Bogor, 31/5 (ANTARA) - Kandungan zat-zat tambahan berbahaya dalam makanan jajanan anak sekolah umumnya masih tetap tinggi sehingga perlu terus dilakukan langkah-langkah pengamanan.
"Dari pengujian atas sampel-sampel makanan jajanan anak sekolah (MJAS) yang kami lakukan dalam empat tahun terakhir, sekitar 20 persen mengandung bahan berbahaya," kata Direktur Pengembangan PT Saraswanti Anugerah Makmur, Dr M Edi Premono di Bogor, Kamis.
Edi Premono mengatakan, PT Saraswanti yang juga bergerak di bidang laboratorium keamanan pangan tersebut menemukan fakta bahwa pada daerah tertentu kecenderungan penggunaan bahan berbahaya dalam MJAS dari tahun ke tahun terus meningkat.
Zat-zat berbahaya yang umummya ditemukan adalah logam berat, pengawet (borak. formalin), pewarna dan pemanis sintetik.
"Masalah ini harus menjadi perhatian kita bersama. Kita semua tentunya ngeri jika anak-anak-anak kita tiap hari mengkonsumsi makanan seperti itu," kata Edi usai acara penandatangangan kerja sama antara PT Saraswanti Anugerah Makmur dan PT Surveyor Indonesia (Persero) di gedung Laboratorium Keamanan Pangan SIG, Taman Yasmin, Bogor.
Ia mengharapkan dengan adanya kerja sama dengan BUMN PT Surveyor Indonesia, yang memiliki fungsi dan kemampuan dalam bidang inspeksi/pemeriksaan, akan ada langkah-langkah nyata dalam upaya peningkatan keamanan pangan bagi masyarakat.
Sementara itu Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Surveyor Indonesia, Wiyoso Soehartono mengatakan, di sektor survei industri makanan, minuman dan farmasi, pihaknya juga memerlukan dukungan dari laboratorium yang handal dan terakreditasi serta memiliki kesamaan visi.
Melalui kerja sama tersebut, kedua belah pihak akan menyusun program bersama untuk mendukung pemerintah dalam pengawalan beredarnya makanan yang aman dikonsumsi masyarakat.
Salah satu agenda kegiatannya adalah pengujian dan pemeriksaan secara nasional terhadap MJAS agar bebas dari bahan tambahan pangan berbahaya.
Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012
"Dari pengujian atas sampel-sampel makanan jajanan anak sekolah (MJAS) yang kami lakukan dalam empat tahun terakhir, sekitar 20 persen mengandung bahan berbahaya," kata Direktur Pengembangan PT Saraswanti Anugerah Makmur, Dr M Edi Premono di Bogor, Kamis.
Edi Premono mengatakan, PT Saraswanti yang juga bergerak di bidang laboratorium keamanan pangan tersebut menemukan fakta bahwa pada daerah tertentu kecenderungan penggunaan bahan berbahaya dalam MJAS dari tahun ke tahun terus meningkat.
Zat-zat berbahaya yang umummya ditemukan adalah logam berat, pengawet (borak. formalin), pewarna dan pemanis sintetik.
"Masalah ini harus menjadi perhatian kita bersama. Kita semua tentunya ngeri jika anak-anak-anak kita tiap hari mengkonsumsi makanan seperti itu," kata Edi usai acara penandatangangan kerja sama antara PT Saraswanti Anugerah Makmur dan PT Surveyor Indonesia (Persero) di gedung Laboratorium Keamanan Pangan SIG, Taman Yasmin, Bogor.
Ia mengharapkan dengan adanya kerja sama dengan BUMN PT Surveyor Indonesia, yang memiliki fungsi dan kemampuan dalam bidang inspeksi/pemeriksaan, akan ada langkah-langkah nyata dalam upaya peningkatan keamanan pangan bagi masyarakat.
Sementara itu Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Surveyor Indonesia, Wiyoso Soehartono mengatakan, di sektor survei industri makanan, minuman dan farmasi, pihaknya juga memerlukan dukungan dari laboratorium yang handal dan terakreditasi serta memiliki kesamaan visi.
Melalui kerja sama tersebut, kedua belah pihak akan menyusun program bersama untuk mendukung pemerintah dalam pengawalan beredarnya makanan yang aman dikonsumsi masyarakat.
Salah satu agenda kegiatannya adalah pengujian dan pemeriksaan secara nasional terhadap MJAS agar bebas dari bahan tambahan pangan berbahaya.
Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012