Bupati Bogor, Ade Yasin bersama tokoh lintas agama menggelar deklarasi damai dengan menandatangani kesepakatan menjaga kondusivitas, menyikapi ucapan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas yang dinilai menganalogikan pengeras suara masjid dengan gonggongan anjing.

“Alhamdulillah, sampai saat ini Kabupaten Bogor dalam keadaan kondusif, permasalahan yang muncul selalu dapat diselesaikan bersama-sama pemerintah daerah, forkopimda dan para tokoh agama maupun tokoh masyarakat,” ucap Ade Yasin pada kegiatan bertajuk "Memperkokoh Komitmen Kebangsaan Tokoh Lintas Agama dalam Moderasi dan Toleransi" di Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Ade Yasin menyebutkan, upaya memelihara kerukunan umat beragama adalah tanggung jawab bersama, sehingga Pemerintah Kabupaten Bogor melibatkan tokoh agama hingga organisasi keagamaan untuk deteksi dini dan penanganan konflik di masyarakat.

Baca juga: Muhammadiyah dan PBNU sambut baik Surat Edaran Pedoman Pengeras Suara di Masjid/Mushala

“Saya berharap melalui forum ini, dapat menguatkan komitmen kita untuk menciptakan kehidupan antarumat beragama yang moderat, toleran, harmonis, demi terwujudnya stabilitas daerah yang kondusif dan visi Kabupaten Bogor termaju, nyaman dan berkeadaban,” katanya.

Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin meyakini Kabupaten Bogor ke depan semakin kondusif, usai penandatanganan bersama kesepakatan kondusivitas.

“Karena kita semua memiliki semangat yang sama untuk menjaga Kabupaten Bogor yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Dengan demikian maka tugas-tugas saya pun akan terbantu dalam mengelola keamanan dan ketertiban di wilayah Kabupaten Bogor,” ujar Iman.

Ia menyebutkan, stabilitas keamanan yang menjadi tugas pokok Kepolisian dan akan mudah diwujudkan dengan dukungan seluruh elemen masyarakat dan tokoh agama.

Baca juga: Kemenag terbitkan edaran aturan penggunaan pengeras suara di masjid

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 5 Tahun 2022 mengenai pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan mushala.

Surat itu mengatur penggunaan waktu dan kekuatan dari pengeras suara di masjid dan mushala yang salah satu tujuannya agar hubungan antarumat beragama lebih harmonis.

"Kita tahu itu syiar agama Islam, silahkan gunakan toa, tapi tentu harus diatur. Diatur bagaimana volumenya tidak boleh keras, maksimal 100 desibel," ujarnya di Pekanbaru, Rabu (23/2).

Menurut dia, pedoman itu juga bertujuan untuk meningkatkan manfaat dan mengurangi hal yang tidak bermanfaat, sebab di daerah di Indonesia yang mayoritas Muslim, hampir di setiap 100-200 meter terdapat masjid atau musala.

Baca juga: Banyak yang tidak membaca SE Menteri Agama, kata pengurus KNPI

Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Thobib Al Asyhar menjelaskan pernyataan Yaqut tidak membandingkan suara adzan dengan suara anjing.

"Menag sama sekali tidak membandingkan suara adzan dengan suara anjing, tapi Menag sedang mencontohkan tentang pentingnya pengaturan kebisingan pengeras suara," ujar Thobib dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/2).

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022