Jakarta (Antara Megapolitan) - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, prospek ekonomi Indonesia tetap solid karena didukung langkah-langkah signifikan yang telah diambil pemerintah Indonesia untuk memperkuat kerangka kebijakan beberapa tahun terakhir.
"Mereka telah menunjukkan pengelolaan moneter dan sikap fiskal yang bijak, serta didukung oleh reformasi subsidi BBM yang bersejarah pada tahun 2015," kata Pemimpin Tim IMF untuk Indonesia Luis E. Breuer dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara, di Jakarta, Selasa.
Tim yang menjalankan misinya di Jakarta tanggal 3-17 Desember 2015 tersebut menyatakan langkah pemerintah Indonesia tersebut telah memberikan kontribusi untuk stabilitas makro ekonomi dan mendukung pertumbuhannya.
"Akibatnya, Indonesia bisa mengarah dengan aman di tengah lingkungan eksternal yang sulit pada tahun 2015 ini karena jatuhnya harga komoditas, pergeseran dalam kondisi keuangan global dan melambatnya pertumbuhan dari mitra dagang Indonesia," katanya.
Prospek jangka menengah juga dipandang oleh IMF menguntungkan dengan didukung oleh agenda kebijakan pertumbuhan inklusif sehingga juga menempatkan arah Indonesia pada stabilitas.
Secara keseluruhan, IMF memandang kinerja ekonomi makro pada tahun 2015 telah memuaskan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan diproyeksikan mencapai 4,7 persen.
Kondisi itu dipandang sebagai sebuah akselerasi moderat untuk mengejar prediksi petumbuhan sekitar lima persen pada tahun 2016.
"Kegiatan investasi akan memimpin pemulihan, khususnya, belanja sektor publik. Harga komoditas yang lemah dan permintaan dari mitra dagang Indonesia akan ada perbaikan sehingga berkontribusi untuk pertumbuhan. Inflasi juga telah jatuh tajam dengan prediksi tiga persen pada akhir 2015 dan diharapkan pada tahun depan akan berada di kisaran 3-5 persen," ujar dia.
Selain itu, defisit transaksi eksternal juga diperkirakan akan menyempit secara signifikan pada tahun 2015 dengan perkiraan dua persen dari PDB dengan kondisi impor yang lebih rendah serta diproyeksikan akan meningkat cukup pada 2016 karena kenaikan permintaan domestik.
"Namun untuk defisit fiskal diperkirakan akan meningkat pada tahun 2015 tetapi tetap di bawah tiga persen dari PDB," tutur Breuer.
Resiko yang dihadapi
Risiko terhadap prospek ekonomi Indonesia condong ke arah negatif, lanjut Brauer, yang masih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain kondisi keuangan global yang rentan, juga ada perlambatan lebih dalam dari perkiraan pada mitra dagang negara berkembang dan penurunan lebih lanjut dalam harga komoditas.
"Sedangkan, risiko domestik bisa timbul dari kemajuan yang lambat akibat terhambatnya pelaksanaan reformasi struktural, penerimaan pajak dan belanja infrastruktur," kata dia.
Akan tetapi, strategi fiskal pemerintah juga telah diarahkan dengan baik yang bertujuan untuk menciptakan ruang fiskal melalui peningkatan mobilisasi pendapatan dan reformasi subsidi dalam rangka meningkatkan belanja infrastruktur dan program sosial yang difokuskan bagi kelompok yang rentan.
"Pihak berwenang memang telah sukses di awal, dengan pengurangan besar subsidi BBM dan perluasan transfer tunai bersyarat serta investasi publik. Namun, tantangan utama, tetap merupakan memobilisasi pendapatan seiring harga komoditas yang menurun dan kontraksi impor yang mempengaruhi pendapatan pemerintah," ujar dia.
Pihak berwenang yang mengambil tindakan untuk memperkuat kerangka fiskal dengan tujuannya untuk menyesuaikan anggaran 2016 berdasarkan pendapatan bersih tahun 2015, IMF memandang akan sangat membantu, namun harus dikombinasikan dengan strategi administrasi perpajakan berbasis risiko dan perluasan reformasi dasar perpajakan yang didukung oleh penyesuaian cukai awal dapat dipilih untuk meningkatkan pendapatan dalam jangka pendek.
