Jakarta (Antara Megapolitan) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa stok kebutuhan bahan pangan selama bulan Ramadan 1436 Hijriah sudah dipastikan aman.

"Kami koordinasikan dengan kepala pasar, stok cabai sampai 140 hingga 150 ton per hari, bawang merah 80 hingga 90 ton per hari," kata Menteri Andi usai melakukan sidak di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, untuk stok beras di Pasar Induk Cipinang bahkan mencapai 3.500 ton per hari, sedangkan ketersediaan stok biasanya hanya sekitar 2.500 ton, ujarnya.

Sebelum melakukan sidak di Pasar Kramat Jati tersebut, Menteri Amran juga melakukan tindakan serupa di sejumlah pasar di wilayah Indonesia Timur dan menemukan fakta bahwa harga bahan pangan relatif stabil menjelang bulan Ramadhan.

"Di Pasar Terong (Makassar), Kemudian di Jeneponto (Sulawesi Selatan), lalu Sulawesi Utara, terakhir kami cek di sini, alhamdulillah harga stabil. Sampai saat ini pasokan juga cukup menjelang puasa," ujarnya menjelaskan.

Pada kegiatan tersebut, Mentan menjelaskan bahwa tujuan sidak di sejumlah pasar ialah untuk memeriksa stok sejumlah komoditas bahan pangan seperti beras, bawang merah, dan cabai.

Dari hasil pemantauan diketahui harga rata-rata bawang merah sekitar Rp28.667 per kilogram, bawang putih Rp16.300 per kilogram, cabai rawit merah Rp16.167 per kilogram, cabai rawit hijau Rp13.333 per kilogram.

Selanjutnya, cabai merah besar Rp20.667 per kilogram, cabai merah keriting Rp18.833 per kilogram, kembang kol Rp13.000 per kilogram.

"Untuk beras juga aman. Kami sudah cek di pasar tradisional harganya sekitar tujuh hingga delapan ribu rupiah per kilogram. Untuk harga sejumlah komoditas ini stabil, masih bagus." tuturnya.

Sementara itu, pengelola Pasar Induk Kramat Jati memperkirakan harga bahan makanan cenderung stabil saat bulan Ramadan karena bertepatan dengan masa panen raya sejumlah komoditas pangan utama.

"Kelihatannya tidak ada lonjakan harga karena dari daerah sentra produksi, baik cabai dan bawang merah, mendekati panen," kata Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Induk Kramat Jati Sugiono di Jakarta.

Terkait dengan kenaikan harga bawang merah yang terjadi empat minggu lalu, ia menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi akibat ada tiga atau empat desa di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang mengalami gagal panen.

"Itu naik karena ada tiga hingga empat desa yang terserang hama ulat, jadi gagal panen. Mereka panen lebih cepat. Harganya beda, antara yang dipanen cepat dan sesuai waktu, ada perbedaan tonase karena lebih susut," tuturnya.

Akan tetapi, berkat adanya tambahan pasokan bawang merah dari Provinsi Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap kondisi harga komoditas tersebut di pasar, jelasnya.

Saat ini harga bawang merah mengalami penurunan harga hingga 6,67 persen atau menjadi Rp28.667 per kilogram, sedangkan pada pekan ke-4 bulan Mei mencapai Rp30.714 per kilogram.

"Harganya turun karena sekarang di Brebes sedang masa panen, ditambah ada pasokan bawang merah dari Jawa Barat dengan jumlah cukup banyak," ujarnya usai mendampingi Menteri Pertanian melakukan inspeksi di Pasar Induk Kramat Jati.

Sedangkan untuk harga cabai cenderung mengalami kenaikan bervariatif sekitar 15 hingga 48 persen, kecuali cabai merah besar yang mengalami penurunan harga sekitar enam persen.

Harga cabai merah keriting mengalami pelonjakan yang paling tinggi sekitar 48 persen atau menjadi Rp18.800 per kilogram di pekan pertama bulan Juni, sedangkan pada pekan ke-4 bulan Mei hanya Rp12.700 per kilogram.

Untuk harga cabai rawit merah di pekan pertama Juni naik 15 persen menjadi Rp16.100 per kilogram, yang sebelumnya (pekan ke-4 Mei) sekitar Rp14.000 per kilogram.

Pada rentang waktu yang sama, harga cabai rawit hijau naik 18,75 persen menjadi Rp13.300 per kilogram, sedangkan sebelumnya Rp11.200 per kilogram.

"Harga cabai naik karena ada permintaan ke Sumatera. Karena ada erupsi Gunung Sinabung, mereka tidak bisa panen, tidak bisa memenuhi kebutuhan Sumatera. Akhirnya memasok dari Jawa," tuturnya menjelaskan.

 
Buruknya Tata Niaga

Terkait dengan lonjakan harga sejumlah komoditas pangan saat ini, Menteri Amran menilai hal tersebut kerap terjadi akibat tata niaga yang buruk.

"Akar masalahnya ialah rantai pasokan, distribusinya, tata niaganya yang harus kita perbaiki. Kami sudah koordinasi dengan para pedagang dan Bulog," katanya.

