Bandarlampung (Antara Megapolitan) - Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi Robusta terbesar di Tanah Air, dengan produksi rata-rata 100 ribu ton biji kering per tahun.
Selain produksi yang cukup besar, kopi Robusta Lampung juga memiliki kekhasan cita rasa yang berbeda dengan kopi jenis serupa dari daerah lain.
Kopi Robusta (Coffea canephora) mayoritas dibudidayakan para petani kopi di Lampung, dan hanya sebagian kecil yang membudidayakan kopi Arabika (Coffea arabica).
"Dengan produksi yang cukup besar, memiliki cita rasa yang khas, serta puluhan ribu petani yang menggantungkan hidup dari komoditas andalan Provinsi Lampung itu harus juga dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia," kata Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Magdalena, di Bandarlampung, Kamis (19/11).
Ia menyebutkan, kopi Robusta Lampung segera dicanangkan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk mendukung gerakan pelestarian warisan budaya yang dicanangkan Menko PMK, Puan Maharani, di sejumlah wilayah di Indonesia.
Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Kemenko PMK itu menjelaskan, gerakan pelestarian budaya ini dilakukan dalam rangka menjaga warisan budaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.
"Arahan Bu Menteri bahwa budaya merupakan salah satu alat pemersatu bangsa, sehingga bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu menjaga warisan budayanya, dan di Lampung ini kopi Robusta memiliki daya tarik untuk diangkat sebagai salah satu warisan budaya Indonesia," ujarnya pula.
Magdalena menjelaskan, sebelumnya Menko PMK mencanangkan gerakan minum jamu bersama di Sukoharjo, Jawa Tengah, dan melestarikan songket di Palembang.
Ia menjelaskan, jenis kopi yang dibudidayakan oleh kebanyakan petani kopi di daerah Lampung adalah kopi Robusta.
Sebagian besar perkebunan kopi Lampung di dataran tinggi Lampung merupakan perkebunan rakyat yang terpusat di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus.
"Kopi Lampung cukup pantas dikategorikan sebagai salah satu kopi terbaik Indonesia. Kopi Lampung terkenal karena keistimewaan aroma dan rasanya yang khas," ujarnya lagi.
Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Lampung, Toni L Tobing menjelaskan, Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan mencapai 154.168 ha dan produksi 100.000 ton biji kering.
Bahkan ekspor nasional 70 persen kopi berasal dari Lampung.
Potensi kopi Robusta di Lampung sangat luar biasa. Bahkan kopi Robusta Lampung telah mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis tanggal 13 Mei 2014 lalu, dengan lokasi Masyarakat Indikasi Geografis (MIG) di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan, dan Tanggamus, katanya pula.
Menurutnya, di dunia hanya ada tiga negara penghasil kopi Robusta, yakni Indonesia, Vietnam, dan Brazil, sehingga pangsa pasar kopi Robusta Lampung masih sangat terbuka lebar di pasar Internasional.
Karena itu, eksistensinya perlu dijaga dan dipertahankan dengan memperhatikan kelestarian ekosistem dan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya.
"Diharapkan dengan menjadikan kopi Lampung sebagai salah satu warisan budaya Indonesia dapat memacu pembangunan perkebunan kopi secara berkelanjutan, baik dari segi pengelolaan sumber daya alamnya, peremajaan bibit, permodalan serta sisi ekonomi petani dan pengusaha kopi di Provinsi Lampung," katanya lagi.
Toni menambahkan, selain kopi, Lampung memiliki potensi lain yang mulai dilirik dunia internasional yakni kain Tapis.
Diharapkan ke depan kain Tapis Lampung juga dapat diangkat menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, kata dia lagi.
Perbaiki Tata Niaga
Namun tata niaga perkopian Lampung harus diperbaiki, sehingga petani dapat menikmati harga yang baik dan berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka, kata Wakil Gubernur Lampung Bakhtiar Basri.
"Saat ini tata niaga perkopian di Lampung tidak jelas. Oleh karena itu, butuh sinergisitas semua pihak, baik petani, pengusaha, eksportir, maupun pemerintah, untuk mengelolanya secara baik," kata Wagub Bachtiar Basri, di Bandarlampung, beberapa waktu lalu.