"Kebijakan fiskal harus dibingkai dalam rencana jangka menengah yang memberikan panduan untuk program-program pemerintah. Investasi publik yang lebih tinggi harus dikombinasikan dengan manajemen dan tata kelola reformasi keuangan yang sehat pada BUMN serta pemantauan cermat potensi risiko fiskal," katanya.
Kebijakan moneter yang tepat, telah membantu perekonomian menyesuaikan diri dan berhasil mengatasi tekanan eksternal dengan merespon secara tepat terhadap peningkatan volatilitas pasar keuangan dan membiarkan nilai tukar serta 'yield' obligasi pemerintah untuk bergerak fleksibel.
"Serta meningkatkan upaya-upaya pendalaman pasar keuangan, dengan mempertahankan kebijakan ini, akan mendukung kemampuan ekonomi untuk mengarahkan diri di tengah lingkungan eksternal yang tidak pasti," ucap dia.
Sektor keuangan
Indikator sektor keuangan, kata Brauer, telah mengungkapkan sektor perbankan yang memiliki kapital baik dan menguntungkan. Kendati kredit bermasalah telah meningkat sedikit dari tingkat yang rendah, kemajuan telah dibuat dengan pengawasan sektor keuangan, konsolidasi dan pemantauan ketat dari risiko sektor korporasi dan keuangan yang berasal dari lingkungan eksternal.
"Pihak berwenang memberlakukan peraturan hedging inovatif untuk mengelola risiko nilai tukar perusahaan utang mata uang asing. RUU Sistem Keuangan Jaring Pengaman juga adalah prioritas utama untuk memperkuat kerangka kelembagaan untuk mendukung usaha pada stabilitas sektor keuangan," ujarnya.
Serangkaian paket kebijakan yang dikeluarkan sejak Agustus 2015, tambah dia, menandakan strategi kebijakan baru yang bertujuan untuk meningkatkan iklim usaha dan mengurangi biaya melakukan bisnis.
Artinya, lanjut dia, pihak berwenang menyatakan komitmen yang kuat untuk melanjutkan reformasi struktural untuk membangun pertumbuhan baru, termasuk dalam pengauran perdagangan regional serta investasi dalam dan luar negeri.
"Selain itu, peningkatan fleksibilitas dalam ketenagakerjaan mampu menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi swasta baru," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Mereka telah menunjukkan pengelolaan moneter dan sikap fiskal yang bijak, serta didukung oleh reformasi subsidi BBM yang bersejarah pada tahun 2015," kata Pemimpin Tim IMF untuk Indonesia Luis E. Breuer dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara, di Jakarta, Selasa.
Tim yang menjalankan misinya di Jakarta tanggal 3-17 Desember 2015 tersebut menyatakan langkah pemerintah Indonesia tersebut telah memberikan kontribusi untuk stabilitas makro ekonomi dan mendukung pertumbuhannya.
"Akibatnya, Indonesia bisa mengarah dengan aman di tengah lingkungan eksternal yang sulit pada tahun 2015 ini karena jatuhnya harga komoditas, pergeseran dalam kondisi keuangan global dan melambatnya pertumbuhan dari mitra dagang Indonesia," katanya.
Prospek jangka menengah juga dipandang oleh IMF menguntungkan dengan didukung oleh agenda kebijakan pertumbuhan inklusif sehingga juga menempatkan arah Indonesia pada stabilitas.
Secara keseluruhan, IMF memandang kinerja ekonomi makro pada tahun 2015 telah memuaskan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan diproyeksikan mencapai 4,7 persen.
Kondisi itu dipandang sebagai sebuah akselerasi moderat untuk mengejar prediksi petumbuhan sekitar lima persen pada tahun 2016.
"Kegiatan investasi akan memimpin pemulihan, khususnya, belanja sektor publik. Harga komoditas yang lemah dan permintaan dari mitra dagang Indonesia akan ada perbaikan sehingga berkontribusi untuk pertumbuhan. Inflasi juga telah jatuh tajam dengan prediksi tiga persen pada akhir 2015 dan diharapkan pada tahun depan akan berada di kisaran 3-5 persen," ujar dia.
Selain itu, defisit transaksi eksternal juga diperkirakan akan menyempit secara signifikan pada tahun 2015 dengan perkiraan dua persen dari PDB dengan kondisi impor yang lebih rendah serta diproyeksikan akan meningkat cukup pada 2016 karena kenaikan permintaan domestik.
