Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) melakukan upaya konservasi satwa terancam punah yakni Banteng, Babirusa, dan Anoa yang dikelola secara global melibatkan sejumlah negara.

"Melalu pengelolaan spesies secara global ini ditargetkan populasi ketiga satwa endemis Indonesia ini bisa meningkat 10 persen dalam waktu lima tahun," kata Sekretaris Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Novianto Bambang, dalam workshop Global Species Management Planning (GSMP) di Royal Safari Garden, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ia mengatakan, Banteng, Babirusa dan Anoa merupakan tiga dari 25 satwa terancam punah yang ditargetkan oleh pemerintah untuk ditingkatkan populasinya dalam kurun waktu lima tahun sebesar 10 persen. Khusus untuk tiga satwa endemis tersebut, upaya konservasi dilakukan secara global melibatkan sejumlah kebun binatang dari beberapa negara yakni Kebun Binatang se-Eropa (EAZA), Association Zoos and Aquariums (AZA) Nort Amarica, IUCN Species Survival Commission (IUCN SSC), IUCN SSC Asian Wild Cattle Specialist Group (AWCSG), IUCN SSC Wild Og Specialist Group (WPSG).

"Indonesia tidak bisa bekerja sendiri, kita bagian dari global, pengelolaan secara GSMP ini saling belajar dari mereka yang sukses melakukan upaya konservasi secara eks situ (luar habitat)," katanya.

Menurutnya, urgensi dari pengelolan spesies secara global ini karena jumlah populasi satwa endemis Indonesia semakin menurun, seperti Banteng Jawa jumlah yang tersisa sekitar 1.500 ekor, paling banyak terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Timur. Sedangkan populasi Anoa sangat terbatas sekitar 700 ekor tersebar di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara, begitu juga dengan Babirusa yang tersisa hanya 700 ekor.

"Ini berbahaya kalau terus dibiarkan, pemerintah harus mendorong upaya konservasi secara eks situ dilakukan lebih masif, sehingga dapat meningkatkan populasi dan genetik, yang nantinya dapat dikembalikan ke habitat alaminya untuk meningkatkan populasi," katanya.

Sekjen PKBSI, Tony Sumampau menyebutkan, dari 62 kebun raya yang ada di Indonesia, baru 56 kebun raya yang sudah tergabung sebagai anggota PKBSI. Dari jumlah tersebut hanya 11 kebun raya yang mampu melakukan upaya konservasi ketiga satwa yang terancam punah.

"Ada lima kebun raya yang menangkarkan Banteng, tiga kebun raya menangkarkan Babirusa dan tiga lainnya menangkarkan Anoa. Ditambah empat taman nasional, dan lima balai," katanya.

Ia mengatakan, PKBSI mendorong agar seluruh kebun binatang di Indonesia dapat melakukan upaya penyelamatan spesies dan genetik Banteng, Babirusa, dan Anoa, dengan meningkatkan kapasitas kandang dan tenaga ahli seperti dokter, perawat dan pelatih.

"Ada upaya untuk meningkatkan kapasitas kebun binatang yang tergabung di bawah PKBSI untuk bisa melakukan konservasi, sehingga kedepan dapat mudah mentranfer spesies antar kebun raya untuk meningkatkan populasi," katanya.

Ia menyebutkan, Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, sejak 2013 telah melakukan penangkaran Banteng, yang telah menghasilkan anakan cukup banyak, kini populasinya mencapai 30 ekor. Tujuh ekor Banteng telah ditransfer ke Kebun Binatang Baluran.

"TSI juga sudah melakukan penangkaran Anoa, melalui inseminasi buatan (IB), sudah melahirkan sembilan ekor anakan," katanya.

Tony menambahkan, tahun 2014, PKBSI telah menandatangani MoU untuk melakukan pengelolan spesies secara global yang tujuannya telah ditetapkan dan disepakati bersama dan juga memeprtimbangkan peraturan yang berlaku di regional masing-masing, hasilnya pun dapat menunjukkan keberlanjutan atau peningkatan upaya konservasi yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan oleh satu regional saja.

"GSMP sangat diperlukan untuk mempermudah kegiatan pengelolaan populasi dan habitat spesies tertentu karena regional akan memperoleh dukungan luas dari berbagai negara dan para ahli. Sesuai dengan rencana aksi nasional yang ditetapkan pemerintah dan mempertahankan kemurnian genetik dan sepesies," katanya.

Workshop GSMP ini berlangsung selama lima hari yakni 25 hingga 20 Januari diikuti oleh Kepala Balai Taman Nasional, kebun binatang anggota PKBSI, dan sejumlah perwakilan kebun binatang dari beberapa negara seperti EAZA, AZA dan IUNC.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016