Bogor (Antara Megapolitan) - Kelompok Masyarakat Pecinta Makanan Tradisional Sunda (KMPMTS) Kabupaten Bogor, Jawa Barat berupaya melestarikan makanan tradisional khas sunda agar bisa menjadi daya tarik wisatawan guna meningkatan perekonomian warga.
"Ide membuat makanan tradisional khas sunda karena untuk mempertahankan tradisi sunda yang semakin ditinggalkan oleh masyarakat," kata Ketua KMPMTS M. Najihuddin di Desa Bojong Kemang Bogor, Sabtu.
Ia mengatakan makanan khas sunda seperti kue teng-teng, dage, rengginang, papais,timus dan lainnya sudah semakin sulit didapat di Kabupaten Bogor.
Kalaupun ada kue tradisional sunda hanya ada ketika acara pesta perkawinan. Padahal dahulu kue tradisional khas sunda sangat mudah dijumpai.
"Semakin sulit kue tradisional sunda karena pembuatnya sudah tidak banyak dan bahan baku yang semakin mahal," katanya.
Demi melestarikan budaya sunda, Najihuddin bersama dengan anggotanya berjuang untuk mempertahankan cara membuat kue tradisional. Karena kue tradisional bukan hanya untuk melestarikan budaya.
Tetapi kue tradisional jika dikemas dengan baik bisa menjadi sumber tambahan ekonomi rumah tangga.
"Jika berkunjung ke Kampung Sawah Desa Bojong masih bisa ditemukan masyarakat sedang mengolah makanan tradisional sunda," katanya.
Ia berharap pemerintah daerah bisa membantu masyarakat untuk membuat kemasan yang bagus, promosi dan penjualanya. Karena saat ini pembuat kue tradisional sunda bisa semakin banyak di desa tetapi membutuhkan bantuan pemerintah untuk promosi dan penjualannya.
"Kalau pemerintah daerah bisa membantu pasti kue tradisional akan terus bertahan dan menjadi sumber alternatif pendapatan perekonomian rumah tangga," katanya.
Sementara itu, Romlah pengrajin kue tradisional sunda berharap ada perhatian yang baik dari pemerintah daerah. Kalau pemerintah mendukung desa ini bisa saja menjadi desa wisata dengan destinasi wisata kuliner tradisional, pertanian, perikanan, peternakan dan wisata religi.
"Kalau ada perhatian yang baik dari pemerintah mungkin angka kemiskinan di desa akan menurun karena masyarakat memiliki sumber pendapat baru dari berjualan kue tradisional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Ide membuat makanan tradisional khas sunda karena untuk mempertahankan tradisi sunda yang semakin ditinggalkan oleh masyarakat," kata Ketua KMPMTS M. Najihuddin di Desa Bojong Kemang Bogor, Sabtu.
Ia mengatakan makanan khas sunda seperti kue teng-teng, dage, rengginang, papais,timus dan lainnya sudah semakin sulit didapat di Kabupaten Bogor.
Kalaupun ada kue tradisional sunda hanya ada ketika acara pesta perkawinan. Padahal dahulu kue tradisional khas sunda sangat mudah dijumpai.
"Semakin sulit kue tradisional sunda karena pembuatnya sudah tidak banyak dan bahan baku yang semakin mahal," katanya.
Demi melestarikan budaya sunda, Najihuddin bersama dengan anggotanya berjuang untuk mempertahankan cara membuat kue tradisional. Karena kue tradisional bukan hanya untuk melestarikan budaya.
Tetapi kue tradisional jika dikemas dengan baik bisa menjadi sumber tambahan ekonomi rumah tangga.
"Jika berkunjung ke Kampung Sawah Desa Bojong masih bisa ditemukan masyarakat sedang mengolah makanan tradisional sunda," katanya.
Ia berharap pemerintah daerah bisa membantu masyarakat untuk membuat kemasan yang bagus, promosi dan penjualanya. Karena saat ini pembuat kue tradisional sunda bisa semakin banyak di desa tetapi membutuhkan bantuan pemerintah untuk promosi dan penjualannya.
"Kalau pemerintah daerah bisa membantu pasti kue tradisional akan terus bertahan dan menjadi sumber alternatif pendapatan perekonomian rumah tangga," katanya.
Sementara itu, Romlah pengrajin kue tradisional sunda berharap ada perhatian yang baik dari pemerintah daerah. Kalau pemerintah mendukung desa ini bisa saja menjadi desa wisata dengan destinasi wisata kuliner tradisional, pertanian, perikanan, peternakan dan wisata religi.
"Kalau ada perhatian yang baik dari pemerintah mungkin angka kemiskinan di desa akan menurun karena masyarakat memiliki sumber pendapat baru dari berjualan kue tradisional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015