Karena itu, menurut dia, semua pemangku kepentingan harus bersatu untuk memajukan perkopian Lampung dengan membuat program-program berkelanjutan.
"Kita harus fokus, jika kopi Lampung ingin hebat dan dikenal dunia," katanya pula.
Oleh sebab itu, kata dia lagi, pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten penghasil kopi di Lampung harus duduk bersama untuk membahas program-program terkait dengan perkopian Lampung.
Ia meminta sekretaris daerah, kepala Dinas Perkebunan, instansi terkait, petani, serta Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) untuk membahas tata kelola dan tata niaga kopi, sehingga dapat ditemukan permasalahannya.
Bachtiar Basri juga berharap kopi yang ada di Lampung dapat disertifikasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, sehingga biji kopi yang dihasilkan terjamin, baik mutu maupun kandungan bahan kimianya.
"Jangan yang membuat sertifikasi kopi justru perusahaan luar negeri atau penamaman modal asing," katanya pula.
Ketua Renlitbang AEKI Lampung, Muchtar Lutfie, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong budidaya tanaman kopi, sehingga produksinya berkualitas baik.
"Kami memiliki Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi AEKI di Lampung Barat, agar petani kopi dapat belajar cara bertanam kopi yang baik," ujarnya.
Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi (P3K) AEKI itu diharapkan dapat memacu petani kopi agar lebih giat lagi untuk membudidayakan komoditas tersebut.
"Berangkat dari semangat untuk memajukan kopi Lampung itu, kami membangun P3K tersebut," katanya pula.
Identik Lampung
Kopi identik pula dengan daerah Lampung, dan minum kopi sudah menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat dunia saat ini.
Oleh karena itu, upaya mengangkat potensi kopi Lampung, khususnya mempopulerkan kopi dari Lampung dalam bentuk promosi wisata kopi harus pula dilakukan.
Upaya itu sekaligus dapat mendorong segera mengembalikan kejayaan budidaya kopi di Lampung untuk menumbuhkan kebiasaan "ngopi" kian disukai dan menjadi budaya yang meluas, serta untuk melestarikan tradisi dan kebiasaan turun-temurun pembudidaya kopi, sebagai sarana wisata eksotik yang menarik pengunjung berbondong-bondong berdatangan ke daerah ini.
Kedai atau kafe yang menyajikan kopi khas Lampung juga terus bermunculan di daerah ini, dengan nuansa khas anak muda.
"Sekarang banyak bermunculan kedai kopi yang mengusung tema 'kafe trotoar'," kata Robi penikmat kopi asal Bandarlampung.
Ia menyebutkan, saat singgah di suatu tempat emperan kota Bandarlampung, beberapa kedai kopi yang mengusung tema tema kafe trotoar banyak bermunculan di kota ini.
Kedai-kedai kopi itu menyajikan berbagai jenis minuman kopi dengan kualitas yang tak kalah dari "coffee shop", dengan harga yang lebih mudah dijangkau.
Sejumlah pihak dari kalangan lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah, dinas teknis terkait maupun perusahaan juga berupaya terus mendorong petani kopi di Lampung terus membudidayakan kopi berkualitas tinggi.
Petani di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Pringsewu juga mendapatkan kesempatan berlatih membudidayakan kopi Robusta sekaligus penanganan pascapanen.
Pembinaan dan pelatihan intensif juga terus diberikan kepada para petani dan perajin kopi di sejumlah daerah di Lampung, untuk dapat mengolah biji kopi menjadi bubuk kopi yang berkualitas cita rasa kopi khas Lampung yang disukai para pencinta kopi dimana pun berada.
Kopi Lampung berada sejajar dengan beragam jenis kopi asli asal Indonesia lainnya, seperti Kopi Aceh Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Papua Wamena, Kopi Bali Kintamani, Kopi Toraja, dan Kopi Flores.
