Beirut (Antara/AFP/Antara Megapolitan) - Wabah tifus merebak di kalangan pengungsi Palestina dari kampung Yarmuk di ibukota Suriah, Damaskus, kata badan PBB, Rabu.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan memastikan munculnya wabah itu setelah mendapat akses ke penghuni kampung itu, yang berlindung di kawasan Yalda.

"UNRWA mendapat akses pertama ke warga dari kampung pengungsi Palestina, yang terkepung di Yarmuk, Damaskus, sejak 8 Juni," kata juru bicara UNRWA Chris Gunness dalam pernyataan.

"Kami sekarang bisa memastikan wabah tifus di kalangan penghuni itu, yang dibantu PBB, dengan setidak-tidaknya dipastikan enam penderita," tambah dia.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun, sekitar 21 juta orang terjangkit tifus dan diperkirakan 216 ribu hingga 600 ribu penderita meninggal.

Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dalam makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran atau kencing dari mereka yang terinfeksi.

UNRWA mengatakan kunjungan ke Yalda merupakan yang pertama kali dilakukan sejak akses ke warga sipil ditangguhkan pada 8 Juni, bagi kawasan penampung warga Yarmuk.

Badan PBB itu tidak mendapatkan akses ke Yarmuk sejak Maret.

Yarmuk sebelumnya merupakan kawasan berkembang di Damaskus, yang merupakan tempat tinggal pengungsi Palestina maupun warga Suriah.

Namun, setelah pertempuran meletus di kamp itu, pemerintah pada 2013 memberlakukan blokade dan populasi kawasan itu menciut dari 160 ribu menjadi hanya 18 ribu orang.

Pengepungan memicu bencana kemanusiaan, dan warga meninggal karena kekurangan makanan layanan kesehatan.

Keadaan di Yarmuk dalam beberapa bulan belakangan memburuk, dengan pegaris keras Negara Islam masuk pada April sehingga memicu bentrokan sengit.

Ribuan warga berhasil meninggalkan kampung itu, namun menurut kelompok Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah maupun warga Yarmuk, lebih dari 14 ribu orang masih tinggal di dalamnya.

Terlepas dari masalah itu, PBB sudah menyingkirkan Yarmuk dari daftar kawasan terkepung di Suriah, sehingga jumlah warga Suriah yang terkepung berkurang 18 ribu dalam laporannya pada 22 Mei.

Gunness menegaskan kembali seruan UNRWA untuk mendapatkan akses kemanusiaan ke kamp Yarmuk.

"Tidak pernah terjadi keharusan bagi berlanjutnya akses kemanusiaan lebih besar dari ini," katanya, "Prioritas UNRWA masih tetap pada pengiriman bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di dalam Yarmuk sendiri."

Penerjemah: S. Haryati/B. Soekapdjo.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015