengubah kultur tersebut dengan mengedukasi pentingnya terumbu karang untuk hidup mereka dan pentingnya untuk menjaga keanekaragaman hayati,” tambah pelaku restorasi karang ini.
Baca juga: Kunjungan wisman ke objek wisata Ulundanu Bedugul Bali meningkat
Pascal menerapkan beberapa metode selama menjalankan upaya restorasi seperti, "live rock" dan "floating rope". Floating rope merupakan teknik penanaman rumput laut dengan menggunakan patok kayu dan tali.
Semua metode yang dilakukan terbilang mudah, murah, dan mampu bertahan dalam air meski berasal dari bahan organik.
Hingga April 2022, capaian yang telah diperoleh melalui upaya restorasi karang ini adalah sejumlah 10.046 koral telah ditanam dengan total luasan 300 meter persegi. Kegiatan ini telah berjalan selama 21 bulan dan berhasil menyerap sembilan pekerja pariwisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Bali sebagai daerah yang mengutamakan sektor pariwisata, merasakan dampak signifikan akibat pandemi COVID-19," kata Pascal Sebastian dari Indo Ocean Project, dikutip dari keterangan tertulis IPB University, Jumat.
Menurut Pascal, Nusa Penida merupakan salah satu wilayah di Bali yang baru mengembangkan sektor pariwisata.
Baca juga: Wisatawan domestik nikmati pemandangan Bali di GWK saat libur Lebaran
Sebelumnya, penduduk lokal Bali mengandalkan komoditas rumput laut sebagai mata pencaharian utama dan kemudian beralih menjadi penggiat usaha pariwisata.
"Sayangnya tidak lama kemudian pandemi COVID-19 singgah di Bali. Rendahnya ketahanan ekonomi menyebabkan banyak usaha pariwisata yang bangkrut seperti gugurnya sebagian besar dive guide dan dive operator," katanya.
Pascal berupaya bangkit dari kondisi ini dengan membentuk kelompok restorasi terumbu karang bernama "The CorAlliance."
Upaya ini sebagai alternatif untuk membangkitkan perekonomian di tengah pembatasan kegiatan akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Mengintip kesiapan tiga desa wisata di Buleleng jadi objek kunjungan delegasi KTT G20
"Saya berpikir bagaimana menghasilkan uang dengan keahlian saya (karang dan kegiatan restorasi karang). Kemudian muncullah gagasan untuk mengupayakan kegiatan restorasi karang berbasis komunitas, dan akhirnya terbentuk “The CorAlliance” terbentuk," ungkapnya.
Ahli biologi kelautan ini menyatakan bahwa usaha yang dirintisnya tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan pekerjaan, juga membantu pemulihan ekosistem terumbu karang sekaligus mengedukasi masyarakat setempat.
"Masyarakat lokal seumur hidupnya tinggal di Nusa Penida, tetapi tidak tidak paham apa itu terumbu karang. Kami berupaya mengubah kultur tersebut dengan mengedukasi pentingnya terumbu karang untuk hidup mereka dan pentingnya untuk menjaga keanekaragaman hayati,” tambah pelaku restorasi karang ini.
Baca juga: Kunjungan wisman ke objek wisata Ulundanu Bedugul Bali meningkat
Pascal menerapkan beberapa metode selama menjalankan upaya restorasi seperti, "live rock" dan "floating rope". Floating rope merupakan teknik penanaman rumput laut dengan menggunakan patok kayu dan tali.
Semua metode yang dilakukan terbilang mudah, murah, dan mampu bertahan dalam air meski berasal dari bahan organik.
Hingga April 2022, capaian yang telah diperoleh melalui upaya restorasi karang ini adalah sejumlah 10.046 koral telah ditanam dengan total luasan 300 meter persegi. Kegiatan ini telah berjalan selama 21 bulan dan berhasil menyerap sembilan pekerja pariwisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022