Dolar bertahan tepat di bawah level tertinggi 20-tahun terhadap sekeranjang mata uang pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sebelum kenaikan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan minggu ini, dengan para pedagang fokus ke potensi bank sentral AS mengadopsi kebijakan yang lebih hawkish daripada yang diharapkan banyak orang.

The Fed telah mengambil pendekatan yang semakin agresif untuk kebijakan moneter ketika menangani inflasi yang melonjak pada kecepatan tercepat dalam 40 tahun. Diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan mengumumkan rencana untuk mengurangi neraca 9 triliun dolar AS ketika menyimpulkan pertemuan dua hari pada Rabu (4/5/2022).

Meskipun peluangnya terlihat rendah, beberapa investor mengamati kemungkinan kenaikan 75 basis poin, atau laju penurunan neraca yang lebih cepat dari yang diperkirakan saat ini.

"Banyak pedagang mengantisipasi bahwa The Fed tidak akan mundur dari sikap hawkish ini dan Anda masih bisa melihat beberapa kejutan hawkish, dan itulah mengapa dolar kemungkinan akan mempertahankan kenaikannya menjelang pertemuan," kata Edward Moya , seorang analis senior dengan OANDA di New York.

Komentar Ketua Fed Jerome Powell pada akhir pertemuan juga akan diteliti untuk indikasi baru apakah Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk melawan kenaikan tekanan harga-harga bahkan sekalipun ekonomi melemah.

Aktivitas pabrik AS tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari satu setengah tahun pada April di tengah meningkatnya pekerja yang berhenti dari pekerjaan mereka, dan produsen-produsen menjadi lebih cemas tentang pasokan.

Baca juga: Dolar AS naik di tengah kekhawatiran COVID China, kenaikan suku bunga Fed

Dolar terakhir berada di 103,72 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, setelah mencapai 103,93 pada Kamis (28/4/2022), tertinggi sejak Desember 2002.

Euro berada di 1,0493 dolar, setelah turun ke 1,0470 dolar pada Kamis (28/4/2022), terendah sejak Januari 2017.

Mata uang tunggal terluka setelah data menunjukkan pertumbuhan output manufaktur zona euro terhenti bulan lalu karena pabrik-pabrik berjuang untuk mendapatkan bahan baku, sementara permintaan terpukul dari kenaikan harga-harga yang tajam.

Baca juga: Kurs rupiah menguat didukung arus modal asing dan neraca dagang

Euro telah menderita dari kekhawatiran tentang inflasi, pertumbuhan dan ketidakamanan energi sebagai akibat dari sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Kekhawatiran pertumbuhan global juga telah mendorong permintaan untuk greenback karena China menutup kota-kota dalam upaya untuk membendung penyebaran COVID-19. Pihak berwenang di Shanghai pada Senin (2/5/2022) melaporkan 58 kasus baru di luar daerah yang dikunci ketat, sementara Beijing terus menguji jutaan orang.

Aktivitas pabrik China berkontraksi pada kecepatan yang lebih curam pada April karena penguncian menghentikan produksi industri dan mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi tajam pada kuartal kedua yang akan membebani pertumbuhan global.

Dolar naik 0,6 persen versus yuan China di pasar luar negeri, mencapai 6,6820, tepat di bawah 6,6940 yang disentuh pada Jumat (29/4/2022), yang merupakan tertinggi sejak November 2020.

Yen Jepang bertahan tepat di atas posisi terendah 20-tahun yang dicapai terhadap dolar pada Kamis (28/4/2022), ketika bank sentral Jepang memperkuat komitmennya untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah dengan berjanji untuk membeli obligasi dalam jumlah tak terbatas setiap hari untuk mempertahankan target imbal hasil.

Mata uang Jepang terakhir di 130,14 terhadap dolar, setelah mencapai 131,24 pada pada Kamis (28/4/2022), terlemah sejak April 2002.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022