Bogor, (Antara Megapolitan) - Dinas Pertanian Kota Bogor, Jawa Barat menyatakan tingkat kesadaran berkurban warga Bogor tinggi, karena setiap tahun jumlah penjualan hewan kurban meningkat.
"Masyarakat sudah memiliki kesadaran tinggi untuk berkurban, walaupun harga naik, tetapi karena niatnya ibadah tetap saja warga membeli hewan kurban," kata Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kota Bogor drh Wina, di Bogor, Selasa.
Wina mengatakan, kebutuhan hewan kurban di Kota Bogor tahun ini berkisar sekitar 9.000 sampai 9.500 ekor termasuk sapi dan kambing/domba. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya hanya sebanyak 8.500 ekor dari 700 DKM.
Ia mengatakan, kenaikan harga jual hewan tanah tahun ini berkisar antara lima sampai 10 persen. Harga jual yang tadinya Rp45.000 per kg ekor hidup menjadi Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per ekor hidup.
Kebutuhan hewan kurban untuk Kota Bogor ini dipasok dari sejumlah peternak maupun penjual yang datang dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan NTT.
Terkait mahalnya harga, menurut Wina, hal ini terjadi karena pasokan hewan ternak yang terbatas. Namun, mengantisipasi terbatasnya pasokan telah dibahas dan dibicarakan bersama tingkat provinsi dan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memastikan ketersediaan hewan kurban selama Idul Adha.
"Sudah ada rapat, dijamin pasokan hewan ternak untuk kurban mencukupi. Ini melihat tingkat kesadaran masyarakat Kota Bogor cukup tinggi dalam berkurban, selama lima tahun terakhir naik terus dibanding wilayah lainnya maupun Kabupaten Bogor," kata dia.
Menurut Wina, alasan peternak menaikkan harga karena musim kemarau sehingga sulit mendapatkan pakan hidup seperti rumput gajah tidak mempengaruhi, karena saat ini sudah ada teknologi baru yang membuat pakan dari bahan baku kedelai hitam bekas pembuatan kecap.
"Kenaikan harga tidak dipengaruhi oleh pakan, karena teknologi pakan sudah ada dengan menggunakan limba-limbah sayur seperti kedelai hitam bekas pembuatan kecap," katanya.
Wina menambahkan, Pemerintah Kota Bogor telah menyelenggarakan Bursa Hewan Kurban berlokasi di halaman kantor Puslitbangnak Kementerian Pertanian di Jalan Padjajaran. Menyediakan hewan ternak yang sudah memiliki sertifikat dan kalung sehat serta terjamin sesuai syariat Islam.
Bursa Hewan Kurban ke-16 ini terbatas baru diikuti belasan peternak dan pedagang hewan kurban yang berasal dari wilayah Jabodetabek, maupun Jawa. Sementara itu, penjual hewan kurban secara mandiri juga tersebar di sejumlah kawasan di Kota Bogor ada yang berjualan di lapangan, trotoar dan pinggir jalan.
"Kota Bogor berencana untuk mensentralkan penjualan hewan kurban, tujuannya agar hewan kurban yang dijual sudah memenuhi syarat sehat, cukup umur dan layak kurban sesuai tuntunan syariat Islam," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Masyarakat sudah memiliki kesadaran tinggi untuk berkurban, walaupun harga naik, tetapi karena niatnya ibadah tetap saja warga membeli hewan kurban," kata Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kota Bogor drh Wina, di Bogor, Selasa.
Wina mengatakan, kebutuhan hewan kurban di Kota Bogor tahun ini berkisar sekitar 9.000 sampai 9.500 ekor termasuk sapi dan kambing/domba. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya hanya sebanyak 8.500 ekor dari 700 DKM.
Ia mengatakan, kenaikan harga jual hewan tanah tahun ini berkisar antara lima sampai 10 persen. Harga jual yang tadinya Rp45.000 per kg ekor hidup menjadi Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per ekor hidup.
Kebutuhan hewan kurban untuk Kota Bogor ini dipasok dari sejumlah peternak maupun penjual yang datang dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan NTT.
Terkait mahalnya harga, menurut Wina, hal ini terjadi karena pasokan hewan ternak yang terbatas. Namun, mengantisipasi terbatasnya pasokan telah dibahas dan dibicarakan bersama tingkat provinsi dan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memastikan ketersediaan hewan kurban selama Idul Adha.
"Sudah ada rapat, dijamin pasokan hewan ternak untuk kurban mencukupi. Ini melihat tingkat kesadaran masyarakat Kota Bogor cukup tinggi dalam berkurban, selama lima tahun terakhir naik terus dibanding wilayah lainnya maupun Kabupaten Bogor," kata dia.
Menurut Wina, alasan peternak menaikkan harga karena musim kemarau sehingga sulit mendapatkan pakan hidup seperti rumput gajah tidak mempengaruhi, karena saat ini sudah ada teknologi baru yang membuat pakan dari bahan baku kedelai hitam bekas pembuatan kecap.
"Kenaikan harga tidak dipengaruhi oleh pakan, karena teknologi pakan sudah ada dengan menggunakan limba-limbah sayur seperti kedelai hitam bekas pembuatan kecap," katanya.
Wina menambahkan, Pemerintah Kota Bogor telah menyelenggarakan Bursa Hewan Kurban berlokasi di halaman kantor Puslitbangnak Kementerian Pertanian di Jalan Padjajaran. Menyediakan hewan ternak yang sudah memiliki sertifikat dan kalung sehat serta terjamin sesuai syariat Islam.
Bursa Hewan Kurban ke-16 ini terbatas baru diikuti belasan peternak dan pedagang hewan kurban yang berasal dari wilayah Jabodetabek, maupun Jawa. Sementara itu, penjual hewan kurban secara mandiri juga tersebar di sejumlah kawasan di Kota Bogor ada yang berjualan di lapangan, trotoar dan pinggir jalan.
"Kota Bogor berencana untuk mensentralkan penjualan hewan kurban, tujuannya agar hewan kurban yang dijual sudah memenuhi syarat sehat, cukup umur dan layak kurban sesuai tuntunan syariat Islam," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015