Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. H. Ali Sulaiman, Ph.D, SpPD-KGEH, FACG, FINASIM, meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni Jakarta, Minggu.
"Sebagai seorang klinisi, Prof. Ali adalah klinisi yang hebat. Sebagai seorang pengajar, beliau juga pengajar yang hebat. Dalam perjalanan hidupnya, Prof. Ali adalah salah seorang tokoh liver yang dikenal di level nasional, dan di tingkat internasional," kata Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dalam keterangannya di Depok, Jawa Barat, Minggu.
"Untuk Indonesia, bicara soal hepatitis, ya, beliau yang dari dulu memperjuangkan hepatitis. Saya menyampaikan ucapan duka yang mendalam atas kepergian almarhum, " katanya.
Sampai saat ini, Prof. Ali dikenal sebagai salah seorang tokoh liver di level nasional dan internasional. "Beliau salah seorang founding father dari The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver," kata Prof. Ari.
Baca juga: FKUI resmi buka Program Studi Spesialis 1 Kedokteran Keluarga Layanan Primer
"Sampai saat ini, di Indonesia bayi yang baru lahir harus divaksin hepatitis. Ini adalah contoh dan bukti bagi seorang staf pengajar untuk konsisten terhadap keilmuannya dan bisa memperjuangkan itu untuk kepentingan rakyat banyak, untuk kepentingan rakyat Indonesia," kata Prof. Ari.
Prof. Ali Sulaiman adalah Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dan pernah menjabat Dekan FKUI selama dua periode (1996-2004).
Pada masa kepemimpinannya, istilah Dokter Bintang Tujuh mulai diperkenalkan. Menurut Prof. Ali, dokter harus memiliki tujuh fungsi, yaitu care giver, decision maker, communicator, community leader, manajer, berjiwa peneliti, dan keimanan dan ketakwaan.
Prof. Ali Sulaiman lahir di Serang pada 20 September 1939. Ia menamatkan pendidikan dokter di FKUI pada tahun 1963, dan lulus sebagai dokter ahli penyakit dalam pada tahun 1968. Prof. Ali kemudian melanjutkan pendidikan Doctor of Philosophy (Ph.D) pada tahun 1989 di Kobe University, Jepang.
Baca juga: Dua dosen FKUI raih penghargaan ASN inspiratif dan The future Leader 2021
Seakan tidak lelah dalam menuntut ilmu, pendidikan lain yang pernah Prof. Ali jalani adalah Fellow in Gastroenterology – Hepatology di Groningen University Hospital, Belanda, pada tahun 1973 – 1974; Liver Course di British Council, Royal Free Hospital, King’s College Hospital, London pada tahun 1980.
Kemudian Advanced Course of Hepatology di Kobe University School of Medicine, Jepang pada tahun 1981; Ph.D. Research fellow of the University of Kobe, Jepang (1983 – 1989); Course on Hospital Administration, Amherst, di Massachusetts, USA (1994); dan Fellow di American College of Gastroenterology (ACG) pada tahun 2000.
Prof. Ali Sulaiman merupakan staf pengajar di Divisi Hepatobilier Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dan pada tahun 1992 dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam di FKUI. Prof. Ali Sulaiman dikenal masyarakat sebagai pakar hepatobilier atau penyakit hati, beliau menaruh perhatian besar pada permasalahan hepatitis di Indonesia.
Baca juga: Mahasiswa FKUI raih artikel ilmiah terbaik CIOMS Annual award
Bersama almarhum Prof. dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, ia turut menentukan jalannya The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver. Prof. Ali juga pernah memimpin Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan berperan penting dalam memasukkan program penanggulangan hepatitis sehingga sekarang program tersebut sudah menjadi program nasional yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan.
