Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyampaikan persentase kasus positif COVID-19 dibanding total kasus yang diperiksa (positivity rate) mendekati rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni kurang dari 5 persen.
"Positivity rate terus mengalami tren penurunan, sekarang sudah 6,97 persen, mendekati dari rekomendasi WHO," ujar Dante dalam konferensi pers yang dipantau via daring di Jakarta, Senin malam (6/9).
Ia menyampaikan dalam upaya menurunkan angka positivity rate itu, pemerintah akan terus meningkatkan pelacakan (tracing) kontak.
"Tracing sampai sekarang sudah sampai 7,98 persen. Tracing ini bisa mencapai sekitar 10, yaitu setiap satu kasus positif ditelusuri sampai 10 kontak erat," paparnya.
Baca juga: Kemenkes pastikan tidak ada kebocoran data di PeduliLindungi
Baca juga: Kemenkes: Insentif tenaga kesehatan 2021 telah dibayarkan sebesar Rp5,865 triliun
Dalam kesempatan itu, Dante juga mengatakan, positivity rate di beberapa daerah sudah mengalami penurunan cukup baik, tetapi di beberapa daerah masih tinggi.
"Untuk daerah-daerah yang tinggi ini diharapkan untuk melakukan kegiatan tracing yang lebih optimal ketika kasusnya sudah mulai ringan seperti sekarang ini sehingga kita menghindari dari lonjakan kasus berikut yang mungkin lebih berat," tutur Dante.
Saat ini, Dante mengingatkan, terdapat varian baru virus Corona yang perlu tetap harus diwaspadai, yakni varian Mu.
"Semakin banyak kasus ini berkembang dan semakin lama pandemi ini berlangsung maka virus itu akan melakukan modifikasi dan melakukan mutasi," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes: 34.858.000 orang sudah terima dosis kedua vaksin COVID-19
Ia mengharapkan varian Mu itu abortif seperti juga varian Lambda yang terjadi beberapa waktu lalu di Peru.
"Varian delta baru saja kita alami, sekarang sudah ada varian Mu. Mudah-mudahan ini akan abortif, seperti juga varian Lambda beberapa waktu yang lalu di Peru," ucapnya.
Ia mengatakan COVID-19 varian Mu terjadi di Kolombia, secara laboratorium varian Mu mempunyai resistensi terhadap vaksin.
"Tapi itu dalam konteks laboratorium, tidak dalam konteks epidemiologis. Tetapi penyebarannya tidak sehebat penularan dari varian delta," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Positivity rate terus mengalami tren penurunan, sekarang sudah 6,97 persen, mendekati dari rekomendasi WHO," ujar Dante dalam konferensi pers yang dipantau via daring di Jakarta, Senin malam (6/9).
Ia menyampaikan dalam upaya menurunkan angka positivity rate itu, pemerintah akan terus meningkatkan pelacakan (tracing) kontak.
"Tracing sampai sekarang sudah sampai 7,98 persen. Tracing ini bisa mencapai sekitar 10, yaitu setiap satu kasus positif ditelusuri sampai 10 kontak erat," paparnya.
Baca juga: Kemenkes pastikan tidak ada kebocoran data di PeduliLindungi
Baca juga: Kemenkes: Insentif tenaga kesehatan 2021 telah dibayarkan sebesar Rp5,865 triliun
Dalam kesempatan itu, Dante juga mengatakan, positivity rate di beberapa daerah sudah mengalami penurunan cukup baik, tetapi di beberapa daerah masih tinggi.
"Untuk daerah-daerah yang tinggi ini diharapkan untuk melakukan kegiatan tracing yang lebih optimal ketika kasusnya sudah mulai ringan seperti sekarang ini sehingga kita menghindari dari lonjakan kasus berikut yang mungkin lebih berat," tutur Dante.
Saat ini, Dante mengingatkan, terdapat varian baru virus Corona yang perlu tetap harus diwaspadai, yakni varian Mu.
"Semakin banyak kasus ini berkembang dan semakin lama pandemi ini berlangsung maka virus itu akan melakukan modifikasi dan melakukan mutasi," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes: 34.858.000 orang sudah terima dosis kedua vaksin COVID-19
Ia mengharapkan varian Mu itu abortif seperti juga varian Lambda yang terjadi beberapa waktu lalu di Peru.
"Varian delta baru saja kita alami, sekarang sudah ada varian Mu. Mudah-mudahan ini akan abortif, seperti juga varian Lambda beberapa waktu yang lalu di Peru," ucapnya.
Ia mengatakan COVID-19 varian Mu terjadi di Kolombia, secara laboratorium varian Mu mempunyai resistensi terhadap vaksin.
"Tapi itu dalam konteks laboratorium, tidak dalam konteks epidemiologis. Tetapi penyebarannya tidak sehebat penularan dari varian delta," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021