Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut puncak gelombang Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret mendatang.
Hal itu berdasarkan hasil pemantauan kasus COVID-19 di Afrika Selatan, di mana Omicron awalnya berkembang.
"Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan, puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini," katanya dalam keterangan pers hasil rapat terbatas soal PPKM secara daring di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Kombinasi monoklonal antibodi diperlukan demi tangani varian omicron
Koordinator PPKM Jawa-Bali itu menjelaskan pemerintah menyadari cepat atau lambat akan terjadi peningkatan kasus COVID-19 menyusul masuknya varian Omicron. Terlebih kasus COVID-19 per Sabtu (15/1) mencapai 1.054 kasus.
"Terakhir kita mencapai angka tersebut adalah pada 14 Oktober 2021 yang lalu," kata Luhut.
Berdasarkan data tersebut, kasus transmisi lokal sudah lebih tinggi dari kasus transmisi yang disebabkan oleh para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Ada pun kasus didominasi oleh wilayah Jawa dan Bali terutama Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat tetap terus lakukan prokes karena Omicron cenderung tidak bergejala
Kenaikan kasus di Jawa-Bali juga terlihat di provinsi Jawa Barat dan Banten, mengingat wilayah tersebut masuk dalam bagian aglomerasi Jabodetabek.
Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) itu menyampaikan hingga saat ini kasus kematian masih terus terjaga meskipun terjadi peningkatan kasus yang cukup signfikan.
"Namun, berkaca dari negara lain, gelombang Omicron dapat meningkat dengan cepat. Berdasarkan proyeksi yang kami lakukan, kami kembali memprediksi bahwa peningkatan kasus berpotensi naik lebih tinggi di Provinsi DKI Jakarta jika kita semua tidak hati-hati. Jadi kita semua ini bertanggung jawab untuk kita. Saya mohon supaya kita semua satu. Ini adalah alarm bagi kita semuanya untuk mulai kembali awas dalam memasuki varian baru COVID-19. Jangan mempersoalkan yang tidak perlu dipersoalkan," pesannya.
Baca juga: Kemenkes mencatat 748 kasus Omicron hingga 15 Januari 2022
Luhut mengungkapkan sebelumnya pemerintah telah bertemu dengan sejumlah pakar lintas disiplin untuk membaca data yang ada. Ia memastikan kebijakan yang diputuskan berdasarkan masukan para ahli di bidangnya.
Lebih lanjut, Luhut mengemukakan, khusus untuk wilayah lain di Jawa Bali, kasus di provinsi lain di luar Jakarta, Jawa Barat dan Banten relatif lebih terjaga, namun penyebaran kasus diprediksi juga akan menyebar lebih cepat mengingat mobilitas yang terjadi di Jawa Bali sudah sangat tinggi sekali.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Hal itu berdasarkan hasil pemantauan kasus COVID-19 di Afrika Selatan, di mana Omicron awalnya berkembang.
"Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan, puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini," katanya dalam keterangan pers hasil rapat terbatas soal PPKM secara daring di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Kombinasi monoklonal antibodi diperlukan demi tangani varian omicron
Koordinator PPKM Jawa-Bali itu menjelaskan pemerintah menyadari cepat atau lambat akan terjadi peningkatan kasus COVID-19 menyusul masuknya varian Omicron. Terlebih kasus COVID-19 per Sabtu (15/1) mencapai 1.054 kasus.
"Terakhir kita mencapai angka tersebut adalah pada 14 Oktober 2021 yang lalu," kata Luhut.
Berdasarkan data tersebut, kasus transmisi lokal sudah lebih tinggi dari kasus transmisi yang disebabkan oleh para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Ada pun kasus didominasi oleh wilayah Jawa dan Bali terutama Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat tetap terus lakukan prokes karena Omicron cenderung tidak bergejala
Kenaikan kasus di Jawa-Bali juga terlihat di provinsi Jawa Barat dan Banten, mengingat wilayah tersebut masuk dalam bagian aglomerasi Jabodetabek.
Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) itu menyampaikan hingga saat ini kasus kematian masih terus terjaga meskipun terjadi peningkatan kasus yang cukup signfikan.
"Namun, berkaca dari negara lain, gelombang Omicron dapat meningkat dengan cepat. Berdasarkan proyeksi yang kami lakukan, kami kembali memprediksi bahwa peningkatan kasus berpotensi naik lebih tinggi di Provinsi DKI Jakarta jika kita semua tidak hati-hati. Jadi kita semua ini bertanggung jawab untuk kita. Saya mohon supaya kita semua satu. Ini adalah alarm bagi kita semuanya untuk mulai kembali awas dalam memasuki varian baru COVID-19. Jangan mempersoalkan yang tidak perlu dipersoalkan," pesannya.
Baca juga: Kemenkes mencatat 748 kasus Omicron hingga 15 Januari 2022
Luhut mengungkapkan sebelumnya pemerintah telah bertemu dengan sejumlah pakar lintas disiplin untuk membaca data yang ada. Ia memastikan kebijakan yang diputuskan berdasarkan masukan para ahli di bidangnya.
Lebih lanjut, Luhut mengemukakan, khusus untuk wilayah lain di Jawa Bali, kasus di provinsi lain di luar Jakarta, Jawa Barat dan Banten relatif lebih terjaga, namun penyebaran kasus diprediksi juga akan menyebar lebih cepat mengingat mobilitas yang terjadi di Jawa Bali sudah sangat tinggi sekali.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022