Ambon, (Antara Megapolitan) - Lembaga internasional asal Jerman Inter-National Children Help (ICH) menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan kepada anak-anak pesantren Al Madinah di Dusun Warasia, Desa Batu Merah, Kota Ambon, Maluku.
"Kami merasa terpanggil untuk membantu anak-anak yang bermukim pada pesantren Al Madinah di Dusun Warasia karena kondisi mereka sangat memprihatinkan," kata duta ICH untuk Indonesia Mey Djablonski di Ambon, Selasa.
Bantuan yang diberikan kepada pesantren tersebut yakni berupa delapan set kasur berukuran king size, 30 pasang bantal, 25 set selimut serta delapan paket obat-obatan yang berkaitan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Mey, yang berkunjung ke pesantren tersebut bersama suaminya Hans Djablonski, mengaku dirinya dan ICH mengetahui informasi tentang keberadaan belasan anak di pesantren tersebut melalui jaringan media sosial.
"Informasi tentang kondisi anak-anak yatim piatu yang ditampung pada pesantren ini kami peroleh dari media sosial, kemudian dilanjutkan dengan survei serta kunjungan ke pesantren tersebut dan bertemu dengan pengelolanya pada pekan lalu," kata Mey Djablonski.
Saat kunjungan pekan lalu, katanya, pihak lembaga berkeinginan untuk melakukan renovasi terhadap bangunan pesantren yang merupakan tempat tinggal anak-anak yatim piatu tersebut, tetapi penanggung jawab yayasan Al Madinah Muhamad Mustari menyarankan untuk membantu peralatan tidur anak-anak.
"Status tanahnya lagi bermasalah sehingga pengelola pesantren menyarankan untuk tidak dilakukan pembangunan atau renovasi dan hanya membantu peralatan tidur kepada anak-anak santri, karena keseharian mereka hanya tidur beralaskan karpet saja," ujarnya.
Lembaga tersebut, tandas Mey Djablonski, juga melakukan survei menyangkut kasus gizi buruk di pesantren tersebut maupun di Kota Ambon dan Maluku, di mana hasilnya prosentase gizi buruk di Ambon dan Maluku relatif sangat kecil di bandingkan beberapa provinsi lainnya.
Dia juga menilai kondisi pesantren di Ambon, kendati tempat tinggal terutama fasilitas tidur anak-anak santri dinilai kurang layak, tetapi tidak ditemukan kasus gizi buruk.
"Hasil penelitian ini yang membedakan Maluku dengan provinsi lain di Indonesia. Padahal secara kasat mata kita lihat lokasi tempat anak-anak ini tinggal dan menuntut ilmu agama sangat tidak layak, tetapi masalah makanan dan gizinya cukup terjamin," katanya.
Mey Djablonski menambahkan, lembaga internasional asal Jerman tersebut telah memberikan banyak bantuan khususnya kepada anak-anak di berbagai negara, di antaranya India, Nepal, Ceko, Rusia, Gambia serta Kenya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Kami merasa terpanggil untuk membantu anak-anak yang bermukim pada pesantren Al Madinah di Dusun Warasia karena kondisi mereka sangat memprihatinkan," kata duta ICH untuk Indonesia Mey Djablonski di Ambon, Selasa.
Bantuan yang diberikan kepada pesantren tersebut yakni berupa delapan set kasur berukuran king size, 30 pasang bantal, 25 set selimut serta delapan paket obat-obatan yang berkaitan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Mey, yang berkunjung ke pesantren tersebut bersama suaminya Hans Djablonski, mengaku dirinya dan ICH mengetahui informasi tentang keberadaan belasan anak di pesantren tersebut melalui jaringan media sosial.
"Informasi tentang kondisi anak-anak yatim piatu yang ditampung pada pesantren ini kami peroleh dari media sosial, kemudian dilanjutkan dengan survei serta kunjungan ke pesantren tersebut dan bertemu dengan pengelolanya pada pekan lalu," kata Mey Djablonski.
Saat kunjungan pekan lalu, katanya, pihak lembaga berkeinginan untuk melakukan renovasi terhadap bangunan pesantren yang merupakan tempat tinggal anak-anak yatim piatu tersebut, tetapi penanggung jawab yayasan Al Madinah Muhamad Mustari menyarankan untuk membantu peralatan tidur anak-anak.
"Status tanahnya lagi bermasalah sehingga pengelola pesantren menyarankan untuk tidak dilakukan pembangunan atau renovasi dan hanya membantu peralatan tidur kepada anak-anak santri, karena keseharian mereka hanya tidur beralaskan karpet saja," ujarnya.
Lembaga tersebut, tandas Mey Djablonski, juga melakukan survei menyangkut kasus gizi buruk di pesantren tersebut maupun di Kota Ambon dan Maluku, di mana hasilnya prosentase gizi buruk di Ambon dan Maluku relatif sangat kecil di bandingkan beberapa provinsi lainnya.
Dia juga menilai kondisi pesantren di Ambon, kendati tempat tinggal terutama fasilitas tidur anak-anak santri dinilai kurang layak, tetapi tidak ditemukan kasus gizi buruk.
"Hasil penelitian ini yang membedakan Maluku dengan provinsi lain di Indonesia. Padahal secara kasat mata kita lihat lokasi tempat anak-anak ini tinggal dan menuntut ilmu agama sangat tidak layak, tetapi masalah makanan dan gizinya cukup terjamin," katanya.
Mey Djablonski menambahkan, lembaga internasional asal Jerman tersebut telah memberikan banyak bantuan khususnya kepada anak-anak di berbagai negara, di antaranya India, Nepal, Ceko, Rusia, Gambia serta Kenya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015