Kopi Robusta Lampung, termasuk kopi luwak asal Lampung yang sudah dikenal luas, dengan menjadi warisan budaya diharapkan menjadi kian terkenal serta diminati konsumen di dalam maupun luar negeri. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Selain produksi yang cukup besar, kopi Robusta Lampung juga memiliki kekhasan cita rasa yang berbeda dengan kopi jenis serupa dari daerah lain.
Kopi Robusta (Coffea canephora) mayoritas dibudidayakan para petani kopi di Lampung, dan hanya sebagian kecil yang membudidayakan kopi Arabika (Coffea arabica).
"Dengan produksi yang cukup besar, memiliki cita rasa yang khas, serta puluhan ribu petani yang menggantungkan hidup dari komoditas andalan Provinsi Lampung itu harus juga dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia," kata Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Magdalena, di Bandarlampung, Kamis (19/11).
Ia menyebutkan, kopi Robusta Lampung segera dicanangkan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk mendukung gerakan pelestarian warisan budaya yang dicanangkan Menko PMK, Puan Maharani, di sejumlah wilayah di Indonesia.
Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Kemenko PMK itu menjelaskan, gerakan pelestarian budaya ini dilakukan dalam rangka menjaga warisan budaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.
"Arahan Bu Menteri bahwa budaya merupakan salah satu alat pemersatu bangsa, sehingga bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu menjaga warisan budayanya, dan di Lampung ini kopi Robusta memiliki daya tarik untuk diangkat sebagai salah satu warisan budaya Indonesia," ujarnya pula.
Magdalena menjelaskan, sebelumnya Menko PMK mencanangkan gerakan minum jamu bersama di Sukoharjo, Jawa Tengah, dan melestarikan songket di Palembang.
Ia menjelaskan, jenis kopi yang dibudidayakan oleh kebanyakan petani kopi di daerah Lampung adalah kopi Robusta.
Sebagian besar perkebunan kopi Lampung di dataran tinggi Lampung merupakan perkebunan rakyat yang terpusat di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus.
"Kopi Lampung cukup pantas dikategorikan sebagai salah satu kopi terbaik Indonesia. Kopi Lampung terkenal karena keistimewaan aroma dan rasanya yang khas," ujarnya lagi.
Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Lampung, Toni L Tobing menjelaskan, Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan mencapai 154.168 ha dan produksi 100.000 ton biji kering.
Bahkan ekspor nasional 70 persen kopi berasal dari Lampung.
Potensi kopi Robusta di Lampung sangat luar biasa. Bahkan kopi Robusta Lampung telah mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis tanggal 13 Mei 2014 lalu, dengan lokasi Masyarakat Indikasi Geografis (MIG) di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan, dan Tanggamus, katanya pula.
Menurutnya, di dunia hanya ada tiga negara penghasil kopi Robusta, yakni Indonesia, Vietnam, dan Brazil, sehingga pangsa pasar kopi Robusta Lampung masih sangat terbuka lebar di pasar Internasional.
Karena itu, eksistensinya perlu dijaga dan dipertahankan dengan memperhatikan kelestarian ekosistem dan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya.
"Diharapkan dengan menjadikan kopi Lampung sebagai salah satu warisan budaya Indonesia dapat memacu pembangunan perkebunan kopi secara berkelanjutan, baik dari segi pengelolaan sumber daya alamnya, peremajaan bibit, permodalan serta sisi ekonomi petani dan pengusaha kopi di Provinsi Lampung," katanya lagi.
Toni menambahkan, selain kopi, Lampung memiliki potensi lain yang mulai dilirik dunia internasional yakni kain Tapis.
Diharapkan ke depan kain Tapis Lampung juga dapat diangkat menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, kata dia lagi.
Perbaiki Tata Niaga
Namun tata niaga perkopian Lampung harus diperbaiki, sehingga petani dapat menikmati harga yang baik dan berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka, kata Wakil Gubernur Lampung Bakhtiar Basri.
"Saat ini tata niaga perkopian di Lampung tidak jelas. Oleh karena itu, butuh sinergisitas semua pihak, baik petani, pengusaha, eksportir, maupun pemerintah, untuk mengelolanya secara baik," kata Wagub Bachtiar Basri, di Bandarlampung, beberapa waktu lalu.
