Beijing (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Seorang ibu yang meninggal akibat sengatan udara panas setelah ia secara teguh mengikuti tradisi di Tiongkok mengenai "pengungkupan setelah melahirkan" memicu perdebatan panas mengenai apakah tradisi mesti ditinggalkan.

Ibu itu jadi sakit parah setelah dibungkus selimut tebal tebal sementara penyejuk udara dimatikan setelah ia melahirkan. Ia meninggal setelah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Kabupaten Shanghai Fengxian, kata seorang staf kamar gawat darurat di rumah sakit tersebut, Jumat (7/8).

Media setempat Thepaper melaporkan tragedi serupa beberapa bulan lalu. Saat itu, seorang perempuan yang baru menjadi ibu dan menolak untuk dipindahkan selama masa "zuoyuezi-nya" meninggal akibat pembekuan darah pada arteri paru-paru.

"Zuoyuezi", yang secara harfiah berarti "duduk sebulan", adalah praktek di Tiongkok yang mendorong seorang ibu baru agar istirahat di rumahnya selama satu bulan setelah ia melahirkan. Selama itu, ia akan dirawat secara khusus.

Ibu tersebut mesti mengikuti instruksi mulai dari menghindari membuka jendela, makan makanan dingin sampai mencuci rambut. Mereka disarankan agar tidak meninggalkan ranjang mereka, tergantung atas seberapa ketat seseorang mematuhi tradisi itu.

Orang Tionghoa percaya pemulihan pasca-melahirkan sangat penting untuk memelihara kesehatan jangka panjang. Dan kasus tragis paling akhir tersebut telah bersumber dari konsep rakyat mengenai menjaga "keseimbangan hawa panas dan dingin", kata Wang Xiaoli, Profesor dari School of Public Health, Peking University.

"Seorang perempuan yang melahirkan anak akan mengeluarkan sangat banyak darah, sesuatu yang dipandang 'panas'. Secara tradisional dipercaya bahwa mereka mesti diberi makan sesuatu yang panas, seperti sop, setelah melahirkan. Mereka juga didorong untuk memakai pakaian lebih banyak daripada biasa dan menghindari angin," kata wanita Profesor itu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.

Namun, menurut Zhang Yun, Kepala Perawat Rumah Sakit Kebidanan dan Kandungan di Fudan University di Shanghai, jika terlalu banyak panas tersimpan di dalam tubuh ibu baru tersebut untuk waktu yang terlalu lama, itu bisa mengakibatkan gangguan peredaran darah, atau bahkan merusak sistem syaraf.

Kasus tersebut memicu perdebatan di kalangan rakyat Tionghoa di Internet. Sebagin besar berpendapat kebiasaan kuno itu mesti ditinggalkan.

Banyak orang percaya tragedi tersebut adalah kasus ekstrem. Tradisi itu masuk akal buat orang Tionghoa karena kondisi fisik yang berbeda antara rakyat Tiongkok Timur dan Barat.

Baru tiga bulan lalu, rakyat Tiongkok dibuat tercengang oleh fakta bahwa, cuma beberapa jam setelah melahirkan seorang bayi perempuan, Kate Middleton --Duchess of Cambridge-- tampil di luar rumah sakit.

Wang Xiaoli melakukan survei atas lebih dari 20.000 ibu  baru di 105 kabupaten di Tiongkok 10 tahun lalu. Ia mendapati bahwa sebanyak 71,9 persen ibu baru tersebut tidak mencuci rambut mereka dan 37,2 persen tidak membuka jendela rumah mereka selama satu bulan pasca-melahirkan.

Tradisi itu tak banyak beruh, bahkan di kota besar. Itu adalah akibat pengaruh dari generasi tua, kata Wang. Banyak orang tua di Tiongkok menuding kenyataan bahwa mereka tidak mendapat waktu istirahat yang cukup selama satu bulan pasca-melahirkan sebagai penyebab gangguan kesehatan yang mereka alami saat ini, seperti migrain, nyeri punggung atau radang sendi.

Sebagian tradisi tersebut mungkin bermanfaat buat ibu baru, tapi sebagian lagi tidak, kata Wang. "Menjaga tubuh tetap hangat sekalipun udara sangat panas adalah tindakan yang berlebihan, dan kebiasaan tidak sehat membuat mereka jadi sangat rentan terhadap infeksi."

Penerjemah: Chaidar.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015