Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah mengimbau masyarakat tidak bingung dalam menghadapi perbedaan jadwal imsakiyah pada bulan Ramadhan mendatang mengingat "ikhtilaf" atau perbedaan pendapat dalam fiqh merupakan hal yang wajar.
"Oleh karena itu, kami mengimbau umat Islam harus cerdas dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut, khususnya perbedaan waktu imsak Ramadhan 1442 H/2021 M," kata Ketua MUI Jawa Tengah Abu Rochmad di Semarang, Sabtu.
Selain itu, pihaknya berharap umat Islam lebih bijaksana bila mengikuti jadwal imsakiyah Ramadhan 1442 H/2021 M dengan lebih berhati-hati dalam ijtihadnya, yaitu jadwal imsakiyah yang dikeluarkan Kementerian Agama.
Baca juga: MUI Kabupaten Bogor buka pendaftaran pendidikan kader ulama angkatan ke-15
"Kami juga mengimbau umat Islam untuk tidak bingung dan resah serta tetap menjaga kesejukan dan ukhuwah Islamiyah dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun 2021 M," katanya.
Ia mengatakan mengenai imsakiyah tersebut ada perbedaan antara jadwal yang diterbitkan oleh Kementerian Agama dan PBNU dengan jadwal imsakiyah yang dikeluarkan PP Muhammadiyah.
"Umat tidak perlu bingung ataupun ragu terhadap adanya dua imsak, yaitu imsaknya NU dan imsaknya Muhammadiyah. Orang NU akan berimsak 8 menit lebih awal daripada imsaknya warga Muhammadiyah," katanya.
Baca juga: MUI keluarkan fatwa bahwa vaksinasi tak membatalkan puasa
Ia mengatakan dua jadwal imsakiyah yang berbeda ini merupakan implikasi dari keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang mengoreksi jadwal shalat subuh lebih lambat 8 menit dari shalat subuh biasanya.
Menurut dia, kajian hisab PP Muhammadiyah menunjukkan bahwa tinggi matahari -18 derajat, sedangkan kajian Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama dan Lajnah Falakiyyah PBNU menunjukkan tinggi matahari -20 derajat.
"Penanda waktu imsak, baik berupa sirine maupun suara bilal, dari masjid-masjid sekitar berpotensi membuat umat Islam sedikit ragu-ragu. Sebab, sementara masjid sebelah akan mengumandangkan adzan subuh, sedang masjid lainnya baru membunyikan sirine imsak. Dengan kata lain, sebagian umat Islam sudah masuk waktu imsak, umat yang lain masih menikmati makan sahur," katanya.
Baca juga: KH Miftachul Akhyar jadi ketua umum MUI periode 2020-2025
Sementara itu, menyikapi kondisi tersebut pihaknya mengeluarkan Tausiyah Nomor 01/DP-P.XIII/T/IV/2021 tentang Kehati-hatian dalam Berimsak Ramadhan 1442 H.
"Tujuannya agar masyarakat tidak bingung menyikapi perbedaan tersebut. Tausiyah ini ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji dan Drs KH Muhyidin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Oleh karena itu, kami mengimbau umat Islam harus cerdas dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut, khususnya perbedaan waktu imsak Ramadhan 1442 H/2021 M," kata Ketua MUI Jawa Tengah Abu Rochmad di Semarang, Sabtu.
Selain itu, pihaknya berharap umat Islam lebih bijaksana bila mengikuti jadwal imsakiyah Ramadhan 1442 H/2021 M dengan lebih berhati-hati dalam ijtihadnya, yaitu jadwal imsakiyah yang dikeluarkan Kementerian Agama.
Baca juga: MUI Kabupaten Bogor buka pendaftaran pendidikan kader ulama angkatan ke-15
"Kami juga mengimbau umat Islam untuk tidak bingung dan resah serta tetap menjaga kesejukan dan ukhuwah Islamiyah dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun 2021 M," katanya.
Ia mengatakan mengenai imsakiyah tersebut ada perbedaan antara jadwal yang diterbitkan oleh Kementerian Agama dan PBNU dengan jadwal imsakiyah yang dikeluarkan PP Muhammadiyah.
"Umat tidak perlu bingung ataupun ragu terhadap adanya dua imsak, yaitu imsaknya NU dan imsaknya Muhammadiyah. Orang NU akan berimsak 8 menit lebih awal daripada imsaknya warga Muhammadiyah," katanya.
Baca juga: MUI keluarkan fatwa bahwa vaksinasi tak membatalkan puasa
Ia mengatakan dua jadwal imsakiyah yang berbeda ini merupakan implikasi dari keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang mengoreksi jadwal shalat subuh lebih lambat 8 menit dari shalat subuh biasanya.
Menurut dia, kajian hisab PP Muhammadiyah menunjukkan bahwa tinggi matahari -18 derajat, sedangkan kajian Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama dan Lajnah Falakiyyah PBNU menunjukkan tinggi matahari -20 derajat.
"Penanda waktu imsak, baik berupa sirine maupun suara bilal, dari masjid-masjid sekitar berpotensi membuat umat Islam sedikit ragu-ragu. Sebab, sementara masjid sebelah akan mengumandangkan adzan subuh, sedang masjid lainnya baru membunyikan sirine imsak. Dengan kata lain, sebagian umat Islam sudah masuk waktu imsak, umat yang lain masih menikmati makan sahur," katanya.
Baca juga: KH Miftachul Akhyar jadi ketua umum MUI periode 2020-2025
Sementara itu, menyikapi kondisi tersebut pihaknya mengeluarkan Tausiyah Nomor 01/DP-P.XIII/T/IV/2021 tentang Kehati-hatian dalam Berimsak Ramadhan 1442 H.
"Tujuannya agar masyarakat tidak bingung menyikapi perbedaan tersebut. Tausiyah ini ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji dan Drs KH Muhyidin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021