Singapura (Antara/AFP/Antara Megapolitan) - Parlemen Singapura dibubarkan pada Selasa untuk menyiapkan pemilihan umum saat Perdana Menteri Lee Hsien Loong berusaha mendapatkan mandat baru dari pemilih, yang mengkhawatirkan imigrasi dan ketinggian biaya hidup dalam kelambatan perekonomian.

Partai Aksi Rakyat (PAP), yang memerintah lebih dari 50 tahun dengan berbagai macam kendali ketat politik ketat dan kemajuan pesat ekonomi, secara luas diperkirakan tetap menjaga mayoritasnya di parlemen dengan 89 kursi karena oposisi terpecah.

Itu akan menjadi pemilihan umum pertama di Singapura tanpa bapak berpengaruh pemimpin kemerdekaan Singapura Lee Kuan Yew, ayahanda dari Lee Hsien Loong, yang meninggal pada Maret.

Secara hukum, pemilihan umum harus diselenggarakan dalam waktu tiga bulan sejak pembubaran parlemen oleh presiden di negara itu. Tanggal untuk itu akan diumumkan ketika calon mengajukan surat mereka, yang diumumkan terpisah.

Perdana Menteri yang memiliki waktu sampai Januari 2017 untuk menyelenggarakan pemilu, mencari dukungan dalam pidato televisi pada Minggu.

"Pemilihan umum itu akan menjadi penting. Anda akan memutuskan siapa yang mengatur Singapura selama lima tahun ke depan tetapi lebih dari itu, anda akan menetapkan arah untuk Singapura selama lima puluh tahun ke depan, Anda akan menentukan masa depan untuk Singapura," kata Lee.

Singapura merayakan 50 tahun kemerdekaannya pada 9 Agustus lalu dengan parade besar-besaran yang menyoroti pembangunan dan stabilitas ekonomi yang cepat di bawah pemerintahan PAP.

Penerjemah: Ben/B. Soekapdjo.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015