Depok (Antara Megapolitan) - Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rizal E. Halim menilai pada 2016 ekonomi dunia masih melambat salah satu penyebabnya adalah adanya risiko kenaikan The Fed Rate.

"Selain itu juga anjloknya harga minyak dunia, adanya volatilitas harga komoditas, perlambatan ekonomi Tiongkok dan masih tertekannya ekonomi zona Eropa," kata Rizal di Depok, Selasa.

Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi dunia melambat sejak 2010 (tumbuh 5,1 persen) kemudian anjlok di tahun 2012 ke level 3,8 persen, tahun 2012 (3,1 persen), tahun 2013 (3 persen), dan kemudian beranjak naik ke 3,4persen pada 2014 akibat pemulihan negara maju khususnya Amerika Serikat.

Direktur Eksekutif Lingkar Studi Efokus tersebut mengatakan pada 2015, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan kembali melambat di level 3,0 persen sampai 3,1 persen (downward risk).

Pelambatan ini sebagai akibat dari melebarnya risiko ekonomi global seperti ketidakpastian pemulihan Amerika dan Zona Eropa, melambatnya ekonomi Tiongkok yang menyebabkan sebagian pasar negara berkembang juga menunjukkan pelemahan.

Selain itu katanya pada 2015 juga dihadapkan pada risiko geopolitik seperti krisis Timur Tengah, konflik Laut Cina Selatan, ketegangan di sejumlah perbatasan negara-negara termasuk kasus penembakan pesawat Rusia oleh tentara Turki di perbatasan Turki-Syria.

Dikatakannya perekonomian global di tahun 2016 akan banyak dipengaruhi oleh rencana kenaikan The Fed rate, perkembangan geopolitik di sejumlah kawasan, volatilitas harga minyak mentah dunia, dan harapan pemulihan ekonomi Tiongkok dan Eropa.

Rizal mengatakan hal yang sama juga akan terjadi pada ekonomi didalam negeri dan memprediksi perekonomian Indonesia pada 2016 masih relatif stagnan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dikisaran 4,6 persen sampai 4,8 persen.

"Perlambatan ekonomi nasional sepanjang 2015 merupakan respon atas dinamika global, tekanan permintaan barang dan jasa dunia, tekanan nilai tukar, dan terus melemahnya daya beli masyarakat," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015