Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman Barat melakukan pelatihan pembuatan Kompos Jerami Padi pada awal November lalu melalui program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPMDIP), dengan sasaran kelompok Tani Tunas Harapan, Kecamatan Pasaman. 

Salah seorang penyuluh setempat, Lukman mengatakan bahwa hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan. Selain itu, jerami masih dianggap sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk mengatasi masalah tersebut. 

"Dampak pembakaran tersebut kurang bagus karena bisa meningkatkan kadar CO2 di udara," ujar Lukman melalui keterangan tertulisnya, Rabu. 

Lukman menjelaskan, berdasar kebiasaan petani di lapangan, jerami dari sisa panen padi sebagian besar dibakar langsung di lahan dengan tujuan mempercepat persiapan lahan untuk masa tanam berikutnya. Pembakaran jerami secara terus-menerus di lahan pertanian dapat menyebabkan meningkatnya suhu udara di permukaan tanah serta menyebabkan polusi udara. 

"Efeknya dapat memusnahkan mikroorganisme yang berguna dalam proses biologis tanah, seperti perombak bahan organik tanah sehingga berdampak pada menurunnya kadar bahan organik dalam tanah," kata dia. 

Maka dari itu, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan jerami padi untuk diolah menjadi kompos. Pengomposan jerami padi bertujuan untuk meningkatkan unsur hara tanah serta dapat mengurangi biaya produksi petani dalam pembelian pupuk.

"Jerami ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah atau disebut sebagai pembenah tanah.  Hasil penelitian terungkap kalau pembenaman jerami padi ke tanaman kedelai dapat memperbaiki kondisi tanah, mengurangi kekerasan tanah dan penetrasi lebih ringan," lanjut Lukman. 

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi memaparkan jika penggunaan kompos dengan memanfaatkan jerami padi cukup penting. Menurutnya hal itu bisa mengurangi biaya produksi petani di tengah makin mahalnya pupuk an-organik seperti Ure, SP36, KCI, dan ZA. 

"Penggunaan pupuk organik juga diperlukan sebagai upaya mengkoservasi hara tanah melalui pendauran ulang," jelas dia. 

"Maka dari itu, pemanfaatan berbagai jenis pupuk organik pada tanaman perlu dikaji sebagai salah satu alternatif substitusi/pengurangan penggunaan pupuk kimia," lanjut pejabat bermurah senyum itu. 

Dijelaskan Dedi, kesuburan tanah di lahan dapat dipertahankan dengan memanfaatkan limbah pertanian yang ada di sekitar lingkungan. Khususnya jerami padi yang merupakan potensi bahan lokal yang dapat diolah menjadi pupuk organik dan kompos. 

"Pada saat panen limbah ini sangat berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal," kata Dedi. 

Sebagaimana diketahui bahwa manfaat pupuk organik adalah Meningkatkan struktur tanah, mengurangi erosi, Menahan pemadatan, meningkatkan Mengatur dan menstabilkan pH,  menyehatkan tanah dan menekan perkembangan penyakit tanaman.

Adapun waktu pengomposan sebaiknya segera dilakukan setelah panen, yaitu sehingga kompos tersebut dapat digunakan pada saat persemaian atau pada saat penyiapan bibit. Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lainnya misalnya rumput-rumputan, sisa-sisa daun ataupun tanaman lainnya.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo optimis bahwa program IPDMIP dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat pedesaan, khususnya bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan. Lewat IPDMIP, produktivitas pertanian terus meningkat, khususnya di daerah irigasi. 

"Pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat. Pertanian adalah emas 100 karat,” kata Mentan.

Dia menyampaikan jika produktivitas meningkat, pendapatan petani juga meningkat. "Kemampuan sumber daya manusia juga harus kita tingkatkan agar mereka bisa mengelola pertanian dengan baik," ungkapnya.

SYL-sapaannya- mengingatkan bahwa sektor pertanian adalah 'emas 100 karat'. Menjanjikan dan tak pernah ingkar janji sehingga sangat prospektif untuk digeluti. "Terutama para pemuda dan milenial. Kita gerakan pertanian Indonesia, masa depan pertanian kita ada pada mereka," ujar SYL

Pewarta: Pewarta Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021