Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron menyatakan warisan sifat atau DNA yang dimiliki santri sejatinya adalah pejuang anti korupsi sejak era perjuangan silam.

"Santri itu DNA-nya anti korupsi, sebab dia ditempa untuk menebar manfaat bukan memanfaatkan dan mengambil manfaat dari orang lain," kata Ghufron melalui keterangan tertulis, Senin.

Dia mengajak seluruh santri yang ada di pondok pesantren pelosok negeri untuk ikut berjihad melawan korupsi.

Baca juga: Wakil Wali Depok: Santri harus menjadi panutan masyarakat

Menurut dia, pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang luar biasa untuk menempa generasi penerus bangsa, terutama dalam pemberantasan korupsi.

"Pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, pondok pesantren sudah berdiri menyelenggarakan pendidikan," katanya.

Dia mengatakan santri pondok pesantren ditempa pendidikan yang sangat luar biasa. Banyak nilai yang diajarkan di pondok pesantren terutama pendidikan akhlak.

Baca juga: Bupati Bogor mengajak santri berperan aktif aksi ideologi radikal

"Selain itu ada kemandirian, kerja sama, saling menghormati, keteladanan, derajat, dan tentu cinta tanah air," ucapnya.

Ghufron mengaku tidak heran ketika peristiwa bersejarah pada 10 November di Surabaya, para santri berada di garis terdepan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

"Karena mereka tahu bahwa saat itu yang bebas dari lawan adalah yang ingin merebut bangsa ini," katanya.

Baca juga: Hari Santri Nasional 2021, Bupati bagikan penghargaan "Bogor Bershalawat"

Saat ini, kata Ghufron, tantangan yang kemerdekaan bangsa Indonesia dari cita-cita yakni kemakmuran dan keadilan adalah korupsi.

"Karena itu jihad zaman sekarang adalah perang terhadap korupsi. Santri harus kembali terpanggil untuk turun dan melawan korupsi," kata dia.
 

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022