Susan Antela, guru SMAN 1 Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang mengalami kebutaan dan lumpuh setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19 tahap II dipastikan penyakit yang dialaminya tersebut bukan disebabkan oleh vaksinasi dan hingga kini kesehatannya sudah membaik.

Informasi yang dihimpun dari Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Jabar kebutaan dan kelumpuhan yang dialami wanita warga Kampung Pasirtalaga, RT 03/ 06 , Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi karena menderita Guillain Barre Syndrome (GBS).

"Alhamdulillah kondisi kesehatan Susan saat ini sudah jauh membaik meskipun belum sepenuhnya normal dan untuk pengobatannya dengan rawat jalan ke RSUD Palabubanratu, Kabupaten Sukabumi," kata paman Susan, Opi kepada wartawan di Sukabumi, Selasa.

Baca juga: Dinkes: Kebutaan dan kelumpuhan guru SMAN 1 Cisolok belum dipastikan akibat vaksinasi

Menurutnya, pihak Komda KIPI Jabar pun sudah memfasilitasi pemulihan Susan yang berkoordinasi dengan pihak RSUD Palabuhanratu untuk melakukan Fisioterapi. Selain itu, wanita berusia 31 tahun ini juga disediakan dokter spesialis syaraf.

Diharapkan untuk pemulihan Susan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah hingga benar-benar sembuh dari sakitnya, selain itu guru SMAN ini pun sudah mulai bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang sebelumnya mengalami kelumpuhan seperti kaki dan tangannya.

"Namun untuk mata masih buram, tapi kondisinya terus membaik dan kami berharap Susan bisa kembali normal. Kemungkinan untuk pemulihan matanya harus dirujuk ke rumah sakit, sementara tangan dan kakinya sudah bisa digerakkan," tambahnya.

Baca juga: Pemkot Sukabumi prioritaskan jurnalis dapatkan vaksin COVID-19

Sementara, Ketua Komda KIPI Jabar Kusnadi Rusmil memastikan bahwa kelumpuhan dan kebutaan yang dialami Susan bukan disebabkan oleh vaksinasi, tetapi dari hasil analisa tim, hilangnya fungsi anggota tubuh guru ini dikarenakan GBS.

Seperti hasil analisa yang dilakukan Komnas KIPI, keluhan kedua mata buram dan kelemahan anggota gerak dialami Susan setelah 12 jam menjalani vaksinasi. Selain itu, dari hasil Computerized tomography (CT) scan toraks dan pemeriksaan darah oleh dokter spesialis saraf mengarah ke GBS.

"Sampai saat ini belum ada bukti antara kelumpuhan dan kebutaan Susan terkait dengan vaksinasi, tapi setelah menjalani terapi kondisinya terus membaik dan bersangkutan sudah bisa menggerakkan tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya serta penglihatannya pun sudah berangsur berfungsi walaupun masih buram," tambahnya.

Baca juga: Ribuan nakes Kota Sukabumi siap jalani vaksinasi COVID-19 gelombang pertama

Ia menambahkan kasus GBS yang dialami Susan terjadi kebetulan setelah menjalani vaksinasi COVID-19, bahkan dua minggu sebelum menjalani vaksinasi sudah ada masalah infeksi, sehingga pascapenyuntikan kebetulan Susan mengalami GBS.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021