Jakarta, (Antara Megapolitan) - Wakil Ketua DPD RI, Farouk Muhammad menyesalkan kegagalan kinerja intelijen dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya peristiwa bentrokan antarwarga di Aceh Singkil pada Selasa (13/10).

"Saya menyesalkan kegagalan intelejen dalam mendeteksi peristiwa ini. Bagi saya ini kecolongan intelejen kita," katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan pengerahan dan pergerakan massa yang besar, seharusnya bisa dideteksi dan diantisipasi sehingga kemungkinan aksi anarkis dan destruktif bisa dicegah.

Menurut dia, pemerintah daerah dan aparat keamanan seharusnya dapat melakukan langkah-langkah persuasif atas pendirian gereja-gereja yang terbukti atau dianggap ilegal sehingga aksi main hakim sendiri tidak perlu terjadi.

"Peristiwa ini dikhawatirkan dapat menciderai semangat toleransi dan kebhinnekaan  Indonesia," ujarnya.

Senator asal NTB itu meminta pemerintah dan aparat keamanan sigap dan bertindak cepat untuk mencegah dampak peristiwa tersebut. Hal itu menurut dia agar tidak mengoyak stabilitas keamanan di Aceh.

"Apalagi ditengarai massa masih melakukan pergerakan di beberapa tempat," kata dia.

Sebelumnya, bentrok antarwarga terjadi di Kecamatan Simpang Kanan dan Gunung Meria, Aceh Singkil pada Selasa (13/10) pagi.

Dalam bentrok itu diberitakan, satu orang meninggal, empat orang luka-luka dan satu rumah ibadah dibakar.

Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menyatakan polisi telah mengamankan puluhan orang yang diduga terlibat dalam kasus bentrok.

Pernyataan itu disampaikan Kapolri di depan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Mapolres Aceh Singkil, Rabu (14/10).

Dia menyebutkan, polisi terus mengusut kasus bentrok antarwarga tersebut dan sebanyak 45 warga yang diduga terlibat telah diamankan di Mapolres Aceh Singkil.

Dia mengatakan, polisi sudah mengetahui identitas pelaku penembakan warga yang menggunakan senjata mirip senapan angin tersebut.

Pewarta: Imam Budilaksono

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015