Bogor, (Antara Megapolitan) - Setelah hanyut terserat arus sungai selama dua hari, jasat bocah perempuan bernama Nadia (7) yang terseret arus kali Cikaret, Kota Bogor, Jawa Barat ditemukan tewas di Kecamatan Rumpin, berjarak sekitar 25 km dari lokasi kejadian.

"Jasat ditemukan oleh warga setempat yang melihat ada anak kecil mengambang di sungai di antara bebatuan sekitar pukul 11.40 WIB. Dibantu petugas Polsek setempat mengabari penemuan, tim pencarian langsung menuju lokasi penemuan," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bogor Budi Hendrawan di Bogor, Kamis.

Nadia putri pasangan Haji Sulam (45) dan Sumiati ini dikabarkan hanyut Selasa (13/10) sekitar pukul 17.45 WIB. Kejadian berawal saat bocah kelas satu sekolah dasar itu bermain air bersama teman-temannya di selokan depan rumahnya di Gang Pangumbahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan.

Selokan atau disebutkan Kali Cikaret oleh warga setempat berukuran lebar sekitar dua meter dengan kedalam sekitar satu meter setengah. Berjarak sekitar 15 meter dari rumah Nadia.

"Waktu kejadian, hari sedang hujan, jadi anak-anak bermain air. Mandi-mandilah, Nadia ini ikut mandi bersama tiga temannya," kata Budi.

Menurut Budi, Kali Cikaret tersebut berarus deras ketika hujan dan meluap hingga menutup jalan yang melintasi rumah warga. Derasnya arus akibat luapan air di Kali Cikaret tersebut membawa material kayu, diduga Nadia terhantam kayu hingga terseret arus sampai ke Sungai Cisadane.

"Karena waktu kejadian Nadia sempat pulang, tapi karena ada kayu hanyut terbawa arus di depan rumahnya, kemungkinan kepleset dan terbawa arus. Dua temannya sempat bilang, kalau Nadia terseret kayu," kata Budi.

Mengetahui Nadia terseret arus, orang tua, warga dan ketua RW setempat berupaya mencari korban. Hingga pukul 19.15 WIB, warga melaporkan kejadian ke petugas keamanan setempat yang diteruskan ke BPBD.

Mengingat situasi sudah malam, dan cuaca sedang hujan. Pencarian dilakukan sekedarnya, dengan memasang jaring di pintu air menuju Sungai Cisadane.

"Pencarian kita batasi sampai pukul 22.00 WIB, karena kita tidak mau mengambil resiko melibatkan warga jangan sampai ada korban susulan," kata Budi.

Pencarian dengan melibatkan tim SAR lengkap dari BPBD, Satpol PP, Polisi setempat, Tagana, dan anggota SAR Community Bogor dimulai Rabu (14/10). Sekitar 110 tim SAR terlibat dalam upaya pencarian korban Nadia. Pencarian dilakukan dengan membagi menjadi empat kelompok, ada yang melakukan penyisiran, penyelaman dan tim perahu.

"Pencarian kita lakukan dari lokasi kejadian, sampai jambatan RPH Bubulak, atau sejauh 14 km. Sampai pukul 22.00 WIB, upaya pencarian tidak membuahkan hasil, hingga operasi kita tutup karena cuaca yang tidak mendukung," kata Budi.

Selama operasi ditutup, petugas mengantisipasi dengan memasang jaring di Kampung Semplak atau berjarak 15 km dari lokasi kejadian, sekitar satu km dari titik akhir pencarian di RPH Bubulak.

Tanda-tanda keberadaan jasat korban belum juga ditemukan, petugas kembali melakukan pencarian dengan menyusuri rute yang sama dan titik-titik yang dicurigai ada jasat korban.

Petugas berencana memperluas pencarian hingga Karekel, perbatasan Tanggerang. Namun, sekitar pukul 11.40 WIB petugas mendapat laporan penemuan jasat Nadia di wilayah Rumpin.

"Selama pencarian kami juga menyebarkan informasi kepada petugas SAR, Babinsa, Polmas dan Kepolisian setempat, untuk membantu pencarian. Dan begitu jasat ditemukan, petugas wilayah setempat langsung mengontak tim di Kota Bogor," kata Budi.

Tim SAR gabungan dan BPBD Kota Bogor langsung bergerak ke Rumpin bersama kedua orang tua korban untuk menjemput jasat. Setelah serah terima, korban dibawa ke RS Bhayangkara Kota Bogor untuk dipulasaran, sehingga pihak keluarga dapat langsung memakamkannya, mengingat jasat korban sudah membengkak dan banyak terdapat memar akibat benturan.

Insiden yang dialami keluarga Nadia mendapat perhatian Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman yang langsung mengunjungi keluarga korban. Sebelumnya, Usmar sempat meninjau posko SAR yang disediakan oleh pihak keluarga.

Usmar mengingatkan warga pentingnya keselamatan diri, terutama wilayah yang berdekatan dengan sungai serta tebingan. Agar dibangun pembatas atau penahan agar terhindar dari kejadian serupa.

"Pemerintah wilayah setempat harus meninggikan jembatan, pagar pengaman juga harus dibuat. Agar kejadian ini tidak terulang lagi," kata Usmar.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015