PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Dana Anak PBB (UNICEF) pada Selasa (15/9) menyatakan konflik, kerusuhan dan pengungsian yang terjadi di Suriah telah membuat lebih dari dua juta anak di negeri itu tak bisa kembali ke sekolah.

Sementara itu tak kurang 400.000 anak lagi lagi menghadapi resiko putus-sekolah. Saat konflik di Suriah kini memasuki tahun kelimanya, sebagian anak di negeri tersebut tak pernah tahu apa rasanya untuk berada di dalam kelas, sedangkan yang lain telah kehilangan waktu belajar mereka untuk tahun keempat, kata badan PBB itu dalam satu siaran pers.

"Layanan dasar masyarakat Suriah --termasuk pendidikan-- telah meregang sampai batas maksimal," kata Hanaa Singer, Wakil UNICEF di Suriah, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. "Kami perlu berbuat jauh lebih banyak lagi guna membantu lembaga pendidikan agar tidak ambruk dan meningkatkan kesempatan buat anak-anak untuk memperoleh akses pendidikan di seluruh negeri itu."

Bangunan sekolah juga terpengaruh oleh konflikt ersebut. Sebanyak 5.000 di antaranya tak bisa digunakan sebab gedung itu telah hancur, diubah jadi tempat penampungan buat keluarga yang kehilangan rumah, atau digunakan sebagai pangkalan buat Angkatan Bersenjata, kata beberapa sumber UNICES.

Seringkali, sekolah dan wilayah sekitarnya tidak aman, berbahaya untuk didatangi anak-anak, dan terancam jadi sasaran serangan secara sengaja.Untuk menjalani ujian mereka pada musim panas lalu, sedikitnya 20 persen anak Suriah dipaksa menyeberangi jalur berbahaya.

UNICEF telah bekerjasama dengan mitra lokal untuk untuk menjangkau sebanyak tiga juta anak, dan telah melaksanakan program pendidikan informal guna mengurangi jumlah anak yang tak bisa bersekolah. Badan PBB tersebut juga mencetak pasokan sekolah dan buku bacaan secara lokal serta membagikannya kepada siswa.

"Bahkan dalam kondisi terburuk, anak-anak Suriah tersu meminta diajarkan dan kembali ke sekolah sebab mereka sangat merindukan masa depan yang lebih baik dan kesempatan untuk bisa berpengaruh," kata Singer. "Kita semua harus menanam modal pada anak-anak Suriah sebab mereka adalah masa depan Suriah dan mereka akan membantu memmabngun kembali negara mereka ketika perdamaian kembali."
 
Dalam "No Lost Generation Initiative", UNICEF memulai program belajar-mandiri untuk menjangkau 500.000 anak yang kehilangan pelajaran selama bertahun-tahun. Satu program belajar percepatan juga ditujukan untuk membantu 200.000 anak mengejar ketinggalan pelajaran mereka dan akhirnya bergabung lagi dalam pendidikan formal.

UNICEF juga memperbaiki sekolah yang rusak dan menciptakan ruang klas rakitan untuk menampung sebanyak 300.000 anak lagi.

UNICEF memerlukan 68 juta dolar AS sampai akhir tahun ini. Sebanyak 12 juta dolar di antaranya sangat diperlukan untuk terus menanggapi kebutuhan pendidikan anak-anak.

Penerjemah: Chaidar.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015