Almarhum Prof. Ali telah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. “Banyak sekali peninggalan yang diberikan oleh almarhum, semoga ini menjadi amal jariyah bagi beliau. Selamat jalan. Insya Allah murid-murid Prof. Ali akan mengikuti jejak Prof. Ali untuk selalu memperjuangkan kepantingan pasien, kepentingan negara, dan masyarakat secara umum,” ujar Prof. Ari.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Sebagai seorang klinisi, Prof. Ali adalah klinisi yang hebat. Sebagai seorang pengajar, beliau juga pengajar yang hebat. Dalam perjalanan hidupnya, Prof. Ali adalah salah seorang tokoh liver yang dikenal di level nasional, dan di tingkat internasional," kata Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dalam keterangannya di Depok, Jawa Barat, Minggu.
"Untuk Indonesia, bicara soal hepatitis, ya, beliau yang dari dulu memperjuangkan hepatitis. Saya menyampaikan ucapan duka yang mendalam atas kepergian almarhum, " katanya.
Sampai saat ini, Prof. Ali dikenal sebagai salah seorang tokoh liver di level nasional dan internasional. "Beliau salah seorang founding father dari The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver," kata Prof. Ari.
Baca juga: FKUI resmi buka Program Studi Spesialis 1 Kedokteran Keluarga Layanan Primer
"Sampai saat ini, di Indonesia bayi yang baru lahir harus divaksin hepatitis. Ini adalah contoh dan bukti bagi seorang staf pengajar untuk konsisten terhadap keilmuannya dan bisa memperjuangkan itu untuk kepentingan rakyat banyak, untuk kepentingan rakyat Indonesia," kata Prof. Ari.
Prof. Ali Sulaiman adalah Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dan pernah menjabat Dekan FKUI selama dua periode (1996-2004).
Pada masa kepemimpinannya, istilah Dokter Bintang Tujuh mulai diperkenalkan. Menurut Prof. Ali, dokter harus memiliki tujuh fungsi, yaitu care giver, decision maker, communicator, community leader, manajer, berjiwa peneliti, dan keimanan dan ketakwaan.
Prof. Ali Sulaiman lahir di Serang pada 20 September 1939. Ia menamatkan pendidikan dokter di FKUI pada tahun 1963, dan lulus sebagai dokter ahli penyakit dalam pada tahun 1968. Prof. Ali kemudian melanjutkan pendidikan Doctor of Philosophy (Ph.D) pada tahun 1989 di Kobe University, Jepang.
Baca juga: Dua dosen FKUI raih penghargaan ASN inspiratif dan The future Leader 2021
Seakan tidak lelah dalam menuntut ilmu, pendidikan lain yang pernah Prof. Ali jalani adalah Fellow in Gastroenterology – Hepatology di Groningen University Hospital, Belanda, pada tahun 1973 – 1974; Liver Course di British Council, Royal Free Hospital, King’s College Hospital, London pada tahun 1980.
Kemudian Advanced Course of Hepatology di Kobe University School of Medicine, Jepang pada tahun 1981; Ph.D. Research fellow of the University of Kobe, Jepang (1983 – 1989); Course on Hospital Administration, Amherst, di Massachusetts, USA (1994); dan Fellow di American College of Gastroenterology (ACG) pada tahun 2000.
Prof. Ali Sulaiman merupakan staf pengajar di Divisi Hepatobilier Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dan pada tahun 1992 dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam di FKUI. Prof. Ali Sulaiman dikenal masyarakat sebagai pakar hepatobilier atau penyakit hati, beliau menaruh perhatian besar pada permasalahan hepatitis di Indonesia.
Baca juga: Mahasiswa FKUI raih artikel ilmiah terbaik CIOMS Annual award
Bersama almarhum Prof. dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, ia turut menentukan jalannya The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver. Prof. Ali juga pernah memimpin Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan berperan penting dalam memasukkan program penanggulangan hepatitis sehingga sekarang program tersebut sudah menjadi program nasional yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan.
Almarhum Prof. Ali telah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. “Banyak sekali peninggalan yang diberikan oleh almarhum, semoga ini menjadi amal jariyah bagi beliau. Selamat jalan. Insya Allah murid-murid Prof. Ali akan mengikuti jejak Prof. Ali untuk selalu memperjuangkan kepantingan pasien, kepentingan negara, dan masyarakat secara umum,” ujar Prof. Ari.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022