Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, melemah seiring indikasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Pada pukul 9.51 WIB, rupiah melemah 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.018 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.005 per dolar AS.

"Dolar AS terlihat menguat. Positifnya data ekonomi AS, ADP Non-farm dan ISM Services PMI, yang dirilis semalam mendukung penguatan dolar AS. Indikasi pemulihan ekonomi ini membuat dolar AS menguat," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS juga terlihat menguat. Saat ini yield obligasi AS di angka 1,14 persen dari sebelumnya di kisaran 1,08 persen. Penguatan yield obligasi tersebut bisa mendukung penguatan dolar AS.

Baca juga: Emas menguat setelah "oversold" dibantu harapan stimulus global

Menurut Ariston, penguatan yield itu seiring dengan pengesahan proposal stimulus AS senilai 1,9 triliun dolar AS oleh DPR AS. Langkah tersebut, lanjutnya, bisa mempercepat peluncuran stimulus dan mendukung pemulihan ekonomi AS.

"Rupiah berpotensi tertekan terhadap dolar AS karena sentimen di atas," ujar Ariston

Meski demikian, Ariston menilai minat pasar yang masih tinggi terhadap aset berisiko bisa menahan pelemahan rupiah.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.

Pada Rabu (3/2) lalu, rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.005 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.025 per dolar AS.
 

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021