"Namun untuk defisit fiskal diperkirakan akan meningkat pada tahun 2015 tetapi tetap di bawah tiga persen dari PDB," tutur Breuer.
Resiko yang dihadapi
Risiko terhadap prospek ekonomi Indonesia condong ke arah negatif, lanjut Brauer, yang masih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain kondisi keuangan global yang rentan, juga ada perlambatan lebih dalam dari perkiraan pada mitra dagang negara berkembang dan penurunan lebih lanjut dalam harga komoditas.
"Sedangkan, risiko domestik bisa timbul dari kemajuan yang lambat akibat terhambatnya pelaksanaan reformasi struktural, penerimaan pajak dan belanja infrastruktur," kata dia.
Akan tetapi, strategi fiskal pemerintah juga telah diarahkan dengan baik yang bertujuan untuk menciptakan ruang fiskal melalui peningkatan mobilisasi pendapatan dan reformasi subsidi dalam rangka meningkatkan belanja infrastruktur dan program sosial yang difokuskan bagi kelompok yang rentan.
"Pihak berwenang memang telah sukses di awal, dengan pengurangan besar subsidi BBM dan perluasan transfer tunai bersyarat serta investasi publik. Namun, tantangan utama, tetap merupakan memobilisasi pendapatan seiring harga komoditas yang menurun dan kontraksi impor yang mempengaruhi pendapatan pemerintah," ujar dia.
Pihak berwenang yang mengambil tindakan untuk memperkuat kerangka fiskal dengan tujuannya untuk menyesuaikan anggaran 2016 berdasarkan pendapatan bersih tahun 2015, IMF memandang akan sangat membantu, namun harus dikombinasikan dengan strategi administrasi perpajakan berbasis risiko dan perluasan reformasi dasar perpajakan yang didukung oleh penyesuaian cukai awal dapat dipilih untuk meningkatkan pendapatan dalam jangka pendek.
"Kebijakan fiskal harus dibingkai dalam rencana jangka menengah yang memberikan panduan untuk program-program pemerintah. Investasi publik yang lebih tinggi harus dikombinasikan dengan manajemen dan tata kelola reformasi keuangan yang sehat pada BUMN serta pemantauan cermat potensi risiko fiskal," katanya.
Kebijakan moneter yang tepat, telah membantu perekonomian menyesuaikan diri dan berhasil mengatasi tekanan eksternal dengan merespon secara tepat terhadap peningkatan volatilitas pasar keuangan dan membiarkan nilai tukar serta 'yield' obligasi pemerintah untuk bergerak fleksibel.
"Serta meningkatkan upaya-upaya pendalaman pasar keuangan, dengan mempertahankan kebijakan ini, akan mendukung kemampuan ekonomi untuk mengarahkan diri di tengah lingkungan eksternal yang tidak pasti," ucap dia.
Sektor keuangan
Indikator sektor keuangan, kata Brauer, telah mengungkapkan sektor perbankan yang memiliki kapital baik dan menguntungkan. Kendati kredit bermasalah telah meningkat sedikit dari tingkat yang rendah, kemajuan telah dibuat dengan pengawasan sektor keuangan, konsolidasi dan pemantauan ketat dari risiko sektor korporasi dan keuangan yang berasal dari lingkungan eksternal.
"Pihak berwenang memberlakukan peraturan hedging inovatif untuk mengelola risiko nilai tukar perusahaan utang mata uang asing. RUU Sistem Keuangan Jaring Pengaman juga adalah prioritas utama untuk memperkuat kerangka kelembagaan untuk mendukung usaha pada stabilitas sektor keuangan," ujarnya.
Serangkaian paket kebijakan yang dikeluarkan sejak Agustus 2015, tambah dia, menandakan strategi kebijakan baru yang bertujuan untuk meningkatkan iklim usaha dan mengurangi biaya melakukan bisnis.
Artinya, lanjut dia, pihak berwenang menyatakan komitmen yang kuat untuk melanjutkan reformasi struktural untuk membangun pertumbuhan baru, termasuk dalam pengauran perdagangan regional serta investasi dalam dan luar negeri.
"Selain itu, peningkatan fleksibilitas dalam ketenagakerjaan mampu menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi swasta baru," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015