Bogor, (Antara Megapolitan) - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan Perikanan, Slamet Soebjakto mengatakan sektor budidaya sangat potensial dalam mendukung program Indonesia sebagai poros maritim dunia.

"Budidaya memiliki peranan penting dalam poros maritim, terutama dalam budidaya laut," katanya saat ditemui usai menghadiri Temu Koordinasi Pengembangan Usaha Mina Mandiri (PUMM) 2015, di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Ia mengatakan, upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dengan mengoptimalkan lahan-lahan laut yang dimiliki untuk pengembangan budidaya laut (marine culture-red), seperti rumput laut, kerang, pemeliharaan ikan laut, seperti kerapu, bintal dan ikan lainnya.

"Kita hanya butuh memanfaatkan 2,5 persen laut untuk mengembangkan budidaya laut, ini sudah sangat potensial sekali," kata dia.

Lebih lanjut Slamet mengatakan, yang sudah dilakukan DJPB dalam mendorong Indonesia sebagai poros maritim dunia dari sektor budidaya adalah pihaknya mendorong budidaya ikan-ikan yang memiliki prospek pasar yang bagus, dan tidak terlalu banyak menggunakan pakan.

"Kita belum melakukan pemanfaatan zonasi," kata dia.

Menurutnya, potensi sektor budidaya tidak hanya budidaya laut di permukaan saja, tetapi juga dilaut dalam (deep sea water) yang belum dimanfaatkan budidayanya.

"Zona farming juga sangat menjanjikan untuk dikembangkan," katanya.

Ia mengatakan, daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk budidaya mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah kawasan Timur, seperti Marauke, Ambon, Laut Banda, NTT, NTB, Sulawesi, Kalimantan Timur dan banyak potensi di daerah yang lautnya masih sangat "virgin" belum berpolusi.

Dikatakannya, Dirjen Perikanan Budidaya telah melakukan berbagai kesiapan untuk mewujudkan program pemerintah tersebut diantaranya dengan memberikan bantuan sarana produksi, seperti keramba jaring apung, bantuan bibit ikan laut, percontohan budidaya kerang, dan seluruhnya sudah mulai dijalankan di beberapa tempat.

"Kami (DJPB-red) memiliki program unggulan dengan menjadikan provisi keunggulan budidaya lautnya, seperti NTT menjadi provinsi dengan potensi budidaya laut, dan Kepulauan Riau sebagai provinsi marine culturenya. Wilayah ini 96 persen dikelola untuk budidaya laut," katanya.

Program ini lanjut dia, sudah dimulai, dan diharapkan dapat dukungan dari pemerintah daerah karena terbatasnya anggaran dari Pemerintah Pusat. Namun dengan bantuan yang diberikan dapat memancing turunnya APBD.

Ia menambahkan, sektor budidaya juga bisa disandingkan dengan pariwisata karena sejatinya filosofi budidaya tidak mencemari lingkungan dan pariwisata senang dengan keindahan serta kebersihan.

"Kita akan kerja sama dengan Dirjen KP3K (Kelautan Perikanan dan Pulau-pulau kecil) untuk pemanfaatan zonasi marine culture. Mereka akan menyiapkan kawasannya dan kita manfaatkan untuk budidaya serta pariwisata," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015