Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah persediaan minyak mentah AS jatuh hampir 5 juta barel dan permintaan bahan bakar naik ke level tertinggi sepanjang masa, menggarisbawahi pengetatan pasar yang sedang berlangsung.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April terangkat 77 sen atau 0,9 persen, menjadi menetap di 91,55 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret berakhir naik 30 sen atau 0,3 persen menjadi 89,66 dolar AS per barel.

Stok minyak mentah AS turun 4,8 juta barel pekan lalu menjadi 410,4 juta barel, terendah sejak Oktober 2018, sementara keseluruhan produk yang dipasok, yang mewakili permintaan, mencapai rekor 21,9 juta barel per hari selama empat minggu terakhir, menurut data pemerintah.

Aktivitas berat dan peningkatan di pemrosesan kilang AS menandakan pasar yang ketat untuk beberapa bulan mendatang.

"Data jelas sangat bullish - semuanya bullish, dengan persediaan pada level terendah dalam beberapa tahun," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Pasar juga telah didukung oleh kekhawatiran tentang ancaman yang sedang berlangsung untuk pasokan di Uni Emirat Arab, yang telah dilanda serangan dari kelompok Houthi Yaman, dan atas Rusia karena kehadiran ribuan tentaranya di dekat perbatasan Ukraina.

Baca juga: Harga minyak jatuh dari tertinggi 7 tahun saat pembicaraan AS-Iran dimulai

Pemerintahan Biden menanggapi harga tinggi dengan kembali menyatakan minggu ini bahwa mereka telah berbicara dengan produsen besar tentang lebih banyak produksi, serta kemungkinan rilis strategis tambahan dari konsumen besar, seperti yang terjadi akhir tahun lalu.

Itu membantu memacu beberapa perdagangan Rabu (9/2/2022), yang melihat kontrak di kemudian hari mengungguli bulan depan, kata Flynn dari Price Futures Group.

WTI untuk pengiriman Desember, misalnya, naik 96 sen hari ini, mengurangi keterbelakangan pasar saat ini. Backwardation adalah kondisi di mana kontrak jangka pendek dihargai lebih tinggi daripada kontrak jangka panjang, yang menunjukkan pasar yang ketat.

Setelah penutupan perdagangan, Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden dan Raja Salman dari Arab Saudi berbicara pada Rabu (9/2/2022), termasuk diskusi tentang menjaga pasokan energi global yang stabil.

 Baca juga: Harga minyak melonjak, WTI tembus 90 dolar untuk pertama kali sejak 2014

Data energi AS yang bullish mengimbangi prospek peningkatan pasokan dari Iran, yang telah memberikan tekanan pada pasar minggu ini karena Washington melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Sebuah kesepakatan dapat mencabut sanksi AS terhadap minyak Iran dan dengan cepat menambah pasokan ke pasar, meskipun sejumlah masalah vital perlu diselesaikan.

Baca juga: Harga minyak catat kenaikan bulanan terbesar setahun karena pasokan mengetat
 
"Sepertinya kesepakatan Iran tidak akan ditandatangani besok, tetapi ada beberapa perkembangan positif di sana," kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad Energy.


 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022