Selain itu, rantai pasokan bahan pangan dari tingkat petani hingga konsumen pun dinilai terlalu panjang sehingga berakibat pada melonjaknya harga komoditas pangan.

"Selama ini persoalan pertanian kita adalah distribusi, terlalu panjang rantai pasokannya. Sehingga terkadang harga tidak dinikmati oleh petani," tuturnya.

Ia menjelaskan perlunya sebuah inovasi pemasaran untuk menghentikan kenaikan harga yang terjadi setiap tahun tersebut.

Salah satu inovasinya ialah dengan menggelar pasar murah dan melakukan koordinasi dengan sejumlah instansi terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Bulog, dan Kepolisian.

Bersama dengan Bulog, tuturnya, mereka akan mendatangi langsung para petani untuk membeli komoditas bahan pangan, sehingga memutus rantai distribusi yang terlalu panjang.

"Dari petani hingga ke konsumen, itu melalui beberapa pedagang dan pengepul. Komponen biaya melonjak dari situ, akan lebih baik kalau kita potong komponen biaya itu," ujarnya.

Kemudian, pihaknya juga meminta agar dibuka jalur distribusi perintis untuk menyalurkan komoditas utama bahan pangan ke sejumlah daerah, dengan cara memberikan prioritas penyaluran dan tidak perlu mengantri di pelabuhan.

"Koordinasinya adalah kepada angkutan perintis yang mengangkut bahan pokok utama, seperti cabai, bawang, gula, beras. Ini harus diprioritaskan, itu lah strateginya," tutur Menteri Andi menjelaskan.

Untuk pasar murah, ia menjelaskan bahwa kegiatan tersebut akan digelar di wilayah yang terindikasi mengalami kenaikan harga komoditas bahan pangan, sekaligus melakukan pemantauan harga.

"Pertama kita pantau, tiap hari. Bila perlu dua kali sehari, pagi dan sore harus dipantau harga bahan pangan di seluruh Indonesia," tukasnya menambahkan.

Kenyatanya, fluktuasi harga bahan pangan yang membawa efek buruk bagi ekonomi konsumen tidak hanya kerap terjadi menjelang bulan Ramadhan, namun juga sepanjang tahun.

Pasar murah

Untuk menyiasatinya, Kementerian Pertanian akan membangun sejumlah pasar murah untuk mengatasi gejolak harga komoditas pangan yang kerap terjadi di tingkat pedagang.

"Ke depan, kita bekerja sama dengan Bulog, Kementerian Koperasi, dan Kementerian Perdagangan akan membangun pasar murah di setiap titik yang harganya selalu bergejolak," ujar Mentan.

Dari rencana yang disebutkan itu, ia memaparkan untuk pengadaan lokasi atau lahan ialah peran Kementerian Koperasi dan UKM, penyiapan komoditas oleh Kementerian Pertanian, dan pembelian komoditas akan dilakukan oleh Bulog.

Saat ditemui usai rapat koordinasi (rakor) serapan gabah dan padi di Kantor Kementan, ia menjelaskan pasar murah tersebut akan dibangun di dalam pasar reguler dan akan tersebar di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, pasar murah tersebut akan mendatangkan suplai bahan pangan langsung dari Perum Bulog, sehingga ia menjamin harga jual yang akan diperoleh oleh masyarakat akan lebih murah dibanding harga pasar.

"Ketika harga bahan pangan tinggi, kami operasikan pasar murah. Ini permanen ada di pasar-pasar, jika harga sudah membaik kami kurangi pasokannya," ujarnya.

Menurut Amran, rencana pembangunan pasar murah tersebut akan lebih efektif daripada hanya mengandalkan operasi pasar (OP) dalam menghadapi kenaikan harga suatu komoditas pangan.

"Melihat pengalaman di dua minggu belakangan, ini lebih efektif dari OP. Jangan tiap naik harga baru lakukan OP, jangan bekerja seperti pemadam kebakaran," tuturnya.

Sedangkan untuk pelaksanaan OP, Kementerian Pertanian dan Perum Bulog akan menggelarnya di 12 pasar ritel di Jakarta dan sekitarnya.

"Pada tahap pertama OP di Kramat Jati, Jatinegara, Klender, Rawasari, Cikini, Palmerah, Pasar Minggu, Kebayoran Lama, Kampung Bahari, Kalibaru, Grogol, dan Depok," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono di Jakarta.

Ketika ditemui dalam inspeksi mendadak di Pasar Induk Kramat Jati selasa lalu, ia menjelaskan bahwa pemilihan lokasi tersebut dikhususkan pada pasar yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga secara signifikan hingga usai Lebaran.

Apabila harga komoditas pangan di lokasi-lokasi tersebut telah menurun atau atau sesuai dengan daya beli masyarakat, maka OP tersebut akan ditarik, ujarnya.

"Pasar-pasar besar ini kan episentrumnya, jadi harganya tidak sampai ke tingkat rumah tangga. Makanya kita adakan OP agar bisa mengendalikan harga di tingkat atas," tuturnya, menjelaskan.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015