Masa operasi Palang Merah Indonesia (PMI) untuk memberikan bantuan dan pelayanan bagi korban bencana gempa bumi di Sulawesi Barat baik di daerah Kabupaten Mamuju maupun Majene berlanjut hingga Mei 2021.
"Meskipun masa tanggap darurat bencana (TDB) gempa sudah dicabut, tetapi operasi PMI masih terus berlanjut hingga Mei. Sehingga, penyintas atau korban terdampak yang saat ini mengungsi tidak perlu khawatir karena PMI masih ada di sini untuk memberikan berbagai bantuan dan pelayanan," kata Ketua PMI Provinsi Sulbar Enny Anggraeny Anwar saat meninjau camp pengungsian terpadu PMI di Desa Botteng, Kecamatan Simbororo, Kabupaten Mamuju, Kamis.
Baca juga: Pengungsi di Petekeang Sulbar mulai terserang flu dan diare
Menurut dia operasi kemanusiaan yang dilakukan PMI dengan dukungan berbagai pihak khususnya Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) akan terus menyalurkan berbagai bantuan yang dibutuhkan oleh para pengungsi.
Bahkan berbeda dengan yang lainnya, bantuan yang disalurkan PMI tidak hanya sebatas kebutuhan pokok masyarakat seperti sembako saja, tetapi ada berbagai jenis bantuan seperti paket family kit atau perlengkapan rumah rumah tangga, baby kit hingga hygiene kit.
Seperti yang didistribusikan pada Kamis, (11/2) ini, PMI menyalurkan paket bantuan berupaya family, baby dan hygiene kit untuk ratusan kepala keluarga yang terdampak bencana di Desa Botteng. Ini sebagai bentuk kepedulian PMI yang akan terus hadir di tengah para penyintas untuk meringankan penderitaannya.
Baca juga: PMI gelar pengobatan gratis dan pemberian vitamin di pengungsian
Tidak hanya bantuan, saat ini tim PMI masih terus memberikan berbagai pelayanan seperti layanan kesehatan, program dukungan psikososial, penyaluran air bersih, hingga pelayanan pemulihan hubungan keluarga, Selain itu, warga atau penyintas yang membutuhkan sesuatu dari PMI bisa langsung menghubungi di nomor hotline informasi gempa Sulbar PMI di nomor 0853-1545-9537.
"Masih banyak bantuan yang akan diberikan PMI untuk warga yang terdampak bencana gempa bumi ini, maka dari itu masyarakat diimbau untuk tetap bersabar karena PMI masih ada dan jangan sungkan untuk menghubungi relawan kami jika membutuhkan sesuatu," tambahnya.
Enny yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Sulbar mengatakan ke depannya PMI bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan bantuan perbaikan rumah, namun pihaknya mengimbau kepada warga yang terdampak untuk jujur saat dilakukan pendataan oleh petugas.
Baca juga: PMI edukasi pengungsi gempa Sulbar pentingnya penerapan prokes
Di sisi lain, ia mengimbau kepada penyintas, meskipun saat ini kondisinya masih memprihatinkan dan tinggal di tenda pengungsian dengan aktivitas yang terbatas, tetapi pengungsi harus tetap menjaga kebersihan dan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 seperti selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun secara rutin dan selalu menjaga jarak.
"Jangan sampai selamat dari bencana gempa bumi, tetapi menjadi korban penyebaran COVID-19. Apalagi seperti diketahui, pengungsian merupakan lokasi yang paling sangat rawan terhadap penyebaran virus mematikan ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Meskipun masa tanggap darurat bencana (TDB) gempa sudah dicabut, tetapi operasi PMI masih terus berlanjut hingga Mei. Sehingga, penyintas atau korban terdampak yang saat ini mengungsi tidak perlu khawatir karena PMI masih ada di sini untuk memberikan berbagai bantuan dan pelayanan," kata Ketua PMI Provinsi Sulbar Enny Anggraeny Anwar saat meninjau camp pengungsian terpadu PMI di Desa Botteng, Kecamatan Simbororo, Kabupaten Mamuju, Kamis.
Baca juga: Pengungsi di Petekeang Sulbar mulai terserang flu dan diare
Menurut dia operasi kemanusiaan yang dilakukan PMI dengan dukungan berbagai pihak khususnya Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) akan terus menyalurkan berbagai bantuan yang dibutuhkan oleh para pengungsi.
Bahkan berbeda dengan yang lainnya, bantuan yang disalurkan PMI tidak hanya sebatas kebutuhan pokok masyarakat seperti sembako saja, tetapi ada berbagai jenis bantuan seperti paket family kit atau perlengkapan rumah rumah tangga, baby kit hingga hygiene kit.
Seperti yang didistribusikan pada Kamis, (11/2) ini, PMI menyalurkan paket bantuan berupaya family, baby dan hygiene kit untuk ratusan kepala keluarga yang terdampak bencana di Desa Botteng. Ini sebagai bentuk kepedulian PMI yang akan terus hadir di tengah para penyintas untuk meringankan penderitaannya.
Baca juga: PMI gelar pengobatan gratis dan pemberian vitamin di pengungsian
Tidak hanya bantuan, saat ini tim PMI masih terus memberikan berbagai pelayanan seperti layanan kesehatan, program dukungan psikososial, penyaluran air bersih, hingga pelayanan pemulihan hubungan keluarga, Selain itu, warga atau penyintas yang membutuhkan sesuatu dari PMI bisa langsung menghubungi di nomor hotline informasi gempa Sulbar PMI di nomor 0853-1545-9537.
"Masih banyak bantuan yang akan diberikan PMI untuk warga yang terdampak bencana gempa bumi ini, maka dari itu masyarakat diimbau untuk tetap bersabar karena PMI masih ada dan jangan sungkan untuk menghubungi relawan kami jika membutuhkan sesuatu," tambahnya.
Enny yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Sulbar mengatakan ke depannya PMI bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan bantuan perbaikan rumah, namun pihaknya mengimbau kepada warga yang terdampak untuk jujur saat dilakukan pendataan oleh petugas.
Baca juga: PMI edukasi pengungsi gempa Sulbar pentingnya penerapan prokes
Di sisi lain, ia mengimbau kepada penyintas, meskipun saat ini kondisinya masih memprihatinkan dan tinggal di tenda pengungsian dengan aktivitas yang terbatas, tetapi pengungsi harus tetap menjaga kebersihan dan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 seperti selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun secara rutin dan selalu menjaga jarak.
"Jangan sampai selamat dari bencana gempa bumi, tetapi menjadi korban penyebaran COVID-19. Apalagi seperti diketahui, pengungsian merupakan lokasi yang paling sangat rawan terhadap penyebaran virus mematikan ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021