Bulan Ramadhan adalah momen yang spesial bagi para umat muslim di seluruh dunia. Tak terkecuali untuk saya yang pada Ramadhan tahun ini mendapat kesempatan untuk merasakan sensasi dan pengalaman berpuasa di sembilan negara tiga benua.

Berbagai momen unik dan seru saya jumpai selama mengunjungi negara-negara yang menjadi destinasi saya. Perjalanan safari Ramadhan ini di mulai dari sebuah negara Nordik di Semenanjung Skandinavia sampai mencapai sisi utara dari benua Afrika.

Dalam safari Ramadhan ini saya memulai perjalanan saya dari kota Kopenhagen - Denmark. Kunjungan pertama saya pun dimulai dari negara tetangga yang juga bagian dari negara Skandinavia yang dikenal dengan fenomena auroranya, yakni Norwegia. Pengalaman puasa di Norwegia merupakan pengalaman puasa terlama yang pernah saya alami, di mana umat muslim di sana harus menjalani puasa lebih dari 17 jam.

 Baca juga: UI adakan acara "Syiar Ramadhan Kampus UI"

Namun demikian, iklim cuaca yang cenderung dingin sedikit membantu saya untuk dapat menjalani puasa yang panjang tersebut dengan lebih nyaman. Setelah selesai mengunjungi Norwegia, saya pun melanjutkan perjalanan safari Ramadhan saya ke tempat paling romantis di dunia, yakni Paris - Perancis. Safari Ramadhan di Perancis mungkin menjadi pengalaman yang paling berkesan bagi saya selama mengunjungi negara-negara Eropa.

Alhamdulillah, selama di Perancis saya masih dapat melangsungkan sholat tarawih di salah satu mushola yang berada di dalam bandara. Perlu kalian ketahui bahwa Perancis adalah satu-satunya negara di Eropa yang melangsungkan kegiatan sholat tarawih di Bandara. Saya kira itu adalah hal yang sangat hebat, meskipun islam adalah minoritas, tetapi pertumbuhan muslim terbesar di Eropa justru terdapat di Perancis dengan lebih dari lima juta penduduknya muslim atau 8,8 persen dari total populasi.

Baca juga: Astronom Saudi katakan bulan Ramadhan terjadi dua kali dalam satu tahun pada 2030

Selesai dengan kunjungan saya ke Perancis, saya pun melanjutkan perjalanan ke negara tetangga Italia. Perjalanan saya ke Italia yang sangat singkat sejatinya tidak memberikan gambaran yang utuh tentang tradisi Ramadhan di negara asal pizza tersebut. Namun, seperti negara Eropa lainnya suasana Ramadhan masih belum begitu terasa. Selesai dengan kunjungan ke Italia, negara yang saya tuju selanjutnya adalah negara Eurosia, Turki.

Setelah menyelesaikan perjalanan keliling di benua biru, saya pun segera terbang ke kota New York untuk melanjutkan destinasi safari Ramadhan selanjutnya. Tidak berbeda dengan negara-negara yang saya kunjungi sebelumnya, suasana Ramadhan di Kota New York pun masih tidak begitu terasa, di mana mayoritas masyarakat non-muslim dengan segala aktivitasnya masih berjalan normal.

Baca juga: Hindari rokok dan gosok gigi untuk jaga kesehatan mulut selama berpuasa

Namun demikian, saya berkunjung ke masjid Al-Hikam, yakni salah satu masjid.yang dibangun oleh para warga Indonesia yang tinggal di New York. Buat para warga muslim Indonesia yang berkunjung ke New York Amerika, saya sangat merekomendasikan kalian untuk memasuki masjid Al-Hikam sebagai salah satu destinasi selama di New York. Selain kunjungan religi, New York memiliki banyak tempat yang sayang untuk dilewati begitu saja. Perjalanan saya berlanjut ke beberapa tempat yang pastinya wajib untuk dikunjungi oleh para turis yang melancong ke negeri paman sam, seperti monumen patung Liberty dan tentunya Time Square.

Hal lain yang membuat saya bersyukur bisa menginjakkan kaki di New York adalah saya berkesempatan untuk mengunjungi markas besar PBB yang terletak di jantung kota New York. Saya pun memiliki kesempatan untuk berkeliling ke dalam gedung tempat berkumpulnya para delegasi negara-negara di dunia.
 

Irfan Sauki di Masjid Hasan Sani, Kasablanca, Maroko. (ANTARA/HO/Dokumen Pribadi)


Perjalanan saya dari negeri paman sam, berlanjut ke negara asal superstar sepak bola dunia Cristiano Ronaldo, yakni Lisbon Portugal. Dikarenakan waktu yang sangat singkat, kunjungan saya ke Lisbon hanya sekedar berkeliling kota sambil menikmati suasana hangat dan keramahan para penduduk kota Lisbon.

