Sukabumi (Antara Megapolitan) - Komisi Penanggulangan AIDS atau KPA Kabupaten Sukabumi sejak Januari hingga Oktober 2015 menemukan 80 kasus baru penyebaran HIV di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Dari 80 kasus baru tersebut mayoritas berasal dari kalangan warga yang rawan tertular HIV seperti pekerja seks komersial (PSK), lelaki suka lelaki (LSL) dan pengguna narkoba suntik (penasun)," kata Seketaris KPA Kabupaten Sukabumi, Asep Surahman kepada Antara di Sukabumi, Selasa.
Menurutnya, dari jumlah tersebut diantaranya ada ibu rumah tangga, bahkan pada tahun ini jumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) yang tertular HIV ini ada peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu, namun jumlahnya akan terlihat pada akhir tahun. Tapi, untuk kasus baru penyebaran HIV terhitung sampai Oktober ada penurunan dibandingkan 2014 lalu.
Pada 2014 jumlah warga yang tertular HIV sampai Oktober mencapai 102 orang, tetapi pada tahun ini hanya 80 orang. Bukan berarti dengan jumlah kasus baru yang ditemukan menurun ini, bahwa penyebaran HIV berkurang, bisa saja banyak warga yang tidak tahu bahwa dirinya positif HIV karena jarang bahkan tidak pernah memeriksa kesehatannya.
"Jumlah penderita HIV ibarat fenomena "gunung es", yang terdata hanya puncaknya saja. Tetapi, diperkirakan masih banyak warga yang belum mengetahui bahwa dirinya positif HIV/AIDS untuk itu pemeriksaan kesehatan secara rutin bisa mencegah penularan HIV," tambahnya.
Di sisi lain, Asep mengatakan untuk mengurangi penyebaran virus mematikan ini, berbagai upaya telah dilakukan seperti memberikan layanan VCT gratis, sosialisasi antisipasi penyebaran HIV/AIDS ke berbagai lapisan dan menjari berbagai komunitas rawan tertular dan menyebarkan penyakit ini serta membentuk kelompok peduli AIDS.
Namun, yang paling tidak kalah penting untuk mengantisipasi penyebaran HIV adalah memberikan motivasi kepada para ODHA agar tidak menularkan virusnya kepada orang lain.
Tapi, bukan berarti ODHA tidak bisa memiliki keturunan, tetapi KPA akan memberikan bimbingan agar aktivitas seksnya tidak menular kepada lawan jenisnya dan tidak diturunkan kepada anaknya.
"Stigma negatif tentang ODHA harus dihapus, agar mereka bisa nyaman seperti warga biasa lainnya sehingga dalam diri ODHA tidak ada angan-angan ingin menularkan penyakitnya itu kepada orang lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Dari 80 kasus baru tersebut mayoritas berasal dari kalangan warga yang rawan tertular HIV seperti pekerja seks komersial (PSK), lelaki suka lelaki (LSL) dan pengguna narkoba suntik (penasun)," kata Seketaris KPA Kabupaten Sukabumi, Asep Surahman kepada Antara di Sukabumi, Selasa.
Menurutnya, dari jumlah tersebut diantaranya ada ibu rumah tangga, bahkan pada tahun ini jumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) yang tertular HIV ini ada peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu, namun jumlahnya akan terlihat pada akhir tahun. Tapi, untuk kasus baru penyebaran HIV terhitung sampai Oktober ada penurunan dibandingkan 2014 lalu.
Pada 2014 jumlah warga yang tertular HIV sampai Oktober mencapai 102 orang, tetapi pada tahun ini hanya 80 orang. Bukan berarti dengan jumlah kasus baru yang ditemukan menurun ini, bahwa penyebaran HIV berkurang, bisa saja banyak warga yang tidak tahu bahwa dirinya positif HIV karena jarang bahkan tidak pernah memeriksa kesehatannya.
"Jumlah penderita HIV ibarat fenomena "gunung es", yang terdata hanya puncaknya saja. Tetapi, diperkirakan masih banyak warga yang belum mengetahui bahwa dirinya positif HIV/AIDS untuk itu pemeriksaan kesehatan secara rutin bisa mencegah penularan HIV," tambahnya.
Di sisi lain, Asep mengatakan untuk mengurangi penyebaran virus mematikan ini, berbagai upaya telah dilakukan seperti memberikan layanan VCT gratis, sosialisasi antisipasi penyebaran HIV/AIDS ke berbagai lapisan dan menjari berbagai komunitas rawan tertular dan menyebarkan penyakit ini serta membentuk kelompok peduli AIDS.
Namun, yang paling tidak kalah penting untuk mengantisipasi penyebaran HIV adalah memberikan motivasi kepada para ODHA agar tidak menularkan virusnya kepada orang lain.
Tapi, bukan berarti ODHA tidak bisa memiliki keturunan, tetapi KPA akan memberikan bimbingan agar aktivitas seksnya tidak menular kepada lawan jenisnya dan tidak diturunkan kepada anaknya.
"Stigma negatif tentang ODHA harus dihapus, agar mereka bisa nyaman seperti warga biasa lainnya sehingga dalam diri ODHA tidak ada angan-angan ingin menularkan penyakitnya itu kepada orang lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015