Bekasi, (Antara Megapolitan) - Kementerian Ketenagakerjaan memberikan pelatihan hubungan industrial bagi dunia pendidikan yang diikuti 400 peserta dari kalangan akademisi di Provinsi Jawa Barat menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
"Pelatihan ini untuk memberikan pemahaman tentang hubungan industrial secara dini kepada para peserta sebelum mereka memasuki dunia kerja," kata Direktur Jenderal PHI dan Jamsos Haiyani Rumondang di Bekasi, Kamis.
Menurutnya, saat ini daya saing bangsa Indonesia masih tertinggal di antara negara maju ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Namun dari aspek demografi, kata dia, Indonesia menjadi negara keempat penduduk terbanyak dengan sumber daya alam yang melimpah dan belum tereksplorasi.
Menurut dia, aspek demografi tersebut akan membuat persaingan MEA di Indonesia pada penghujung 2016 semakin ketat.
"Kondisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing yang melihat Indonesia sebagai pasar ekonomi yang menjanjikan sehingga mengundang tenaga kerja asing dan profesional di kawasan ASEAN untuk bekerja di Indonesia," katanya.
Dikatakan Haiyani, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal yang handal dalam memahami prinsip hubungan industrial dalam menghadapi MEA.
Untuk itu, pihaknya secara bertahap memberikan pelatihan terhadap kalangan akademisi untuk mempersiapkan mereka menghadapi MEA.
Pelatihan kali ini berlangsung di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Cevest di Jalan Guntur nomor 1 Kota Bekasi yang diikuti 400 peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, instruktur dan pencari kerja di Provinsi Jawa Barat.
Dikatakan Haiyani, para peserta diberikan pemahaman terkait dengan perkembangan kebebasan berserikat di Indonesia dalam rangka memperkuat proses demokratisasi di tempat kerja.
"Kebebasan berserikat itu akan meningkatkan penghormatan atas hak azasi manusia bagi para pekerja," katanya.
Dia berharap kebebasan berserikat menjadi mekanisme preventif maupun proteksi bagi tenaga kerja Indonesia dari perlakuan yang merendahkan mertabatnya serta pelanggaran hak azasi.
"Saya berharap dengan pelatihan ini para lulusan dunia pendidikan memahami peran, hak dan kewajiban dalam hubungan industrial," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta kegiatan tersebut, Ibrahim Hasan, mengaku tertarik mendapatkan pelatihan PHI dalam rangka pembinaan karakter serta perilaku kerja yang disiplin.
"Saya tertarik dengan pelatihan ini untuk membentuk karakter kerja yang profesional dan disiplin saat saya bekerja nanti," katanya.
Menurut mahasiswa Universitas Negeri Jakarta itu, pelatihan PHI tidak diberikan di kampusnya, hanya sekedar teori.
"Namun di Cevest, pelatihan PHI diberikan tidak hanya dalam bentuk teori, tapi juga praktik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Pelatihan ini untuk memberikan pemahaman tentang hubungan industrial secara dini kepada para peserta sebelum mereka memasuki dunia kerja," kata Direktur Jenderal PHI dan Jamsos Haiyani Rumondang di Bekasi, Kamis.
Menurutnya, saat ini daya saing bangsa Indonesia masih tertinggal di antara negara maju ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Namun dari aspek demografi, kata dia, Indonesia menjadi negara keempat penduduk terbanyak dengan sumber daya alam yang melimpah dan belum tereksplorasi.
Menurut dia, aspek demografi tersebut akan membuat persaingan MEA di Indonesia pada penghujung 2016 semakin ketat.
"Kondisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing yang melihat Indonesia sebagai pasar ekonomi yang menjanjikan sehingga mengundang tenaga kerja asing dan profesional di kawasan ASEAN untuk bekerja di Indonesia," katanya.
Dikatakan Haiyani, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal yang handal dalam memahami prinsip hubungan industrial dalam menghadapi MEA.
Untuk itu, pihaknya secara bertahap memberikan pelatihan terhadap kalangan akademisi untuk mempersiapkan mereka menghadapi MEA.
Pelatihan kali ini berlangsung di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Cevest di Jalan Guntur nomor 1 Kota Bekasi yang diikuti 400 peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, instruktur dan pencari kerja di Provinsi Jawa Barat.
Dikatakan Haiyani, para peserta diberikan pemahaman terkait dengan perkembangan kebebasan berserikat di Indonesia dalam rangka memperkuat proses demokratisasi di tempat kerja.
"Kebebasan berserikat itu akan meningkatkan penghormatan atas hak azasi manusia bagi para pekerja," katanya.
Dia berharap kebebasan berserikat menjadi mekanisme preventif maupun proteksi bagi tenaga kerja Indonesia dari perlakuan yang merendahkan mertabatnya serta pelanggaran hak azasi.
"Saya berharap dengan pelatihan ini para lulusan dunia pendidikan memahami peran, hak dan kewajiban dalam hubungan industrial," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta kegiatan tersebut, Ibrahim Hasan, mengaku tertarik mendapatkan pelatihan PHI dalam rangka pembinaan karakter serta perilaku kerja yang disiplin.
"Saya tertarik dengan pelatihan ini untuk membentuk karakter kerja yang profesional dan disiplin saat saya bekerja nanti," katanya.
Menurut mahasiswa Universitas Negeri Jakarta itu, pelatihan PHI tidak diberikan di kampusnya, hanya sekedar teori.
"Namun di Cevest, pelatihan PHI diberikan tidak hanya dalam bentuk teori, tapi juga praktik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015