Langkawi, Malaysia (Antara/AFP/Antara Megapolitan) - Hampir 2.000 manusia perahu dari Myanmar dan Banglades diselamatkan di sekitar pantai Malaysia dan Indonesia, kata pihak berwenang dari kedua negara itu pada Senin.

Lonjakan kedatangan manusia perahu itu terjadi setelah Thailand, tempat singgah penting dalam jalur penyelundupan manusia di Asia Tenggara, menjalankan penyelidikan besar-besaran atas komplotan perdagangan manusia menyusul temuan kuburan massal korban.

Kepolisian Malaysia mengatakan bahwa pelaku perdagangan manusia meninggalkan setidak-tidaknya 1.018 pendatang, yang kelaparan, di tengah laut dangkal di dekat pulau Langkawi sejak Ahad.

"Kami menduga bahwa ada kapal lain di tengah laut, yang ingin datang kemari," kata Kepala Kepolisian Langkawi Haritth Kam Abdullah kepada AFP.

Di Indonesia, pemerintah menyatakan menyelamatkan satu kapal berisi sekitar 400 orang di perairan dekat Provinsi Aceh pada Senin dinihari. Satu hari sebelumnya, 573 manusia perahu juga muncul di tempat sama.

Ada setidak-tidaknya 92 anak-anak dalam kapal diselamatkan di Indonesia dan Malaysia itu.

Kepala badan SAR Provinsi Aceh, Budiawan, mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan banyak kapal tambahan yang akan tiba ke Indonesia.

"Kami siap menyelamatkan mereka saat kami menerima laporan," kata Budiawan.

Salah seorang manusia perahu asal Bangladesh yang tiba di Langkawi, Abdul Rahim, mengatakan bahwa dia harus berlayar selama 28 hari dalam kapal milik pelaku perdagangan manusia dari Myanmar.

Di kapal itu Rahim harus tinggal bersama ratusan pengungsi lain dalam kondisi yang memprihatinkan.

"Kami hanya diberi sedikit makan dan minum. Saat meminta lebih, kami harus menerima siksaan." kata dia.

Sejumlah pihak mengatakan bahwa operasi penyelidikan di Thailand telah membuat banyak imigran terjebak dalam kapal yang kelebihan muatan dan berpotensi ditinggalkan di tengah laut oleh pelaku perdagangan manusia yang panik.

Sebelum Thailand menjalankan operasi tersebut, para pelaku perdagangan manusia biasanya singgah di negeri gajah putih tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke negara-negara lain seperti Malaysia, Indonesia, ataupun Australia.

"Thailand tengah berupaya menghentikan praktik perdagangan manusia. Hal ini memaksa para pelaku untuk mencari tempat lain," kata Chris Lewa dan lembaga The Arakan Group yang memperjuangkan hak-hak warga Rohingya.

Penerjemah: GM.N.Lintang/B. Soekapdjo.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015