Chennai, India (Antara/Reuters/Antara Megapolitan) - Para penduduk berbondong-bondong menggendong bayi dan bahan makanan di jalanan yang banjir di Chennai, India pada Jumat, menerobos air yang mencapai batas dada untuk menuju tempat yang lebih tinggi atau berjalan sebaliknya untuk menyelamatkan keluarga mereka ditengah ketakutan akan adanya kehancuran lainnya.

Setelah hujan besar dalam satu abad terakhir yang menewaskan 280 orang pada minggu ini berhenti, hujan deras lainnya diperkirakan akan mengguyur kota pesisir tersebut dalam beberapa jam. Namun para pejabat mengatakan bahwa danau yang meluap menjadi sumber kekhawatiran utama.

"Hujan sekarang bukanlah masalah, yang masalah adalah sungai yang meluap dan 30 danau yang terus membanjiri empat distrik," ujar seorang pejabat senior kementerian dalam negeri di New Delhi kepada media.

V. Raghunathan, 60, seorang manajer di sebuah perusahaan desain interior yang tinggal di bagian selatan kota pelabuhan dan industri tersebut mengeluhkan kurangnya peringatan sebelum pintu air dibuka.

"Pihak berwenang tidak memberikan informasi yang memadai terkait air yang dikeluarkan dari danau terdekat. Sebelum kami dapat melakukan sesuatu. Mobil saya tenggelam dan saya harus pindah ke lantai satu amartemen saya," ujarnya.

Helikopter-helikopter militer menurunkan makanan kepada para penduduk yang terjebak di atap-atap rumah kota terbesar keempat di India tersebut yang sebelumnya dikenal dengan kata Madras. Pada Jumat, kementerian pertahanan menggandakan hingga 4.000 tentara akan dikirimkan untuk membantu usaha penyelamatan.

Namun bantuan membutuhkan waktu lama untuk mencapai banyak orang di kota dengan kepadatan enam juta jiwa tersebut, dengan beberapa keluarga mengamankan diri di jembatan layang. Air belum surut di beberapa wilayah terparah. Dan jumlah air minum serta bahan bakar mengecil, ujar pejabat.

Kelompok penyelamat mendesak masyarakat untuk meninggalkan wilayah yang tergenang. Hanya atap rumah saja yang terlihat di beberapa desa. Dimana banjir telah surut, menghasilkan tumpukan lumpur hitam dan sampah.

"Kami mengirimkan para ahli teknik dan para insinyur yang akan mencari solusi untuk membuang seluruh air yang membanjiri. Air harus segera dialirkan ke luar secepatnya, namun kami tidak tahu bagaimana caranya," ujar seorang pejabat kementerian dalam negeri.

        
         Uang dan kartu identitas yang kotor
Terpotong dari aliran listrik dan ponsel yang tidak dapat digunakan karena kurangnya daya serta tinggal dengan air kotor yang menutupi lantai rumah mereka selama tiga hari, Polisi setempat, P. Krishnaraj membawa istri dan dua putrinya dalam sebuah gerobak sepedanya dan berjalan melewati air yang setinggi lutut.

Dia akan pergi ke rumah rekannya yang tidak tergenang.

Orang-orang bergerak melewati kota di Teluk Benggala itu, beberapa menyelamatkan diri dan lainnya berjalan sebaliknya, menyewa kendaraan untuk menyelamatkan keluarga mereka yang terjebak dalam banjir.

Jumlah orang yang berada di jembatan layang Basion meningkat, banyak dari mereka berasal dari pemukiman kumuh yang rumahnya hanyut. Mereka duduk di tempat terbuka, beberapa diantaranya membawa barang-barang berharga mereka seperti uang dan kartu identitas yang kotor.

Sebuah mobil pikap sampai di puncak jembatan layang dengan membawa air dan biskuit, dengan seketika diperebutkan oleh orang-orang.

Rajarwadi, seseorang pedagang sayuran, mengatakan dia berhasil mendapatkan sebungkus biskuit untuk putrinya. Kini dia berencana untuk pergi lebih jauh untuk mendapatkan bantuan makanan berikutnya.

Dia belum melihat pejabat pemerintah yang datang untuk menawarkan bantuan kepada mereka yang tinggal sementara di jembatan layang itu pada Kamis meskipun berada di pusat kota.

Jose Sebastian, pemimpin perusahaan konstruksi setempat mengatakan kekhawatiran terbesar kelompok sukarelawan miliknya adalah wilayah yang mendapatkan genangan air terlalu tinggi untuk menerima bantuan mereka.

"Kami merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Kami memiliki banyak makanan, memiliki sukarelawan yang siap namun kami tidak memiliki perahu," ujarnya.

Penerjemah: Mabrian/O. Tamindael.

    

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015