Wali Kota Bogor Bima Sugiarto bersama Rektor IPB University Arif Satria mengungkap kiat sukses yang datang dari bekal ayah masing-masing hingga mencapai karir saat ini. 

Dalam rilis yang diterima Antara, Senin, keduanya menceritakan peranan ayah dalam kehidupannya selama ini saat menghadiri talkshow 'Sharing Success Story' Reuni Perak Angkatan 33 IPB 'TAN69UH' 

Acara yang di pandu Shahnaz Haque di IPB International Convention Centre (IICC), Jalan Pajajaran, Kota Bogor, Sabtu, mampu membuat kedua tokoh itu berbagi pentingnya sosok ayah dalam kehidupan mereka. 

Ayah Bima Arya Sugiarto ialah Toni Sugiarto dipuji Wali kota Bogor itu sebagai pria yang mendekati sempurna. 

Menurut Bima Arya, kasih sayang tidak pernah berhenti dicurahkan orang tuanya, khususnya ayah menjadi faktor yang sangat membentuk dirinya hingga saat ini. 

Manusia tidak ada yang sempurna dan hanya Rasulullah SAW manusia yang sempurna, namun demikian sebagaimana umumnya anak terhadap orang tua di mata seorang Bima Arya, ayahnya Toni Sugiarto merupakan sosok yang paling mendekati kesempurnaan. 

"Sebagai ayah sangat penyayang, sebagai teman sangat solider, sebagai atasan ke bawahan sangat cinta dan sebagai suami, romatisnya minta ampun," sebut Bima Arya. 

Sementara, Rektor IPB University, Arif Satria juga mengungkap, kedua orang tuanya adalah sosok yang terus menginspirasi, mengajak untuk terus memiliki mimpi untuk kemudian mempersiapkan agar dirinya mewujudkan mimpi tersebut. 

"Salah satu mimpinya, dengan bahasa sederhananya, mereka mendoakan agar saya menjadi orang," katanya. 

Arif berkisah salah satu yang masih dia ingat dari sosok ayahnya Faruk Hasan adalah menjelaskan setiap tokoh-tokoh yang sering mereka saksikan saat menonton televisi lengkap dengan latar belakang pendidikan dan keluarga. 

Ia menilai memang inspirasi adalah sesuatu yang mahal, artinya banyak hal dapat dibangkitkan untuk menjadi sukses. 

"Walaupun memiliki latar belakangnya dari keluarga biasa-biasa saja, tidak berlebih tetapi dengan ikhtiar dan doa maksimal serta dukungan orang tua, Insya Allah siapapun bisa," ujar Arif Satria. 

Arif Satria juga menceritakan pengalaman bersama Faruk Hasan sewaktu kecil yang setiap hari Jumat selalu membawa dirinya ke toko buku untuk mengenalkan para penulis buku dan pentingnya membaca buku. 

Bahkan, di usia tiga tahun ia diberi mesin tik dengan maksud agar dirinya mengetik apapun, puisi atau cerita.

Ibu dan ayahnya sejak kecil mendorong dirinya untuk terbiasa menjadi ketua, baik menjadi ketua kelas, regu pramuka atau yang lainnya. 

"Pokoknya bergerak di bidang perketuaan," katanya berseloroh.

Dia memaparkan, ayahnya memiliki mimpi sederhana, jika ingin menjadi apapun, seperti dokter, dosen, pengusaha dan yang lainnya harus bisa menulis. 

Menulis dibekalkan ayahnya kepada Arif sebagai latihan untuk membuat cara berpikir untuk dapat menangkap isu apapun, dimana pun, memberi kemudahan untuk menganalisis dan sebagainya. 

"Dengan rajin menulis kita melatih cara berpikir kita, sistematis, logis dan yang lebih penting adalah melatih kita untuk berkomunikasi dengan publik agar paham dan itu bagian dari proses pendidikan. Menulis itu sampai usia berapa pun menjadi salah satu profesi yang bisa dijalani," jelasnya. 

 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021