International Undergraduate Program (IUP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar kuliah umum bertema “Business Valuation and Financial Reporting Analysis” ini membahas pentingnya penilaian bisnis bagi sebuah perusahaan.

"Biasanya startup membutuhkan penilaian bisnis saat berada pada tahap pra-pendapatan karena kondisinya sulit dinilai secara akurat, mengingat mereka belum memiliki pendapatan operasional atau produk yang dapat dijual," kata Principal Advisor dan President Nilzon Capital, Frizon Akbar Putra dalam keterangannya, Jumat.

Pernyataan Frizon tersebut disampaikan dalam kuliah umum yang bertema “Business Valuation and Financial Reporting Analysis” ini membahas pentingnya penilaian bisnis bagi sebuah perusahaan.

Baca juga: BEM FEB UI sampaikan enam poin rekomendasi kebijakan bangkitkan UMKM

Frizon mengatakan pemilik bisnis mengharapkan valuasi yang tinggi, sedangkan penanam modal cenderung memilih nilai lebih rendah yang menjanjikan pengembalian investasi (return of investment/ROI) lebih besar.

Banyak pemilik bisnis yang meminta bantuan evaluator bisnis profesional untuk mengestimasi objektif nilai bisnis, terlebih jika melibatkan pasar modal. Di Indonesia, Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) dikenal sebagai penilai bisnis yang tunduk pada peraturan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Pengguna penilai bisnis meliputi para pemilik bisnis, manajer portofolio, analis riset, bankir investasi, aktivis investor, dan pedagang," katanya.

Baca juga: Mahasiswa FEB UI raih juara 1 dan 2 pada ajang ICAEW 2022

Menurut Frizon, metode penilaian penting karena mampu melacak kinerja bisnis yang mencakup perkiraan perubahan nilai, bukan sekadar pendapatan dan nilai buku. Penilaian ini meningkatkan efisiensi proses pengambilan keputusan investasi di suatu perusahaan.

Metodologi penilaian terbagi atas pendekatan berbasis aset (asset-based), nilai pasar (market), nilai pendapatan (income), dan nilai alternatif (alternative). Penggunaan pendekatan nilai pasar dan nilai pendapatan paling umum di pasar modal dan perbankan investasi.

Baca juga: Guru Besar FEB UI: Pandemi berikan dampak terhambatnya pencapaian SDG's

"Kami melihat krisis pandemi Covid-19 sebagai peluang. Faktanya, sebagian besar investor saat ini berasal dari mereka yang mendaftar akun investasi pertama selama 2020 dan setelahnya. Selama 40 tahun sebelum krisis, jumlah investor di pasar modal Indonesia kurang dari yang kita miliki selama 2022 hingga sekarang. Oleh karena itu, ini bisnis yang sangat menjanjikan," demikian Frizon.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022