Karena itu, menurut dia, semua pemangku kepentingan harus bersatu untuk memajukan perkopian Lampung dengan membuat program-program berkelanjutan.
"Kita harus fokus, jika kopi Lampung ingin hebat dan dikenal dunia," katanya pula.
Oleh sebab itu, kata dia lagi, pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten penghasil kopi di Lampung harus duduk bersama untuk membahas program-program terkait dengan perkopian Lampung.
Ia meminta sekretaris daerah, kepala Dinas Perkebunan, instansi terkait, petani, serta Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) untuk membahas tata kelola dan tata niaga kopi, sehingga dapat ditemukan permasalahannya.
Bachtiar Basri juga berharap kopi yang ada di Lampung dapat disertifikasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, sehingga biji kopi yang dihasilkan terjamin, baik mutu maupun kandungan bahan kimianya.
"Jangan yang membuat sertifikasi kopi justru perusahaan luar negeri atau penamaman modal asing," katanya pula.
Ketua Renlitbang AEKI Lampung, Muchtar Lutfie, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong budidaya tanaman kopi, sehingga produksinya berkualitas baik.
"Kami memiliki Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi AEKI di Lampung Barat, agar petani kopi dapat belajar cara bertanam kopi yang baik," ujarnya.
Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi (P3K) AEKI itu diharapkan dapat memacu petani kopi agar lebih giat lagi untuk membudidayakan komoditas tersebut.
"Berangkat dari semangat untuk memajukan kopi Lampung itu, kami membangun P3K tersebut," katanya pula.
Identik Lampung
Kopi identik pula dengan daerah Lampung, dan minum kopi sudah menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat dunia saat ini.
Oleh karena itu, upaya mengangkat potensi kopi Lampung, khususnya mempopulerkan kopi dari Lampung dalam bentuk promosi wisata kopi harus pula dilakukan.
Upaya itu sekaligus dapat mendorong segera mengembalikan kejayaan budidaya kopi di Lampung untuk menumbuhkan kebiasaan "ngopi" kian disukai dan menjadi budaya yang meluas, serta untuk melestarikan tradisi dan kebiasaan turun-temurun pembudidaya kopi, sebagai sarana wisata eksotik yang menarik pengunjung berbondong-bondong berdatangan ke daerah ini.
Kedai atau kafe yang menyajikan kopi khas Lampung juga terus bermunculan di daerah ini, dengan nuansa khas anak muda.
"Sekarang banyak bermunculan kedai kopi yang mengusung tema 'kafe trotoar'," kata Robi penikmat kopi asal Bandarlampung.
Ia menyebutkan, saat singgah di suatu tempat emperan kota Bandarlampung, beberapa kedai kopi yang mengusung tema tema kafe trotoar banyak bermunculan di kota ini.
Kedai-kedai kopi itu menyajikan berbagai jenis minuman kopi dengan kualitas yang tak kalah dari "coffee shop", dengan harga yang lebih mudah dijangkau.
Sejumlah pihak dari kalangan lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah, dinas teknis terkait maupun perusahaan juga berupaya terus mendorong petani kopi di Lampung terus membudidayakan kopi berkualitas tinggi.
Petani di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Pringsewu juga mendapatkan kesempatan berlatih membudidayakan kopi Robusta sekaligus penanganan pascapanen.
Pembinaan dan pelatihan intensif juga terus diberikan kepada para petani dan perajin kopi di sejumlah daerah di Lampung, untuk dapat mengolah biji kopi menjadi bubuk kopi yang berkualitas cita rasa kopi khas Lampung yang disukai para pencinta kopi dimana pun berada.
Kopi Lampung berada sejajar dengan beragam jenis kopi asli asal Indonesia lainnya, seperti Kopi Aceh Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Papua Wamena, Kopi Bali Kintamani, Kopi Toraja, dan Kopi Flores.
Kopi Robusta Lampung, termasuk kopi luwak asal Lampung yang sudah dikenal luas, dengan menjadi warisan budaya diharapkan menjadi kian terkenal serta diminati konsumen di dalam maupun luar negeri. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015