Kementerian Pertanian terus menggenjot kualitas benih jagung nasional melalui program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP), salah satu programnya adalah mencetak para penangkar benih yang handal. 

"Karena benih unggul punya peran vital dalam pencapaian ketahanan pangan," kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

Benih unggul merupakan faktor penting keberhasilan petani. Benih dengan kualitas terbaik berkorelasi dengan tingginya produktivitas dan kualitas hasil panen. 

Mentan mengatakan kebutuhan benih unggul belum mencukupi kebutuhan petani sehingga perlu banyak penangkar benih berkualitas. Disinilah peran penting IPDMIP mencetak petani penangkar benih di daerah irigasi melalui Sekolah Lapangan (SL). 

"Makin banyak penangkar berkualitas tentunya akan meningkatkan kesejahteraan petani," jelas dia. 

Baca juga: Kementan genjot produktivitas pertanian daerah irigasi

Produktivitas petani jagung terdongkrak 

Sementara itu Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan, Kabupaten Pasaman Barat, Saridin mengatakan realisasi program IPDMIP berdampak positif di lapangan. 

Kabupaten Pasaman yang notabene pemasok jagung terbesar di Sumatera Barat, berhasil meningkatkan produktivitas petani jagung melalui IPDMIP. 

"Untuk produksi di Kabupaten Pasaman Barat saat ini enam ton per hektar. Dikali 3000 hektar, per bulan sekitar 18.000 ton. Setahun kami mensuplai kurang lebih 432.000 ton per tahun," ujar Saridin. 

Saridin mengaku para petani yang mengikuti program IPDMIP di daerahnya, mengapresiasi program ini. Menurut Saridin, IPDMIP memberikan nilai tambah bagi petani khususnya mengenai penangkaran benih unggul. 

"Progresnya bagus. Petani lebih optimal dan efisien dalam memanfaatkan lahannya. Tak terkecuali untuk komoditas jagung," jelas dia.    

Baca juga: Cross Village Visits, inovasi metode penyuluhan berbasis partisipasi aktif petani

Terkait harga, Saridin mengatakan jika di pasaran kebutuhan maupun harga relatif stabil. Saat ini harga di kisaran petani Rp4-Rp5 ribu per kilogram.  

"Untuk harga di tingkat konsumen misalnya, misalnya peternak ayam di Kabupaten 50 Kota membelinya dengan kisaran Rp 5- Rp 6 ribuan per kilogram. Ini cukup bagus, karena dari rata-rata modal Rp11- Rp12 juta per hektar dan produksi rata-rata 5-6 ton, bisa  meraup keuntungan Rp8-Rp10 juta permusim tanam (4 bulan)," ujar dia.  

"Jadi ada pendapatan petani sekitar Rp2 juta per bulan," lanjut dia. 

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi. Menurutnya, IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. 

"Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” kata Dedi. 

Baca juga: Pemetaan rantai nilai perkuat kesejahteraan petani

Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 

"Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021