Selanjutnya, saya pun segera berkemas untuk melanjutkan penerbangan saya menuju Kota Barcelona Spanyol. Saat di kota Barcelona saya tentunya tidak mau ketinggalan untuk mengunjungi salah satu stadion klub sepak bola di Spanyol, apalagi kalo bukan Camp Nou - Barcelona. Seperti negara non-muslim kebanyakan, kesulitan yang saya hadapi selama di Barcelona atau Lisbon adalah susahnya akses terhadap tempat ibadah. Untuk mengakalinya, saya melaksanakan sholat 5 waktu di bandara.

Baca juga: Polresta Bogor siapkan 1.000 paket bansos pada Ramadhan 1443 Hijriah

Selesai dengan eksplorasi benua Eropa dan Amerika, safari Ramadhan saya pun berlanjut ke negara yang memiliki garis pantai terpanjang di Samudra Atlantik, yakni Maroko. Selama di Maroko saya menghabiskan waktu di kota Rabat, di sana saya bertemu dengan teman-teman pengurus PCINU Maroko (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) yang dengan ramahnya menyambut dan membantu saya selama di Maroko . Sebagai negara dengan populasi 98,7 persen muslim, suasana Ramadhan di sana begitu sangat terasa yang sangat berbanding terbalik dengan negara-negara yang saya kunjungi sebelumnya. Kemudahaan akses ke tempat ibadah, momen berburu takjil atau ngabuburit menjelang buka, dan kegiatan iftar ramai bersama keluarga pun mudah untuk dijumpai.

Ada hal unik yang saya lihat selama mengunjungi Maroko, di mana masyarakat akan kembali memenuhi pusat kota saat berakhirnya waktu sholat taraweh. Selama di Rabat Maroko, saya berhasil mengunjungi beberapa destinasi wajib bagi turis, di antaranya Masjid Hasan Sani yang terletak di Kota Kasablanka. Masjid tersebut merupakan masjid terbesar di benua Afrika dan terbesar kesepuluh di dunia dengan kapasitas sekitar 105 ribu jamaah.

Baca juga: Pelajar dan santri ikuti Sanlat Ramadhan di Gedung DPRD Kota Bogor

Alhamdulillah saya pun berkesempatan untuk melaksanakan sholat Jumat di sana. Setelah menikmati suasana Ramadhan di Rabat Maroko saya melanjutkan safari Ramadhan saya ke Kota Tunis di Tunisia. Tak berbeda jauh dengan suasana Ramadhan di kota Rabat Maroko, selama saya berada di kota Tunis Tunisia suasana Ramadhan Begitu amat terasa di kota Tunis Tunisia. Saya merasakan suasana sholat taraweh berjamaah di Masjid Agung Zaitunah yang merupakan Masjid tertua di Tunis. Masjid ini berdiri sekitar abad ke-13 lebih tepatnya pada zaman pemerintahan dinasti umayyah.

Selain berkesempatan solat taraweh berjamah saya juga berzairah ke beberapa makam di Tunis saya sempat berzairah ke makam Allamah Muhammad Thahir bin Asyur ulama yang banyak meluangkan waktunya untuk mengkaji ilmu-ilmu islam khususnya di bidang tafsir, saya berzirah didampingi oleh tema-teman dari PCINU Tunisia dan beberapa teman-teman dari PPI Tunisia, dan di kota Tunis Tunisia saya berkunjung ke tempat wisata yang wajib dikunjungi ketika kita berada di Tunis yaitu Sidi Bou Said tempat yang indah dengan jalan berpaving dengan rumah berwarna biru dan putih yang terletak di tanjung panorama mediterania dengan pemandangan lautan mediterania yang indah. Alhamdulillah, kunjungan saya ke Tunisia menjadi penutup dari rangkaian safari Ramadhan sembilan negara tiga benua.

Baca juga: UU Pesantren diharapkan mudahkan santri akses dunia kerja

Secara garis besar, setiap negara memiliki cerita dan kesan yang spesial bagi saya. Terutama negara-negara di benua biru di mana mayoritas penduduk adalah non-muslim. Tentunya, hal itu menjadi tantangan yang cukup sulit pada mulanya, selain suasana Ramadhan yang tidak begitu ada perbedaan dengan hari-hari biasa, susahnya mencari akses tempat ibadah juga menjadi hal yang mesti saya hadapi saat berkunjung  ke benua Eropa. Untuk ritual sholat pun saya lebih banyak melakukannya secara jamak, di tempat fasilitas-fasilitas umum, seperti bandara atau stasiun.

Namun demikian, terlepas dari perbedaan-perbedaan tradisi Ramadhan di setiap negara yang saya kunjungi, saya mendapat pelajaran berharga tentang sebuah suka cita dan semangat umat muslim yang berusaha untuk tetap menghidupkan bulan Ramadhan. Apapun situasi sulit yang mereka hadapi, tidak menjadikan mereka lelah untuk khusyu beribadah di bulan suci. Mari kita jalani sisa bulan Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan, sebelum menyambut datangnya hari kemenangan.

*) Irfan Sauki adalah warga Leuwiliang, Kabupaten Bogor, staf di Kedutaan Besar Republik Indonesia.

Pewarta: Irfan Sauki *)

Editor : M Fikri Setiawan


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022