Depok, (Antara Megapolitan) - Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Mahdi Jufri mengatakan penelitian di bidang farmasi di Indonesia saat ini masih sangat kurang sehingga perlu terus ditingkatkan.
"Boleh dibilang saat ini industri farmasi hanya berkutat pada pengembangan formula saja," kata dia dalam sambutannya pada acara `Pameran Hasil Riset Inovatif dan Gelar Hasil Riset Farmasi 2015` di kampus UI Depok, Kamis.
Ia mengatakan praktis tidak ada penelitian yang intensif untuk mengembangkan obat sintetis yang aman dari bahan alam Indonesia, padahal Indonesia memeliki kelebihan dalam bidang obat-obat herbal.
Apalagi, dengan keadaan perekonomian Indonesia yang sedang kurang kondusif, pilihan untuk membeli beberapa teknologi dari luar negeri sangat bijaksana, dibandingkan harus melakukan impor bahan sintetik dari luar terus menerus.
Harus diakui, ujarnya, Indonesia kalah telak oleh industri farmasi dari negara-negara maju seperti Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Tapi hal ini bukanlah penghalang bangkitnya sektor industri farmasi di Indonesia.
"Kita masih memiliki beragam kekayaan alam yang dapat dijadikan penelitian industri farmasi," katanya.
Menurut dia, faktor yang menghambat industri farmasi di Indonesia adalah kurangnya teknologi yang mendukung. Bisa dikatakan hampir sebagian besar penelitian kita terhambat karena masalah instrumen yang kurang memadai.
Padahal, lanjut dia, industri farmasi memegang peranan penting dalam pengembangan obat. Untuk itu perlu dilakukan upaya intensif antara perguruan tinggi dan farmasi serta pemerintah atau apa yang dikenal dengan Academic, Business and government (ABG) untuk memajukan industri farmasi Indonesia.
Mahdi mengatakan keadaan ekonomi yang saat ini kurang baik di mana bahan sintetik kimia untuk obat hampir 90 persen masih diimpor, menjadi kendala apalagi kurs dolar AS yang terus menguat terhadap rupiah.
Padahal, salah satu sektor yang menjadi indikator suatu negara dapat dikatakan maju adalah kemampuan mengatasi masalah kesehatan. Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah standar negara yang dikatakan sehat versi WHO.
Hal tersebut, katanya, dapat dilihat dari tingkat morbilitas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Salah satu sektor yang menunjang hal tersebut adalah sektor industri farmasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Boleh dibilang saat ini industri farmasi hanya berkutat pada pengembangan formula saja," kata dia dalam sambutannya pada acara `Pameran Hasil Riset Inovatif dan Gelar Hasil Riset Farmasi 2015` di kampus UI Depok, Kamis.
Ia mengatakan praktis tidak ada penelitian yang intensif untuk mengembangkan obat sintetis yang aman dari bahan alam Indonesia, padahal Indonesia memeliki kelebihan dalam bidang obat-obat herbal.
Apalagi, dengan keadaan perekonomian Indonesia yang sedang kurang kondusif, pilihan untuk membeli beberapa teknologi dari luar negeri sangat bijaksana, dibandingkan harus melakukan impor bahan sintetik dari luar terus menerus.
Harus diakui, ujarnya, Indonesia kalah telak oleh industri farmasi dari negara-negara maju seperti Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Tapi hal ini bukanlah penghalang bangkitnya sektor industri farmasi di Indonesia.
"Kita masih memiliki beragam kekayaan alam yang dapat dijadikan penelitian industri farmasi," katanya.
Menurut dia, faktor yang menghambat industri farmasi di Indonesia adalah kurangnya teknologi yang mendukung. Bisa dikatakan hampir sebagian besar penelitian kita terhambat karena masalah instrumen yang kurang memadai.
Padahal, lanjut dia, industri farmasi memegang peranan penting dalam pengembangan obat. Untuk itu perlu dilakukan upaya intensif antara perguruan tinggi dan farmasi serta pemerintah atau apa yang dikenal dengan Academic, Business and government (ABG) untuk memajukan industri farmasi Indonesia.
Mahdi mengatakan keadaan ekonomi yang saat ini kurang baik di mana bahan sintetik kimia untuk obat hampir 90 persen masih diimpor, menjadi kendala apalagi kurs dolar AS yang terus menguat terhadap rupiah.
Padahal, salah satu sektor yang menjadi indikator suatu negara dapat dikatakan maju adalah kemampuan mengatasi masalah kesehatan. Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah standar negara yang dikatakan sehat versi WHO.
Hal tersebut, katanya, dapat dilihat dari tingkat morbilitas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Salah satu sektor yang menunjang hal tersebut adalah sektor industri farmasi.
Sementara itu Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indonesia Mohammed Ali Berawi mengatakan penelitian untuk merekatkan hubungan dengan masyarakat sehingga hasil dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Untuk itu kata dia penelitian diharapkan sebagai solusi untuk menjawab segala kebutuhan masyarakat dan penelitian juga memberikan kontribusi bagi pembangunan dan peradaban dunia.
"Masyarakat harus bisa merasakan peningkatan kualitas hidupnya," katanya.‎
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015